"Alana, apa yang kamu lakukan?""Tidur denganmu," jawab Alana dengan gayanya yang manja.Leo kaget, tiba-tiba Alana naik ke atas bed yang sempit, mendorong tubuhnya supaya bergeser untuk memberinya tempat. Bukan hanya itu saja, Alana bahkan langsung memeluknya. Gadis itu bersikap seolah-olah mereka sedang berada di dalam kamar, di dalam rumah mereka sendiri. Padahal sekarang mereka sedang berada di dalam ruang perawatan rumah sakit. "Alana, kamu bisa tidur di sofa bed," ucap Leo.Meski meminta Alana tidur di sofa bed, tapi tubuhnya tetap bergeser dengan sedikit menahan sakit pada luka operasinya yang diperban."Tidak mau. Aku mau tidur bersamamu," tolak Alana terus meminta Leo bergeser.Damian menempatkan Leo di ruang perawatan berkelas. Bahkan ruangan itu memiliki sofa bed dengan tujuan agar Alana bisa istirahat juga. Bukan hanya sofa bed saja, bahkan ruang perawatan itu dilengkapi dengan pantry dan sofa tamu. Fasilitasnya tidak kalah dengan kamar hotel."Alana, ini sempit sekali! Sa
"Setelah keluar dari rumah sakit, kamu tidak boleh memikirkan pekerjaan dulu! Kamu harus istirahat!" ucap Alana sembari membereskan barang-barang."Aku bukan sakit kronis, Alana. Tubuhku sehat. Lagi pula ini hanya luka kecil, tidak masalah." Alana memutar poros leher menoleh dan memberi Leo tatapan tajam melekat."Kalau tidak mau menurut, maka tidak usah keluar dari rumah sakit! Tetap di sini sampai kamu sembuh!" serunya tidak main-main.Leo berdecak kecil mendengar kebawelan Alana. Hanya saja dia tidak mau menanggapi lagi karena urusannya akan panjang kalau dia tidak patuh."Om?" Alana kembali menatapnya lekat."Iya, iya. Aku akan istirahat sampai lukanya sembuh sesuai dengan perkataanmu, Nyonya Leo," jawab Leo tidak berdaya."Begitu lebih baik." Alana tersenyum senang. Terlebih karena Leo memanggilnya 'Nyonya Leo'. Hari ini dokter sudah memperbolehkan Leo pulang, makanya Alana membereskan barang-barang dan pakainnya. Satu jam lagi Damian akan datang menjemput dan mereka akan langs
"Ini apa?"Alana bingung saat seorang kurir memberikan paket padanya, padahal sama sekali tidak merasa memesan barang atau apa pun."Paket untuk Anda, Nona.""Tapi aku tidak membeli barang online," ucap Alana belum mau menerima paket itu."Anda memang tidak memesannya, Nona, tapi seseorang yang membeli untuk Anda," ucap kurir itu.Alana masih tidak mau menerima dan dia tidak akan mudah percaya. Apalagi beberapa hari lalu Leo telah melakukan sesuatu yang besar pada keluarga Ferdi, ayah Barca, mantan kekasihnya. Bahkan sempat tersebar gosip diluaran sana kalau Leo adalah dalang dari semua kehancuran keluarga itu. Meski Leo dan Damian telah melakukan konferensi pers bahwa semua rumor itu tidak benar, tetap saja dia harus menjaga diri dan waspada."Nona, saya masih banyak barang yang harus dikirim, tolong segera terima!" ucap kurir sedikit memaksa.Melihat keseriusan dan kegelisahan kurir di hadapannya, Alana merasa iba dan kasihan. Hanya saja dia masih sangsi dan ragu untuk menerima bara
"Menurut informasi yang aku peroleh dari orang-orang suruhanku, memang gadis itu yang kita cari selama ini.""Lalu, siapa pria yang bersamanya? Bukankah dia-" "Leo, Leonardo Samudera Rajaya. Orang yang berhasil meruntuhan kesombongan Ferdi dan menduduki jabatan tertinggi dengan kepemilikan saham tertinggi di Perusahaan Nan-Auto. Sahamnya mencapai tujuh puluh persen dan bisa dikatakan dia adalah pemilik baru perusahaan itu."Di antara para tamu undangan, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan dan memperhatikan Leo dan Alana. Tatapan mereka melekat pada pasangan itu dan terpatri dengan jelas. Bahkan sang wanita tampak tersenyum tipis dengan wajah yang keras dan sinis. Dari ekspresi mereka, terlihat bahwa mereka sedang membahas atau mengamati sesuatu yang menarik perhatian mereka. Ketika keduanya melihat Alana, mereka melihatnya seperti sebuah papan target yang memiliki lingkaran berlapis warna yang menarik perhatian mereka. Mereka siap melepaskan anak
