Jade masih bergeming dan menatap Alicia. Jade memang mengetahui bahwa Dazzlene bersama Alicia di di dalam restoran, namun kecemburuannya mematahkan fakta itu. Baru saja Alicia hendak bersuara, Jade telah memotong perkataannya. "Aku tidak menyukai situasimu tadi! Jangan pernah mengulanginya dengan pria manapun!" "Itu tidak seperti yang kau lihat. Dazzlene sedang berada di toilet. Dan pria itu, maksudku Kakak angkat Dazzlene menemani kami sedari tadi. Dan kami hanya mengobrol sambil menunggu Dazzlene. That's all! Tidak ada yang lebih, di mana letak kesalahanku?" Alicia berusaha menjelaskan dalam kebingungan yang masih menderanya.Mendengar penjelasan Alicia membuat Jade kembali menggeram. "Kesalahanmu adalah menghabiskan waktu dengan pria lain! Kesalahanmu adalah kau bisa tertawa lepas dengannya! Kesalahanmu adalah kau bisa berbicara dengan begitu leluasa dengan tatapan intens! Kesalahanmu adalah kau bisa melakukan semua itu dengan pria yang baru saja kau kenal tapi tidak kepadaku!"Ta
Alicia menatap jam di tangannya, lantas bergegas dengan setengah berlari mengejar jadwal Bus menuju Cafe Sit & Chat. Dazzlene yang berjalan membelakangi Alicia setengah berteriak kepadanya."Alice, apa yang membuatmu terburu-buru? Kau bahkan tidak menungguku untuk pulang bersama." Protes Dazzlene yang sudah terbiasa pulang bersama dan berburu kuliner hampir setiap hari usai bekerja dengan Alicia.Dengan raut wajah bersalah Alicia meminta maaf kepada Dazzlene. "Aku tidak melihatmu di toilet dan ruangan kantor jadi aku keluar duluan untuk mengejar Bus. Sorry, sweety..." Alicia mengerjap manja sambil mencolek lengan Dazzlene yang berpura-pura tak ingin menatapnya.Tingkah lucu Alicia membuatnya tak dapat menahan tawa. "Akh, sudahlah... kau membuatku merasa geli. Aku tadi berada di lantai lima dan turun sedikit terlambat."Lalu lintas yang padat membawa mereka sampai di tempat tujuan sedikit lebih lama dari biasanya. Dazzlene yang tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini membuatnya m
Dazzlene kembali menenggak gelas ketiganya. Sedangkan Alicia kembali menenggak gelas keenamnya. Baginya alkohol rendah seperti ini bukan tandingannya. Kesanggupan dirinya menyesap alkohol diperoleh saat ia masih dibangku kuliah.Berawal dari keisengannya mengikuti teman-temannya yang berpartisipasi dalam lomba minum bir di pasar malam yang berhadiah sejumlah uang. Membuatnya menjadi juara bertahan walaupun awalnya ia harus tumbang dengan berakhir menginap di rumah temannya dan itu berlangsung sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Ia berhenti ketika dipergoki oleh Anthony dan mengancam akan memberitahu kepada Mommy bila Alicia tidak segera menghentikan kebiasaan liarnya itu.Melihat Dazzlene yang semakin meracau tak jelas membuat Alicia penasaran. Ia ingin menguji ketahanan toleransi alkohol ditubuhnya. Ia kemudian meminta segelas minuman kepada Joey persis seperti yang diminum Dazzlene.Rasanya cukup pahit, menyengat leher dan memanas dibagian perut. Satu gelas cukup baginya. Ya, hanya s
Senja menyapa, Jade kembali menghampiri pintu kamar yang sudah tidak terkunci setelah ia membawa makan siang untuk Alicia. Sama seperti sebelumnya, makanan masih tetap tertata rapi tak tersentuh sama sekali.Ia masih melihat Alicia yang meringkuk tidur di atas ranjang. Perasaan bersalah semakin menyelimutinya. Ia melangkah keluar kamar dan melakukan panggilan melalui interkom kepada Emily. Ia berpesan agar tidak seorangpun menemui atau masuk ke ruangannya.Jade bergerak perlahan ke atas ranjang dan merebahkan tubuh atletisnya di samping Alicia sejenak. Menatap mata sembab dan mengusap perlahan wajah letih wanita pujaannya dengan lirih.Tangisan panjang membuat Alicia begitu lelah. Tangisan yang membuatnya ingin berada dalam pelukan menenangkan dari Mommy. Dan entah mengapa, kehangatan yang begitu ia perlukan terasa nyata walau hanya dari dalam mimpi.Matahari telah menghilang dibalik senja. Meninggalkan jejak suka duka yang tersimpan rapat dalam memori. Mengambil pelajaran atas kesala
