Sopir kembali masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Dia mendengar pembicaraan mereka dan sempat melirik mereka beberapa kali melalui kaca depan.Awalnya dia hanya menyadarinya sekilas. Namun, saat ini dia melihat Sergio yang selalu pemarah itu tersenyum bahagia.Sopir itu tidak percaya dengan apa yang dia saksikan, jadi melirik mereka lagi beberapa kali.Sergio yang duduk di kursi belakang pun memperhatikan tatapannya dan melirik sekilas.Sorot matanya terlihat tenang, tetapi mampu membuat sopir itu bergidik hebat.Dia langsung membuang muka dan berkonsentrasi mengemudi, tidak berani melihat ke belakang lagi.Hazel merasa seperti melupakan sesuatu yang sangat penting. Setelah mobil sudah melaju cukup jauh, dia baru tersadar. "Gawar! Om, apa kita ninggalin Winda di kampus sendirian?"Sergio meliriknya dengan heran, tiba-tiba menunjukkan senyum tidak jelas. "Ya. Hazel, barusan kamu menarik tanganku ke mobil. Nona Winda pasti sedih, 'kan?"Hazel langsung mengeluarkan ponselnya dan mem
Dengan kata lain, selama masih ada uang di kartu utama Sergio, tidak mungkin dia tidak bisa menggunakan kartu kedua Sergio.Kecuali kartunya dibekukan.Namun, dia tidak tahu kenapa Sergio melakukan ini.Meski tidak dekat dengan Sergio, selama dia tidak melakukan kesalahan besar, Sergio tidak akan pernah bersikap sekejam itu.Malam itu, dia merasa malu di depan teman-temannya. Dia pun menaruh rasa benci yang besar kepada Sergio di dalam hatinya.Dia menelepon Sergio, tetapi Sergio menolak panggilannya. Dia menelepon Adam untuk menanyakan apa yang terjadi, tetapi dia juga tidak mendapat jawaban apa pun.Jadi, dia menjadi gila selama dua hari terakhir ini.Dia tidak bisa menahan amarahnya dan langsung bertanya, "Om, aku nggak tahu kesalahan apa yang sudah aku perbuat. Kenapa Om membekukan kartuku?"Sergio menunduk, rambut yang jatuh di dahinya menutupi tatapan dingin di matanya.Ditanya seperti itu oleh Justin, Sergio menjawab tenang, "Kenapa? Semua uang di kartu itu milikku. Aku bisa kas
Kemarahan di dada Justin langsung meledak saat melihat panggilan diputus sepihak.Dia menggertakkan gigi dan ingin membanting ponsel di tangannya.Kevin Revaldo, teman yang sering pergi bersenang-senang dengannya sangat sigap. Dia langsung merebut ponsel itu dari tangan Justin."Justin, ini ponselku. Kalau kamu banting, ayahku bakal menghajarku!"Ayah Kevin adalah orang kaya baru. Dulunya, dia adalah seorang kontraktor di sebuah lokasi konstruksi. Namun secara kebetulan, dia menjadi kaya dalam semalam.Kevin kurang pintar kalau terkait pelajaran. Dia hanya main dan bersenang-senang, tidak melakukan kegiatan yang serius. Dia membuat ayahnya marah setiap saat.Ini sudah menjadi ponsel ketiga yang dia ganti bulan ini.Untuk melunasi utang Justin, dia menggunakan semua uang sakunya.Kalau ponselnya rusak, dia harus minta uang sama ayahnya. Dengan emosi ayahnya, dia mungkin akan dihajar habis-habisan.Justin yang sudah marah makin marah saat melihat tangannya kosong. "Sial, aku bisa ganti!
