Share

Bab 16.A

Aku bisa bernapas lega saat ibu dan bapak nampak pulang dengan Mas Lutfi.

"Haduhh, capeknya." Mertuaku berkeluh kesah.

"Ibu sama bapak tadi ke mana? nyasar?" tanyaku sambil duduk bersama mereka.

"Iya bisa dikatakan nyasar, tapi Alhamdulillah cepet ketemu sama Lutfi, kalau engga tulang lutut kita udah patah kali ya, Bu." Kedua orang tua itu tertawa.

"Aku 'kan udah bilang jangan jauh-jauh," sahut Mas Lutfi.

"Ya maaf, abis kita keenakan lihat rumah-rumah bagus," ujar bapak sambil meneguk air minum.

Keesokan harinya, ibu dan bapak pergi lagi hendak menginap di rumah Laila, kali ini oleh-oleh yang dibawa mereka tak banyak.

Usai Mas Lutfi ke pabrik, aku pergi ke rumah salah satu tetangga, dia mengundang kami makan-makan di rumahnya, katanya suaminya baru naik jabatan, selain syukuran sekaligus ajang silaturahmi ibu-ibu komplek sini.

Tentu saja Kirana juga ada di sana, dan aku pun berpapasan dengannya.

"Gimana sekarang keadaannya Mbak Kirana?" tanya Bu Rahma alias yang punya rumah.

"Sekaran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status