Suasana kejutan ulang tahun untuk Uncle Mark sukses di sebuah restoran berkonsep fine dining. Baru saja sesi toasting berlalu, keharmonisan rumah tangga terlihat begitu hangat dengan genggaman tangan yang tak lepas dari Uncle Mark kepada Aunty Valencia, tatapan mesra saat mata mereka beradu membuat siapapun iri melihatnya. Aunty Valencia yang akhirnya menyerah dengan bujuk rayu Anthony akhirnya mengikuti pilihan pria itu yang segera mereservasi restoran terbaik di kawasan yang tak terlalu jauh dari Cafe Sit & Chat. Semua rencana yang sudah disetting di sebuah restoran sederhana seketika berubah menjadi makan malam yang cukup mewah untuk Uncle Mark. Tentu saja tak luput dari campur tangan Anthony Franklin.Semua berbaur dalam hangatnya suasana kekeluargaan. Keceriaan terpancar dari raut wajah semua orang yang hadir di sana. Terkecuali Dazzlene, ada sedikit hal yang mengganggu entah karena ia merasa bukan dari bagian dari mereka. Alicia yang baru akan beranjak dari sebuah sudut ruang
Jauh di belahan bumi sana, Jade melakukan sebuah panggilan internasional kepada Jordan. Hatinya benar-benar tidak tenang, terlebih posisinya yang sedang jauh dari New York.Kepalan tangan yang begitu kuat menimbulkan guratan-guratan otot yang nampak jelas di punggung tangannya. "Jordan, jangan beritahu apapun lagi kepada si brengsek itu. Bersikaplah seperti biasa padanya, jangan menimbulkan kecurigaan. Aku akan membuat perhitungan dengannya tepat pada waktu yang kutentukan! Dan awasi orang-orang terdekatku termasuk Alicia Carter. Pastikan si pembunuh biadab dan si brengsek itu tidak hilang dalam pantauanmu. Terus informasikan kepadaku dan jangan sampai kehilangan jejak kedua manusia itu!""Baik Tuan Williams. Jangan khawatir! Aku akan melakukan tepat seperti perintahmu."Baru saja Jade tersenyum puas karena Detektif bayarannya telah menemukan pembunuh Jeanny beberapa minggu ini. Ia sedang sibuk memikirkan rencana balas dendam yang sedang ia lancarkan kepada targetnya. Namun ia harus
Jordan kembali memasuki lift pribadi yang terhubung langsung dengan Penthouse milik tuannya. Meninggalkan Alicia di sana.Ia meletakkan tasnya di atas meja. Baru saja ia menjejakkan dua langkah kaki di ruangan yang luas itu, sosok Jade tampil dengan keadaan yang tak seperti biasanya, ia terlihat agak... kacau, namun ketampanannya tak memudar sedikitpun.Alicia berjingkat melihat keberadaan Jade. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Tatapan mata Jade dengan kilat amarah dan sangat tajam menatapnya sangar. Baru saja ia menghadapi Anthony, kini ia harus berhadapan dengan amarah Jade, lagi? Alicia, kau sedang dalam masalah besar!Ia menyesal dengan kekhawatiran yang membawanya berada di tempat ini. Cara tercepat untuk melarikan diri dari tempat ini adalah melompat dari jendela dan itu sangat mengerikan. Sebab pintu lift di belakangnya tidak akan menutup cepat seperti pintu lemarinya. Alicia berusaha keras menenangkan diri, berharap ia dapat mengendalikan situasi ini. Jade yang se
"Kau tidak bisa melakukan ini padaku Jade! Kau benar-benar menyebalkan!" Alicia terus menggedor pintu kamar mandi. "Berhentilah berteriak atau aku akan keluar dan memberikan hukuman lain padamu!"Dasar badak bercula! Alicia menyugar rambutnya yang tergerai dan menghadap tembok. Ia tidak ingin tinggal seharian di Penthouse luas dan hening seperti ini, ia ingin ke kantor atau ia akan mati kebosanan di sini.Tak patah arang, Alicia kembali membalikkan badan dan menggedor pintu kamar mandi, namun urung oleh pemandangan di depannya yang telah berdiri dengan melipat kedua tangan di dada dan bersandar di kusen pintu. Pria yang hanya mengenakan handuk putih melingkar di pinggangnya, dengan rambut setengah basah dan tubuh atletisnya yang masih menyisakan sedikit percikan air dari shower tersebar di atas otot-otot yang sempurna itu. Don't you think it's... hot!Alicia membelalakkan matanya kaget. Dengan cepat ia membalikkan badannya. See! Sudah kuduga, banyak kotak di permukaan perutnya! Ouch