"Apa?" Justin tidak mendengar dengan jelas, jadi bertanya penasaran, "Bu, apa yang terjadi? Siapa yang Ibu maksud barusan?"Irma membuka mulutnya, tetapi tiba-tiba langsung bergidik saat mengingat peringatan Liana hari itu.Sejak tahu kalau Sergio benar-benar menikah dengan Hazel, dia menjadi sangat marah. Dia merasa kepala dan tubuhnya sangat berat, membuatnya tidak bisa bangun dari tempat tidur.Keadaannya bahkan belum membaik hingga sekarang.Ketika memikirkan hal ini, dia kembali merasa kesal, rasa sakit di kepalanya pun kembali terasa."Aku nggak bisa kasih tahu. Intinya, kamu akan tahu kalau pulang."Di akhir kalimatnya, suaranya mulai melemah.Justin ingin menanyakan sesuatu lagi, tetapi ibunya tiba-tiba memutus panggilan begitu saja.Dia memandang ponsel di tangan dengan bingung, tidak tahu apa yang sedang terjadi.Kevin pun mendengar percakapan Justin dan ibunya. Dia makin merasa ada yang tidak beres.Dia bertanya dengan cemas, "Apa yang terjadi?"Justin menggelengkan kepalany
Hazel tidak menyelesaikan perkataannya, tetapi Sergio sudah mengerti.Hazel pernah dengar Kirana mengatakan bahwa, dia memang memiliki bakat bisnis, tetapi impiannya adalah berdiri di atas panggung dan bermain biola.Saat bertemu dengan Krisna, dia adalah pengiring sebuah orkestra ternama dalam negeri.Belakangan, Kirana melepaskan mimpinya akan cinta dan memulai bisnis dengan Krisna.Meski Krisna ambisius, dia tidak punya bakat dalam berbisnis.Kirana tidak punya pilihan selain bekerja keras mempelajari segala macam ilmu keuangan untuk menjadi istri yang baik bagi Krisna.Dia mencoba yang terbaik dan memberikan segalanya untuk Krisna. Namun, dia lupa bahwa beberapa pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita mereka lebih baik dari diri mereka sendiri.Memikirkan kejadian masa lalu ini, Sergio menghela napas dalam hati. Dia berjalan mendekati Hazel, mengusap rambutnya dengan lembut."Hazel, ibumu pasti akan melihatnya.""Ya, aku juga yakin Ibu akan lihat."Sudut mulut Hazel terangk
Selama Darra bertingkah seperti korban di depan orang lain, semua orang pasti akan bersimpati kepadanya. Lalu, Hazel akan disalahkan oleh mereka.Kenapa kali ini gagal?Kapan Hazel mulai berubah? Atau apakah selama ini dia hanya berpura-pura?Kalau begitu, bukankah Hazel adalah orang yang penuh intrik?Hazel menatap sorot ketakutan Darra, lalu mencibir sambil memberinya peringatan, "Jangan pernah muncul lagi di depanku hanya karena kamu ingin dianggap. Kalau aku sampai kesal, kamu nggak akan bisa menjadi bagian dari Keluarga Hardwin."Setelah mengatakan itu, Hazel berbalik dan pergi tanpa menoleh ke belakang.Darra dihadapkan dengan punggung Hazel yang tegas dan anggun.Menatap punggung itu, pikiran Darra langsung kosong.Setelah Hazel pergi, Darra menyadari kalau barusan dia menahan napas dengan gugup.Ketika kembali tersadar, dia hampir kekurangan pasokan oksigen.Casey juga ketakutan, wajahnya menjadi pucat pasi. Dia menepuk dadanya karena rasa takut yang masih tersisa."Darra, Haze
Casey menganggap kalau Darra mengkhawatirkan hal yang tidak perlu.Ini bukan pertama kalinya dia melakukan sesuatu untuk membantu Darra. Dia sudah berteman dengan Darra sejak SMA.Saat itu, Darra bahkan lebih penakut dan pengecut dibandingkan sekarang. Jadi, dia sering diintimidasi oleh teman-teman sekelasnya.Setiap kali, dialah yang membalaskan dendam Darra secara diam-diam dan tidak pernah ketahuan.Dia yakin kali ini akan sama.Sebelum pergi, Casey tiba-tiba teringat sesuatu. Melihat sekeliling dengan hati-hati, dia berbisik pelan di telinga Darra, "Kamu harus menunjukkan yang terbaik kali ini. Aku dengar ada orang penting yang datang untuk melihat acara kali ini."Ketika Darra mendengar ini, ekspresi terkejut muncul di matanya. "Orang penting siapa? Kenapa aku nggak dengar beritanya?"Casey berkata, "Sungguh. Aku juga nggak sengaja dengar saat di kantor rektor. Aku nggak tahu siapa orang itu. Tapi rektor sampai menyiapkan banyak hal. Pasti statusnya nggak biasa."Mata Darra berked
Hazel segera mengganti pakaiannya, memandang dirinya di cermin dan tersenyum puas.Detik berikutnya, senyuman di bibirnya perlahan memudar. Matanya tertuju pada sambungan kain di sampingnya.Ada lubang kecil di gaun yang awalnya terlihat sangat cantik ini.Hazel mengangkat tangannya dan menyentuh celah yang hampir tidak terlihat itu. Melihat kancing yang terbuka, sorot matanya langsung berubah muram.Mungkin karena tubuhnya yang kurus, jadi kancingnya tidak mau melebar.Jika tidak memperhatikan dengan jeli, dia akan tampil dalam keadaan seperti ini.Dia akan bermain biola, jadi harus mengangkat lengannya.Jika lubang ini terbuka di atas panggung, semua dosen dan mahasiswa yang datang pasti akan melihatnya. Acara ini juga direkam secara khusus oleh juru kamera ....Hazel tidak berani berpikir lebih jauh lagi dan langsung mengganti pakaiannya.Melihat waktu, ternyata gilirannya akan tiba. Namun, dia tidak mungkin naik ke panggung dalam keadaan seperti ini.Dia harus menemukan cara untuk