Share

Bab 2 : Hampir mati

Arsen segera keluar mobil dan membukakan pintu belakang secara kasar. Sedangkan gadis yang ketahuan itu merasa ketakutan apalagi melihat ekspresi pria di hadapannya.

"Turun!" Arsen membuka pintu dan mempersilahkan orang yang tidak dikenalnya keluar.

Auris menundukkan kepalanya, kakinya mencari pijakan untuk turun. Dirinya sudah di sergap oleh pria jangkung.

"Siapa kau, kenapa bisa ada dimobilku?!" tanya Arsen yang sudah bersiap jika orang itu menyerang namun melihat gerak geriknya. Arsen berpikir bukan orang yang kuat.

Tidak ada jawaban terpaksa, Arsen melepaskan masker gadis itu.

Auris menatap Arsen dengan tatapan yang sendu juga ketakutan. Arsen melihat celana yang dikenakan gadis itu adalah celana pasien di rumah sakit tempatnya bekerja.

"Siapa namamu?".

"A..aku Auris. Maaf sudah menyelinap tanpa izin" ucap Auris yang menundukkan bahunya. Melihat situasi renggang Auris berniat melarikan diri.

"Kau pasien Royal Greens Hospital?" Arsen bertanya kemudian menempelkan tangannya di mobil mengapit Auris, agar gadis itu tidak kabur.

"Iya, maafkan aku"

Sreetttt... Auris mengolongi lengan Arsen dan berlari. Ia takut jika tertangkap dan pria itu melaporkannya.

Secepat kilat sampai Arsen tidak sempat mencegahnya, gadis itu berlari menuju pelataran rumahnya.

Auris terlihat kebingungan jalan mana yang dia ambil. Ia tak mengenal tempat ini sampai pusing mencari jalan namun dia sembarangan pergi ke belakang.

Sedangkan Arsen mengejarnya.

"Mana jalan keluarnya?" Auristella benar-benar kebingungan saat jalan yang diambilnya salah. Ini malah ke belakang rumah yang ada sebuah kolam. Auris segera memutar balik namun di hadang oleh Arsen.

Auris ingin melewatinya dengan mengitari kolam berbentuk persegi itu. Ia tidak bisa melompat tembok pembatas yang sangat tinggi. Ia berlari tanpa arah sampai tidak sadar kakinya menginjak lantai tepi kolam yang licin.

Srakk... sendal Auris terbang sedangkan tubuhnya seperti melayang dan terhempas.

Byurrr...

Auris terjatuh ke kolam dengan kedalaman 2 meter. Tubuhnya meronta-ronta mencari dasar untuk kakinya berpijak namun tak sampai. Mulutnya kemasukan air dan tangannya terus mengepak air namun air tidak bisa dijadikan pegangan.

Tubuh Auris kehabisan nafas dan tenaga tak bisa mencari pijakan. Dan perlahan air itu menenggelamkan kepalanya.

Arsen berlari lalu langsung menceburkan dirinya ke kolam.

Kolam yang biasa digunakannya berenang tidak membuatnya tenggelam namun Auris yang tak bisa berenang bahkan kali pertamanya dia merasakan air kolam namun malah menenggelamkannya. Dia gelagapan, hampir setengah mati.

Arsen berenang sedikit lalu meraih tubuh Auris yang semakin menjauh sampai ke tengah karena gadis itu terus mengepakkan tangannya.

Arsen menggendong tubuh Auris menuju tepian, gadis itu memejamkan matanya. Mungkin tidak sadar hidungnya kemasukan air, setelah naik, ia meletakkan tubuh Auris ke tempat kering di dekat kolam.

"Bangunlah" ucap Arsen kini tubuhnya basah kuyup, ia menepuk pipi gadis itu.

"Hhhh... aku tidak bisa bernafas" teriak Auris yang menyangka dirinya masih di kolam. Arsen membantu Auris duduk, ia menahan punggung gadis itu dengan satu tangan.

"Kau sudah di darat" ujarnya lagi kali ini Auris mengerjapkan matanya, ia terkejut lalu memeluk kakinya yang lemas.

"Aku hampir saja pindah alam" gumamnya, Arsen memperhatikan gadis itu.

Beberapa saat kemudian setelah merasa tenang, Auris berdiri lalu mengibaskan bajunya yang basah kuyup. Ia sibuk dengan dirinya sendiri kemudian menatap pria yang sudah menatapnya tajam.

"Maaf, aku tidak sengaja menyelinap dan tidak sengaja jatuh" ujar Auris yang mulai kedinginan, ia memeluk dirinya sendiri.

Arsen yang melihat gadis itu kedinginan tidak tega namun masih waspada jika gadis itu orang jahat.

"Hei, kenapa kau bisa masuk ke mobilku?"

Auris mengusap-usap lengannya kemudian menatap pria itu.

"Aku ingin keluar dari rumah sakit dan tidak ada cara selain menyelinap naik mobil orang dan tertangkap basah oleh paman" jawabnya dengan santai.

Arsen mengernyitkan dahinya, saat Auris menyebutnya paman.

