Dalam kekalutannya, Grace tak tahu harus berlari kemana. Ia berjalan dengan gontai menyusuri sebuah jalan setapak menuju tebing tanpa alas kaki. Waktu sudah menjelang sore, Fien Clark pastilah tak akan menemui dirinya lagi setelah mengerti tentang rekaman video itu secara jelas.
"Akhh!" pekiknya saat sebuah duri menancap kuat di kakinya. Ia meringis kesakitan dan luruh di tanah yang dipenuhi daun kering.Tanpa ia minta air matanya sudah mengalir deras tak bisa dibendung."Grace? Apa yang terjadi?" sebuah suara mengejutkan Grace.
"Peter?"
"Aku mencarimu, kulihat pintu belakang terbuka, jadi kupikir kau pasti sedang berjalan jalan di kebun belakang. Tapi kenapa kau berjalan tanpa alas kaki?" ujarnya dan mencoba menarik duri yang menancap di telapak kaki Grace.
"Aaauuw, sakit, Peter."
"Hmm, pasti sakit. Ayolah aku menggendongmu ke dalam, gadis bodoh," umpatnya pelan yang masih di dengar Grace.
Grace menurut. Ia merasa Peter begitu men
Pria itu sepertinya ketakutan."Ini sangat mendesak, Tuan. Hanya Anda yang bisa menolongku.""Sayangnya aku sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat. Katakan saja apa maumu.""Tidak, kau harus menemuiku."Fien bingung, seolah sesuatu yang sangat penting."Temui asistenku, hanya itu yang kubisa. Aku tak bisa kembali karena baru saja mendarat."Fien menutup telepon dan memberikan nomor Eddie kepada penelpon tersebut."Kau sangat penting rupanya. Kenapa dia sangat ingin bertemu denganmu?""Entahlah, bisa jadi orang yang membutuhkan uang atau pekerjaan. Dia tak harus menelponku karena sudah ada yang mengurus hal semacam itu," ujarnya."Lalu, apa kabar Grace yang dulunya selalu kau hindari. Aku tak menyangka akhirnya semua terwujud.""Apa menurutmu masuk akal kalau ternyata aku menikahi wanita yang telah membunuh saudara tiriku dan juga kekasihku? Bagaimana aku bisa hidup di sisi psikopat gila sepertinya?"George
Setelah jam makan siang usai, Cindy kembali ke kantornya. Ia tampak terburu-buru membuka tempat penyimpanan berkas. Cukup lama ia memeriksa rak kabinet dan juga tempat penyimpanan pribadi, tapi ia tak lagi menemukan berkas tersebut."Sial, kemana perginya berkas Alice dan juga rekaman video itu? Kenapa tak ada di sini?" Cindy semakin panik dan gelisah.Di gawang pintu, Antonio melihat bagaimana Cindy kebingungan mencari berkas Alice."Cindy, kau tak makan siang? Ayo kita ke kafe, kau pasti lapar, hmm?" Antonio memelankan suara dan mengajak Cindy makan siang di sebuah kafe seperti biasanya.Cindy membalikkan badan terkejut. Terlihat ia menganga melihat kehadiran Antonio secara tiba-tiba di kantornya."Uhmm, hari ini aku sangat sibuk, bagaimana kalau lain kali saja, Antonio? Bisakah kau makan sendirian?""Ouh, tentu. Aku kemari sekaligus mengingatkan bahwa kasus Alice sebaiknya segera diangkat. Jika kau sangat sibuk, maka aku akan meminta
Fien terus memfokuskan perhatian pada dua gadis itu.Tiba-tiba jantungnya berpacu cepat melihat senyuman yang tak pernah ia lupakan."Alice, kaukah itu?" ucapnya gemetar. Ia menoleh kebelakang dan kedepannya, tapi tak ada celah untuknya membelokkan mobilnya untuk keluar dari kemacetan.Ia menekan klakson karena frustasi yang membuat beberapa orang mengumpatnya. Saat itulah ia melihat ke arah pedagang kaki lima lagi dan kehilangan dua gadis tadi.Fien Clark tak menyadari Alice dan Sherly telah menaiki taksi yang berada tepat di belakangnya. Ia bahkan mendapatkan kesempatan untuk keluar dan memutar arah ke tempat pedagang tadi. Ia turun bergegas, mencari dua wanita yang dilihatnya."Kemana mereka pergi?" sesalnya karena terjebak kemacetan tadi. "Ah, setidaknya aku datang ke tempat yang benar, aku akan mencari Alice di kota ini," tekatnya.Sherly menggenggam Alice yang sudah kelelahan karena berjalan-jalan di keramaian. Gadis itu terlihat p
"Aku teringat sesuatu, Antonio. Lobster ini membuatku teringat dengan sesuatu meskipun tak yakin. Seorang pria yang memiliki suara berat dan parau, dia mengatakan bahwa dia mencintaiku apapun yang terjadi, aku seperti mendengar suaranya di telingaku," ujarnya dengan senyum bahagia.Sementara itu Antonio dan Sherly terlihat gelisah. Sungguh saat yang tak tepat jika Alice mengingat Fien Clark."Alice, setelah kau sehat dan membaik, kita akan menghadiri persidangan. Akan tetapi jika kau dalam keadaan berhalusinasi, maka kau akan mengalami kesulitan dan aku khawatir itu berakibat buruk dengan janinmu. Lalu apakah tidak sebaiknya setelah kau melahirkan saja kita menyelesaikan kasus ini?"Alice mendengar Antonio mengernyitkan keningnya, ia sungguh tak mengerti mengapa Antonio selalu menjadikan bayinya sebagai alasan untuk tidak mengungkapkan pelaku yang katanya sedang diproses hukum."Siapa Grace sebenarnya? Aku mendengar kalian menyebutkan nama Grace, apakah d
