His Dark Side (Jade Wayden Williams)

His Dark Side (Jade Wayden Williams)

By:  TheVividRed  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
24Chapters
55views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Pesonanya yang tampan dan berkuasa menyimpan sebuah hati dengan dendam yang hebat serta cinta yang begitu kuat. Maukah kau menjadi cinta untuknya? Karena ia membutuhkan seseorang sepertimu... #bythevividred

View More
His Dark Side (Jade Wayden Williams) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
24 Chapters
Part 1
Matahari cerah pagi ini menemani langkah seorang wanita menuju sebuah perusahaan manufakturing kenamaan dan terbesar yang bergerak dibidang baja pusat kota New York, Williams Steel.Ia nampak antusias dalam mempersiapkan dirinya hari ini. Dimulai dari bangun subuh dan merias diri agar terlihat rapi, dan pastinya ia tidak ingin tertinggal oleh jadwal bus yang akan membawanya ke kantor tersebut.Alicia membuka lemari dan mengerjap sejenak melihat makanan instan yang bertebaran di hadapannya. Tidak ada pilihan lain. Ia menjadikan itu sebagai menu sarapannya pagi ini. Ya, kira-kira seperti itulah jika kau merantau seorang diri jauh dari keluarga.Senyum keceriaan begitu melekat dibibirnya. Bagaimana tidak! Setelah berbulan-bulan melamar pekerjaan di sana sini dan menanti panggilan interview. Dan selama penantian tak pasti itu pula menjadikan dia sedikit freak.Ya, setiap kali teleponnya berdering yang ia harapkan adalah panggilan interview dari salah satu perusahaan yang telah ia lamar.D
Read more
Part 2
--------------Tok tok tok"Masuklah. Dengan Nona Alicia Carter?""Iya Mrs. ...?""Kau bisa memanggilku Meghan, mari ikut denganku, aku akan menunjukkan letak meja kerjamu dan menjabarkan sedikit tentang pekerjaanmu."Alicia menyusuri lorong menuju lift mengikuti Meghan, semakin diperhatikan kantor ini terbilang cukup megah dalam balutan minimalis dan pastinya nyaman. Mungkin pemiliknya tidak menyukai motif rumit atau bercorak. Terbukti dari interiornya yang sederhana. Hanya bermotif kayu dan beberapa kaca menjulang tinggi menghiasi tembok sepanjang lorong.Ting"Kau tunggu di sini sebentar Nona Carter, aku akan memberikan dokumen kepada Mr. Williams, aku segera kembali.""Baiklah Meghan, dan kau panggil saja aku Alicia.""Okay Alicia." Ucap Meghan sambil berlalu dari hadapan Alicia menuju sebuah ruangan yang tertutup oleh pintu kayu yang lebar dan tinggi.Sekilas saat Meghan membuka pintu kayu itu, Alicia melihat samar sesosok pria paruh baya berpenampilan rapi dengan senyum menawan
Read more
Part 3
3 bulan kemudian...Cahaya matahari pagi bersinar terang memantulkan kilaunya ke jendela kamar seolah mengetuk untuk membangunkan sang penghuni yang masih terlelap. Alicia mulai mengerjapkan mata dan melompat kaget melihat jarum jam menunjukkan pukul 08.10 menit. "I'm late!" teriaknya ketika melompat turun dari ranjang single bednya. Gosh, look at the time! Bagaimana bisa aku tidur seperti kerbau?Alicia memberhentikan Taxi yang ditumpanginya di Coffee Shop yang terletak tidak jauh dari kantornya untuk menjemput sesuatu. Ya, menjemput sesuatu bukan seseorang."Hai Amber, pesananku!" ujar Alicia tergesa-gesa kepada salah satu waitress di sana."Hei, ada apa denganmu? Kau habis dikejar Blacky? Atau dikejar pria tampan?" tanya Amber seraya meraih satu cup lemon hangat dengan taburan daun mint di atasnya."Aku tidak akan lari jika dikejar keduanya, lari dari Blacky maka aku digigit, lari dari pria tampan maka aku rugi." Jawab Alicia asal sambil menyesap lemon hangat favoritnya.Coffee Sh
Read more
Part 4