"Apa aku sudah setua itu dipanggil paman oleh gadis tengil sepertimu?" Arsen berdecak.

Auris memperhatikan wajah pria itu lalu tertawa kecil "Ah ternyata kau masih muda, siapa namamu bro?".

Auris berusaha mencairkan suasana ketegangan yang menyelimutinya.

"Matamu rabun" timpal Arsen.

"Ish, sembarangan!" Auris melirik tajam.

Arsen bisa menilai gadis ini adalah gadis polos yang bar-bar. Ia mengambil ponselnya, untung saja anti air jadi tidak masalah basah. Ia menghubungi seseorang.

"Halo, apa ada pasien kabur? Dia seorang gadis bernama.." Arsen melirik Auris yang sudah tegang karena Arsen melaporkannya.

"..ah bernama Auris" tambah Arsen yang baru mengingat nama gadis itu.

Auris menarik ponsel Arsen lalu mematikan panggilan itu.

"Apa sih, kenapa kau malah memberitahu pihak rumah sakit? Aku sudah berjuang keluar dari tempat terkutuk itu" kecam Auris, ia kemudian melangkah pergi dengan wajah yang kesal.

Arsen merasa Auris kurang ajar padanya, ia menarik lengan gadis itu.

"Apa?" Auris menyolot.

"Urusanmu belum selesai" tegas Arsen tersenyum jahat.

Auris mengernyitkan alisnya.

"Kau sudah menyelinap ke mobilku lalu sekarang kau mau pergi begitu saja?"

"Aku sudah meminta maaf padamu, anggap saja kau sudah beramal membantuku ya" ujar Auris tersenyum manis berharap pria itu memaafkannya namun sama sekali tidak berpengaruh.

"Aku tidak berniat beramal padamu"

Arsen sengaja memperhatikan Auris, terdengar helaan nafas dari Auris.

"Pelit sekali".

"Aku akan bersikap baik jika kau bersikap sopan padaku"

"Baiklah, Tuan apa maumu?".

"Kembali ke rumah sakit!" tegas Arsen.

"Tidak mau!".

"Akan kupaksa".

Arsen mengangkat tubuh Auris yang basah ke bahunya. Ia membawa gadis itu ke mobil dan sedikit melemparkan ke kursi.

"Lepaskan aku bodoh!".

"Berteriak sampai tenggorokan putus aku tidak akan melepaskanmu, pasien yang berani kabur harus dipindahkan ke ruang isolasi" ancam Arsen dengan tersenyum jahat.

"Kau!".

"Diamlah atau mau aku bius hmm?".

"Beraninya membius!".

Auris terdiam saat Arsen memasang sabuk pengaman padanya.

Dengan cepat, Arsen langsung masuk mobil dan menancapkan gas. Mobil itu kembali ke rumah sakit.

Kali ini Arsen mengendarai lebih cepat agar keduanya tidak kedinginan pakaiannya basah dan tak ada waktu untuk berganti pakaian.

Sesampai di halaman depa rumah sakit, Arsen memarkirkan mobilnya.

Ia membuka pintu mobil belakang, lalu berkata "Turunlah, sudah sampai".

"Aku tidak mau".

"Auris... kau akan kuhukum"

"Siapa kau? Beraninya menghukumku" ketus Auris.

"Bukan siapa-siapa" Arsen berubah dingin, terpaksa Auris turun dengan bajunya yang sedikit basah. Di dalam mobil tadi Arsen menyalakan penghangat cukup membantu agar tidak kedinginan.

Auris melangkahkan kakinya dengan malas, saat melihat Arsen ia takut jika dimarahi lagi. Suatu saat nanti Auris akan membalas pria itu! Awas saja.

Baru sampai pintu masuk, ada dua perawat yang berlarian menghampiri Auris. Perawat itu segera mengenakan selimut pada Auris karena sebelumnya, Arsen mengirim pesan agar menyiapkan selimut dan air hangat untuknya mandi.

Meski Arsen tidak menangani Auris namun dirinya akan mencari tahu tentang gadis itu.

"Dokter Arsen, anda baik-baik saja?" tanya seorang suster. Auris melirik pria di sampingnya.

"Tidak apa-apa" jawab Arsen.

'Dokter? Dokter macam apa itu yang memarahi pasiennya. Untung saja aku tidak di rawat oleh Dokter bajingan sepertimu' Auris terus merutuki di dalam hatinya. Jika dokter itu mendengar bisa habis dirinya.

"Dimana wali pasiennya?" tanya Arsen pada suster.

"Wali Nona Auristella tidak ada disini, pihak keluarga mengatakan tengah ada acara penting"

"Hmm, pantas saja dia berani kabur" ucap Arsen yang berjalan di belakang Auris.

"Iya, Dok. Nanti akan menjaga lebih ketat lagi untuk mengawasi Nona Auristella" ujar suster, Arsen mengangguk.

Tepat di pintu lift, dirinya berhenti dan melihat Auris yang memalingkan wajahnya.

"Dokter Arsen tidak naik?" tanya suster.

"Tidak, kalian saja" ucapnya, suster menekan tombol angka lima dan lift itu mulai tertutup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status