Di penghujung sebuah hubungan setelah sekian lamanya, Antonio justru mengakhiri? Cindy menatap sendu pada kekasihnya yang juga sedang menatapnya, tapi tatapan Antonio itu dipenuhi api kebencian."Apakah kau sadar dengan ucapanmu, Antonio?""Ya, tentu saja aku sadar sepenuhnya. Aku tidak akan pernah menikahi wanita sepertimu, Cindy. Kau tahu, aku telah kehilangan Alice untuk kedua kalinya, dan kau seakan tak tahu menahu soal ini.""A-aku hanya sedikit sibuk, kumohon pengertianmu.""Tidak! Kita tak akan pernah bersama, Cindy. Ku kembalikan mawar merah hadiah darimu ketika pertama kali bertemu, pernikahan akan aku batalkan esok hari, selamat tinggal," ujar Antonio dan ia melangkah pergi keluar dari rumah Cindy.Cindy terpaku, menatap Antonio kecewa, meski ia tahu Antonio juga kecewa. Ia benar-benar akan jatuh dalam keadaan yang sulit, ia harus mau tak mau bersama Philip meski ia tidak menyukainya. Tak ada pilihan, selain menerima kenyataan.
Eddie tak menjawab dan malah menutup ponselnya karena kesal. Ia tahu ucapan Fien Clark juga cuma main-main. Pada akhirnya, Fien selalu memercayakan keputusannya. Hanya saja Fien tak suka rumah pantai digunakan siapapun.Sementara Fien Clark memikirkan sesuatu. Setidaknya ia harus bertemu gadis itu dalam waktu dekat. Tapi bagaimana ia akan mencarinya? Mencari satu dari ribuan atau bahkan jutaan manusia di kota itu?Ini adalah hari ke- lima ia mencari Alice di setiap penjuru kota. Namun tak ada tanda-tanda yang bisa ia temui. Sementara perusahaan sudah sangat membutuhkan dirinya. Berbagai kemajuan pesat telah ia dapatkan, termasuk memperoleh banyak saham yang mengakar di perusahaan Grace.Hal itu sedikit mengatasi kekacauan yang ia terima karena pinalti yang ia terima dari perusahaan Barenzki Rudolf karena gagal produksi. Ia bahkan akan segera mencabut kerjasama yang gagah tersebut."Baik, aku akan kembali dalam sepekan mendatang. Alice, tunggu aku, a
Alice terus berusaha mengingat pria yang sebenarnya adalah Fien Clark. Lalu ia mulai memejamkan matanya karena sangat lelah. Antonio tak kuasa menahan air mata di sudut matanya. Merasakan bagaimana nasib Alice yang selalu menderita.Saat itu, Fien Clark yang telah sampai di kantornya dan semakin menggila."Gara gara pekerjaan ini, aku kehilangan kesempatan menemui Alice!" gerutunya dan melempar sebuah koper ke arah Eddie.Dengan sigap Eddie menangkap lemparan Fien dan berhasil meski sedikit terhuyung. Pria itu menggelengkan kepalanya dengan kelakuan tuannya yang tak kunjung berubah."Apa anda kesurupan di pesawat, Tuan Fien. Jangan bilang anda baru melihat hantu."Fien melotot. Ia sedang tidak ingin bercanda."Coba kau pikirkan, aku mencarinya di setiap sudut kota, dan ketika muncul aku bahkan sudah tak bisa keluar dari pesawat," geramnya dengan berkali kali menggebrak meja dan meremas sisi rambut kepalanya."Aku hampir gila karena dua
Grace masih belum sepenuhnya bisa berpikir karena masih mengantuk. Akan tetapi tak lama kemudian, bibirnya terbuka dan menganga tanpa suara. Mungkinkah tadi itu adalah Fien Clark yang menghubungi Peter?"Apa maksudmu? Selingkuhan seperti apa?"Grace masih mencoba untuk membela diri."Jangan berpura-pura bodoh, Grace. Ruangan ini dilengkapi kamera pengawas yang cukup untuk melihatmu dengan berbagai macam pose. Jangan kuatir, akhir akhir ini video semacam itu banyak dijual bebas, apa kau tertarik setelah kehilangan Giant travel untuk menjual semacam itu?"Grace meremas selimut yang masih membalut tubuhnya. Ia bahkan belum sempat berganti pakaian dan hanya mengenakan lingerie tipis saja. Bulu kuduknya berdiri membayangkan apa yang telah terjadi di kamar itu bersama Peter."Kalian bersekongkol melakukan semua ini? Kenapa Fien, kenapa kau lakukan semua ini kepadaku? Kau sangat kejam Fien, apa kau tak mengerti bagaimana perasaanku menjadi istrimu yang