Dengan tangan yang agak gemetar Alicia mengetuk pintu itu dan terdengar suara dari dalam, "Masuk.""Duduklah.""Terima kasih." Alicia hanya menunduk dan meremas jemarinya berusaha setenang mungkin mengontrol dirinya atas keputusan yang akan segera ia dengar.Namun tiba-tiba ia merasakan langkah kaki Jade semakin mendekat duduk tepat di samping kanannya. Ia terperanjat saat Jade menggerakkan tangannya menyentuh lututnya dan mengoleskan sesuatu sejenis cream di lutut memarnya. Alicia sontak berdiri dan mundur selangkah."Jangan takut. I won't hurt you. Aku hanya ingin mengoleskan obat ini di lutut memarmu." Ujar Jade yang juga terkejut melihat pergerakan Alicia."Aa...kuu... bisa melakukannya sendiri, Mr. Williams." Alicia kembali duduk dan ia memilih untuk duduk di ujung sofa.Jade tersenyum, kekakuan Alicia menjadi pemandangan lucu di matanya. "Ada keperluan apa Mr. Williams mencariku?" Tanya Alicia dengan gugup, ia merasakan detak jantung yang semakin tak beraturan disaat ia mulai b
Read more
Part 5
To: Amber (Coffee Shop)Amber, jangan siapkan aku lemon hangat pagi ini, karena aku ada urusan kantor. Thanks. Alicia melanjutkan dirinya bersiap-siap setelah mengirim pesan kepada Amber. Pagi ini ia akan berangkat sedikit lebih awal karena harus menemani Dazzlene bertemu dengan Supplier untuk pengecekan barang dan sebelumnya ia harus mampir ke kantor untuk absen terlebih dahulu.Alicia bersyukur teman-teman di tim Purchasing adalah orang-orang yang menyenangkan. Terutama Meghan dan Dazzlene yang terbilang cukup dekat dengannya semenjak ia berada di sana.Meghan yang tampaknya dingin dan jarang bicara nyatanya adalah seseorang yang keibuan dan perhatian kepada bawahannya. Mungkin perilaku itu didominasi oleh posisinya sebagai Manager Purchasing untuk selalu menjaga wibawa dan attitude. However, dia tetap menjadi Manager favorit bawahannya. Dan Dazzlene, seseorang yang easy going, memiliki banyak kesamaan hobi dengannya. Terkadang begitu cerewet namun memiliki hati yang tulus dalam p
Read more
Part 6
Alicia bergeming memikirkan nasibnya menjadi karyawan dari Boss yang diktator, hobi menguntit, kepo dan otoriter.Untung saja kontraknya hanya dua tahun, kalau lebih dari itu mungkin aku akan benar-benar berkarat di perusahaan ini."Sudah kukatakan, kau menjadi tanggung jawabku sampai kakimu sembuh, jadi aku menyuruh orangku untuk mengikutimu, memastikan keselamatanmu, dan apa yang kau lakukan di dalam sana?" tanya Jade mengunci tatapan terkejut Alicia."Mr. Williams, maafkan aku, aku tidak berusaha membohongimu, tapi tolong jangan menatapku seperti itu, aku ... akan menjelaskannya." Raut wajah memelas dan takut Alicia meredakan sedikit emosi Jade, terlihat dari Jade yang menghela napas mendengar jawaban Alicia."Alicia, jangan takut padaku. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, okay?" suara Jade saat ini terdengar melembut. Bukannya ia tidak tahu apa yang Alicia lakukan. Namun Jade murka ketika mendapat laporan bahwa Alicia masuk ke dalam sebuah wisma yang menjadi tempat pro
Read more
Part 7
Alicia memijit kedua pelipisnya, terlihat gusar. Ia sedang menanti lift untuk menuju ruang kerjanya. Dan tiba-tiba saja ia terperanjat dengan sebuah tepukan lembut di bahunya. Anna Hillenburg, HRD baru yang telah beberapa bulan bekerja di perusahaan ini. Kedekatan dirinya kepada Anna terbilang cukup cepat karena sifat Anna yang dewasa dan lembut membuat Alicia nyaman berteman dengannya. Entah bagaimana menjelaskannya, namun pernahkah kau mengalami sebuah pertemanan singkat yang menjadi akrab saat 'frekuensi' kalian berada dalam satu gelombang yang sama?Tak jarang Dazzlene dan Alicia sering diajak Anna untuk mampir ke Apartemen tempat ia tinggal yang terbilang cukup mewah. Membuat Alicia salut akan sosok seorang Anna. Yang walaupun memiliki harta melimpah tapi masih mau bekerja sebagai seorang karyawan bahkan menjalin persahabatan tanpa memandang status dan sosial. "Alice, are you okay?""Hai Anna, aku hanya sedikit pusing." jawab Alicia tersenyum."Apa kau mau izin pulang untuk is