"Menurut Anda begitu?" Sekali lagi Leo memicingkan mata tajamnya pada Carlos."Ya." Carlos gugup.Untuk menutupi rasa gugupnya, pria itu mengalihkan pandang pada istrinya untuk mendapatkan dukungan. Dia juga berharap Tanty bisa membantunya agar tidak dijadikan ikan goreng oleh Bayu karena kesalahan yang dilakukannya."E ... Tuan." Akhirnya Tanty buka mulut. "Anda dan nona Alana memang tampak serasi. Saya yang salah mengira," ucapnya.Leo menunjukkan ekspresi wajah yang kecut ketika dia merasa kecewa dengan sikap yang ditunjukkan oleh Carlos dan Tanty. Meskipun dia tidak mengenal mereka, namun tindakan mereka terhadapnya, terlebih terhadap hubungannya dengan Alana membuat dirinya merasa terganggu. Hal ini membuat Leo menyayangkan dan kecewa karena ia tidak dapat memahami alasan di balik perilaku mereka. Perasaan tersebut tiba-tiba mengusik dan membuatnya berpikir keras tentang siapa dan apa tujuan dari Carlos dan Tanty menyapa mereka. Oleh karena itu, Leo berusaha untuk tetap tenang m
"Hai, Cantik!"Seorang pria gembul datang mendekati Alana dan mulai menggodanya."Maaf, Tuan. Tolong berlakulah sopan!" seru Alana.Alana menggeser kakinya sedikit menghindari uluran tangan nakal pria itu. Meski dia merasa takut dan ngeri, namun Alana terlihat tenang dan berusaha untuk tetap tenang."Jangan galak-galak, Cantik! Nanti kecantikanmu luntur lho kalau galak-galak," ucap pria itu lagi.Pria itu tampak mabuk karena berdiri pun terhuyung-huyung seperti pohon tertiup angin. Matanya juga merah menyalak seperti serigala hendak menerkam mangsa."Woi! Lihat gadis cantik ini!" Pria itu berteriak sembari menoleh ke arah dua pria yang sedang berbincang di seberang jalan. Sepertinya mereka adalah teman pria itu. "Lihat! Gadis ini terlihat galak!" teriaknya lagi.Alana semakin menggenggam erat tas tangannya di depan dada menutupi rasa geram, marah bercampur ngeri. Terlebih saat dua pria itu menoleh dan melihatnya, lalu berjalan mendekat.Alana merasa sangat terkejut ketika menyadari ba
"Bear, kamu cemburu?" Alana bergelayut manja pada lengan Leo. Gadis itu merajuk dan berusaha membujuk agar Leo tidak lagi memberinya wajah cemberut dan garang. Dia pikir karena suaminya itu cemburu melihat dia bersama Arga."Jangan dekati pria itu lagi, Alana! Kalau kamu bertemu lagi, maka jauhi dia!" seru Leo tidak mempedulikan wajah manja Alana. Leo memilih fokus pada jalanan dan lingkaran setir. Namun, semua sikap itu hanya semu saja, hanya untuk menutupi dan meredam rasa marah dan cemburu dalam hati. Meskipun begitu, larangan yang dikatakan pada Alana bukan main-main. Dia serius dan berharap Alana mendengar juga mematuhinya."Dia hanya membantuku. Aku juga tidak mengenalnya. Lagi pula ini salahmu! Kamu terlambat menjemput aku."Alana melepaskan tangan dari lengan Leo dan menghentakkan tubuh menjauhi Leo. Dia menjaga jarak. Kali ini dia juga merasa kesal atas sikap Leo menanggapi situasi yang hampir saja membahayakan dirinya. Namun, saat menceritakan pada L
"Ada apa?" tanya Damian setelah duduk di samping Leo.Damian melihat Leo tampak lesu dan terbebani oleh pikiran yang berat. Biasanya, setelah rapat selesai, mereka akan berbincang-bincang sejenak, namun kali ini tidak ada obrolan tersebut. Leo langsung pergi kembali ke ruang kerjanya dan duduk dengan wajah yang penuh dengan kerutan."Apakah kamu yakin anak itu memiliki nama belakang Wijaya?" tanya Leo pada Damian dengan tatapan tajam untuk memastikan kebenarannya. "Ya. Dia memiliki nama belakang Wijaya. Apa kamu mengenalnya?" Damian penasaran.Dalam hatinya, Damian merasa khawatir tentang apa yang sedang dipikirkan oleh Leo. Apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan pemilik mobil itu sehingga Leo ingin tau dan terlihat sangat terbebani? Namun, dia tidak ingin menyimpulkan hal-hal yang belum pasti sehingga dia hanya diam dan menunggu sampai Leo membuka diri."Aku rasa tidak. Aku tidak mengenalnya. Hanya saja nama itu tidak asing bagiku," jawab Leo, namun terdengar tidak yakin. Dami