Warning! adegan dewasa. Harap bijak membaca.
Aliika keluar dari kamar mandi, ia melihat Sagara tengah duduk di karpet dekat ranjang sambil melihat ke arah wanita itu. Laki-laki itu sudah melepas pakaian dan meninggalkan celana panjang saja.Aliika berjalan mendekati Sagara dan mengambil duduk di samping laki-laki itu. Tatapan mereka sama mengarah ke depan. Sejenak tak ada percakapan apapun diantara mereka. Aliika hanya diam menunggu Sagara berucap. Sedangkan Sagara bingung harus memulai darimana.“Al.” panggil Sagara. Kali ini laki-laki itu menoleh ke arah Aliika. Menatap wanita yang menjadi istrinya itu dari dekat.“Iya Kak.” Jawab Aliika membalas tatapan Sagara.“Pernikahan kita bukan atas dasar cinta Al. Dan aku rasa kita perlu membuat perjanjian yang akan memudahkan kita untuk jalani hubungan ini.”Aliika langsung mengalihkan pandangan dari Sagara. Namun Sagara masih setia menatap ke arah wanita itu.“Perjanjian apa Kak?” tanya Aliika.“Aku mau kamu bisa menerima hubungan ku dengan Soraya.” Ucap Sagara. Aliika langsung menol
Sandra, sekretaris Sagara sedang terheran melihat kelakuan atasannya itu hari ini. Bagaimana tidak sejak tadi Sagara hanya menatap layar laptop sambil senyum tidak jelas, seperti sedang kegirangan.Padahal Sandra tau benar jika layar laptop Sagara menampilkan halaman penuh tabel laporan keuangan perusahaan. Dan Sandra yakin Sagara tidak mungkin terlihat bahagia karena hal itu.“Maaf, Pak?” ucap Sandra untuk menyadarkan Sagara. Dan benar saja Sagara sudah kembali dari lamunannya.“Eh iya, ada apa Sandra?”“Saya minta tanda tangan bapak di laporan ini.” Ucap Sandra lalu memberikan berkas itu kepada Sagara.“Baiklah.”Sandra mengerutkan kening saat Sagara langsung menandatangani berkas itu. Padahal biasanya Sagara akan membaca terlebih dahulu dengan jeli dan teliti.“Terimakasih, Pak.” Sandra kembali mengambil berkas itu.“Iya.” Balas Sagara seraya tersenyum.Sandra membalas senyuman Sagara, “Saya permisi.” Pamit wanita itu.Sagara mengangguk mengiyakan perkataan Sandra. Kemudian dengan
Aliika sudah berada disebuah gedung acara perayaan ulang tahun pernikahan klien sekaligus teman kuliahnya. Disini ramai namun Aliika merasa sepi. Karena ia sendirian. Dan kebanyakan orang disini membawa pasangan mereka masing-masing.“Kiw.. cewek.” Ceplos seseorang dari arah belakang Aliika. Aliika langsung menoleh dan terkejut melihat orang yang tadi menggodanya.“Danu… kamu disini?” tanya Aliika ramah.“Tentu. Justin rekan bisnis ku.” Ucap Danu. Aliika membalas ucapan Danu dengan mengangguk.Perasaan Aliika tiba-tiba gelisah. Antara senang dan khawatir. Tentu karena Sagara selalu memperingatkannya agar menjauhi Danu.“Kok kamu disini? Sendirian lagi.” Ujar Danu sambil celingak-celinguk mencari sesuatu. Dan dia tidak menemukan sesuatu itu.“Justin itu teman kuliahku dan juga rekan bisnisku. Eum.. lebih baik kita temui langsung saja si pemilik acara gimana?” tawar Aliika. Danu mengangguk.Tere yang melihat Aliika berjalan mendekatinya. Wanita itu langsung berlari ke arah Aliika. Memel
“Berani sekali kamu pergi dengan laki-laki busuk itu! Kurang jelas apa yang aku bicarakan, Al!!” teriak Sagara di depan wajah Aliika. Kini mereka sudah berada di dalam kamar. Dan Sagara mulai mengamuk dengan emosi yang sepertinya sulit untuk ia kontrol. Aliika hanya bisa menangis dan ketakutan. “Aku tidak ada niat datang dengan Danu, Kak. Kita gak sengaja bertemu.” Jelas Aliika dengan suara bergetar. “Masih bohong aja!” “Aku gak bohong. Bukankah seharusnya disini yang marah aku? Karena Kak Sagara datang sama Soraya.” “Kenapa kamu marah? Perjanjian kita adalah aku tetap berhubungan dengan Soraya dan kau menjauhi Danu. Kau lupa? Hah!” ucap Sagara penuh penekanan. Aliika menunduk, “Kak Sagara jahat! Tapi kenapa aku gak pernah bisa benci sama Kak Sagara? Kenapa Kak?” ucap Aliika lirih. Wanita itu mendongak menatap sendu Sagara. Pipi itu telah penuh dengan telaga kesedihan. Sagara menyunggingkan bibir, “Aku jahat? Beberapa hari ini aku sudah berusaha untuk baik sama kamu, Al. Baiklah