Read more
Part 8
Setelah selesai memakaikan sepatu, Jade mengusap lembut lutut kanan Alicia dan menatap wajahnya. "Jangan membuatnya terluka lagi, atau kau akan bertemu dengan empat macam sayur itu siang dan malam." Ucap Jade dengan seringainya.Mendengar penuturan Jade, Alicia tak kuasa menahan tawanya. Ia menggigit bibir bawahnya sehingga ia hanya mengeluarkan sedikit suara tawa yang ia tahan.Jade beranjak dari posisinya dan mengambil tempat duduk di sebelah Alicia. Ia menggenggam tangan Alicia. Dan dikesempatan inilah Alicia mengumpulkan keberaniannya mencari sebuah petunjuk dalam manik mata abu-abu itu."Alicia, aku memiliki dua permintaan padamu. Pertama, berhentilah memanggilku Mr. Williams, aku ingin kau memanggil namaku dan yang kedua, aku ingin kau makan malam denganku nanti. Kau tidak keberatan bukan? I promise, just a dinner, please?" tanya Jade seraya mengelus lembut punggung tangan Alicia dengan ibu jarinya."Untuk yang pertama aku tidak bisa melakukannya dan untuk yang kedua aku akan me
Read more
Part 9
Pendar cahaya lampu di kota yang tak pernah tidur ini menampakkan kesemarakannya, terutama pada malam hari. Di mana kebanyakan orang telah menghentikan aktifitas hariannya dan berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk melepaskan penat dan kejenuhan hari ini.Alicia mengabaikan manusia di sebelahnya dengan menikmati alunan musik klasik Johann Pachelbel - Canon In D yang mengalun lembut di dalam mobil Jade, menghangatkan suasana yang dingin di malam hari ini.Namun tiba-tiba saja Alicia merasakan sentuhan lembut pada tangan kanannya dan tangan itu kian menghangat. Jemari kokoh Jade yang bertaut menyelusup setiap celah pada jemari Alicia. Tanpa harus mencari tahu penyebabnya Alicia sudah dapat menebak, bahwa tangan Jade sedang menggenggam erat jemarinya. Alicia berusaha meloloskan jemarinya dari genggaman itu, namun usahanya sia-sia. Genggaman Jade semakin erat di tangannya. Alicia bergeming, enggan menatap pria di sampingnya. Ia terus menikmati alunan musik klasik itu dan terus meni
Read more
Part 10
Melihat Alicia yang terlelap bersandar di kursi membuat Jade sigap memposisikan diri agar leher wanita pujaannya tidak pegal. Dengan perlahan ia membawa Alicia berbaring dalam pelukannya, di atas dada bidangnya.Kebahagiaan malam ini sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jade merasa dirinya selangkah lebih dekat dengan wanita pujaannya.Sepanjang perjalanan Jade terjaga, hatinya kian menghangat tatkala Alicia menggeliat di atas dadanya dan memeluk pinggangnya. Sekalipun ia tidak mengetahui alasan dibalik kenyamanan wanita itu saat berada dalam pelukannya, karena Jade memang belum mengetahuinya.Tak lama kemudian Bryan telah membawa mereka tepat di depan rumah Alicia. Dikarenakan Jade tidak ingin moment ini segera berlalu, ia menitahkan Bryan untuk menepikan mobilnya di area parkir dan menginstruksikan Bryan untuk meninggalkan mereka sejenak. Jade membelai lembut rambut indah Alicia dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Ia memeluk erat Alicia seperti saat ia memeluknya sia
Read more
DMCA.com Protection Status