Aliika terbangun dari tidur dan tak menemukan keberadaan Sagara disana. Mungkin semalam Sagara pergi dan tak kembali. Wanita itu heran saat mata nya menelisik setiap inci tubuhnya. Ia sudah berpakaian dan berselimut.Sebuah dress dengan bagian lengan bertali dan panjang diatas lutut. Sangat pas bahkan terlihat sedikit terbuka untuk Aliika pakai.Wanita itu menebak jika pasti Sagara yang memakaikan baju dan selimut. Sebab dirumah ini Sagara membuat peraturan bahwa hanya Aliika dan Sagara yang boleh masuk ke kamar mereka dan ruang kerja Sagara.Jadi untuk urusan kamar Aliika sendiri yang akan membersihkan begitu juga dengan ruangan Sagara laki-laki itu sendiri yang akan membersihkannya. Karena disana terlalu banyak dokumen penting dan Sagara tidak ingin orang lain mengotak-atik.Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Aliika tersadar dari lamunan. Pasti Sagara sedang mandi untuk segera ke kantor. Karena sekarang sudah pukul delapan pagi.Aliika turun dari ranjang. Saat dia ingin be
Seorang dokter sudah datang dan memeriksa keadaan Aliika. Dengan hati-hati dokter keluarga Guwanna itu memeriksa Aliika agar tidak sampai membangunkan wanita itu yang sedang terlelap. Sagara memperhatikan dengan serius, untuk memastikan semua baik-baik saja.Beberapa saat kemudian dokter dengan pawakan sudah tua itu selesai dengan kegiatannya. Mengajak Sagara sedikit menjauh dari ranjang untuk memberitahukan keadaan Aliika.“Bagaimana dok?” tanya Sagara dengan suara pelan namun penuh kecemasan.“Gejala tipes. Kelelahan, pola tidur tidak teratur dan daya tahan tubuh yang kurang baik. Jadi saya sarankan agar istri tuan istirahat total dua atau tiga hari dan meminum obat yang sudah saya resepkan.” Jelas dokter itu kemudian berjalan menuju tasnya berada. Untuk mengambil kertas resep obat dan menuliskan obat apa saja yang dibutuhkan Aliika.Sagara akan menyusul dokter itu namun tiba-tiba benda pipih di saku celana laki-laki itu bergetar. Membuat ia mengurungkan niat. Saat Sagara melihat s
Setelah memastikan semua barang pentingnya terbawa, Aliika keluar dari kamar untuk berangkat ke butik. Aliika akan ke butik diantar oleh supir, tadinya Sagara menawarkan akan mengantar Aliika. Namun ternyata tiba-tiba Sagara di telepon oleh Sandra bahwa ada jadwal meeting dengan klien baru.Jadi Sagara meminta maaf pada Aliika karena tidak bisa mengantar istrinya itu. Hari sudah terik, karena memang sudah menunjukkan pukul sebelas siang.Aliika berdiri di teras rumah. Menunggu supir yang akan mengantarnya. Mata Aliika tiba-tiba tertuju pada seorang anak kecil di luar gerbang rumah, berusaha mengambil bola yang masuk ke pekarangan rumah Aliika.Anak itu terlihat susah payah menjangkau bola itu dengan memasukkan sebelah tangannya melalui celah gerbang. Sepertinya satpam rumah tidak menyadari keberadaan anak itu.Aliika memutuskan untuk menemui anak itu. Berjalan menyusuri pelataran rumah yang luas untuk mengambil bola itu. Kemudian ia menuju pos agar dibukakan pintu gerbang. Satpam itu
Aliika menatap sengit pria di depannya ini, geram mendengar ucapan yang terlontar dari bibir busuknya. Tanpa memikirkan konsekuensi yang akan Aliika terima, ia langsung menendang milik Bagas dengan cukup keras. Membuat Bagas mengerang kesakitan.“Bitch!” umpat Bagas masih meringis kesakitan. Dua orang suruhan Bagas menghampiri pria itu berniat untuk menolong, namun dengan kasar Bagas langsung menolak.Bagas kembali mendekat ke arah Aliika dan langsung menampar wanita itu dengan cukup keras. Aliika merasakan panas di pipinya, terutama di dekat mata.“Beraninya kau!!” teriak Bagas. Air mata keluar dari kedua mata Aliika. Bukan dari ketakutan melainkan rasa kesal terhadap pria busuk ini.Dengan brutal Aliika terus menendangkan kaki nya, berusaha untuk memberi pelajaran pada Bagas lagi. Namun kali ini Bagas berhasil menghindar.Bagas mengangkat tangan bersiap untuk menampar Aliika kedua kalinya. Wanita itu sudah memejamkan matanya, namun sebuah suara membuat kelopak mata itu kembali terbu