Zee termenung dikamarnya masih tidak menyangka bahwa Billy mampu melakukan hal itu, lantas kehidupan pernikahan macam apa yang akan mereka lalui jika nantinya benar - benar akan menikah. Pernikahan yang Zee jalani hanya untuk pembalasan dendam dan belum sah sudah ditampar pipinya oleh Billy, memutuskan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum berangkat ketempat anak – anak tidak mampu dan lanjut ke cafe nantinya. Tidak ada yang menemani Zee karena memang ketiga sahabatnya sedang sibuk mengurus hal pribadinya, hal ini bukan hal utama karena mereka sering seperti ini jika dulu mereka masih bisa bersama tapi seiring bertambahnya usia dan kesibukan membuat mereka membagi waktunya.
Berada di lingkungan anak – anak ini membuat Zee selalu banyak bersyukur karena kehidupannya masih jauh lebih baik dibandingkan mereka, tempat perusahaan sang papi tidak pernah memberitahu mengenai masalah ini pada banyak orang karena Zee mencari donatur seorang diri tanpa membaw
Billy menatap tajam pada Zee atas apa yang dikatakan, harinya ini sangat buruk dimana akhirnya menghabiskan waktu bersama Endi dirumah ibunya. Billy dapat melihat bagaimana ibunya tidak menghiraukan Endi sama sekali, bahkan menghabiskan waktu didalam kamar bersama dirinya untuk membicarakan mengenai rencana pernikahan dengan Zee dan apa yang harus dilakukan olehnya nanti setelah menikah. “Pasti kamu tahu kan kalau Tyas akan proses cerai?” Billy mengangguk pelan “setelah selesai semua kamu bisa melanjutkan hidupmu bersama Tyas.” Sentuhan pada lengannya membuat Billy menatap sang pemilik tangan dimana Zee menatapnya lembut, menghembuskan nafas pelan karena akan menyakiti hati wanita dihadapannya ini dan entah mengapa tidak menyukai semua ide yang akan dilakukannya ini. “Sudah sampai, mau sampai kapan kamu melamun?” “Zee, perjanjian pra nikah seperti apa yang akan kamu lakukan?” Zee mengangkat bahu “papi dan Mas Bima yang akan mengurus semuanya,
Kejadian pada saat makan membuat Billy tidak bisa berkata apa pun, saat ini berdua sedang menyusun perjanjian pra nikah yang akan diberikan pada Wijaya dan disahkan oleh pengacara masing – masing. Ayah Billy memberikan pengacara untuknya mengenai perjanjian pra nikah, perjanjian ini memang Zee buat agar semua selesai termasuk balas dendam yang dibuat oleh ibunya dan apabila masih terjadi maka Billy bertanggung jawab akan semuanya. “Aku nggak minta harta apa pun dari kamu tapi sesuai permintaan ibu kamu adalah saham atas namaku akan aku berikan padamu beserta usaha yang aku rintis selain cafe.” Billy terdiam mendengar perkataan Zee yang bahkan rela melepaskan segalanya untuk dirinya bahkan tidak meminta harta apa pun darinya, melihat Zee menuliskan sesuatu di kertas sesuai dengan apa yang dikatakan semakin membuat hatinya sakit dan berpikir apa dirinya sejahat itu sampai tega melakukan ini. “Kamu mau balik kapan?” Billy bingung dengan pertanyaan Zee “kamu mau
Zee masih berkutat dengan kertas yang berisi perjanjian pra nikah antara dirinya dengan Billy, secara sadar memang Zee akan menyerahkan beberapa miliknya pada Billy saat mereka resmi menikah tapi tidak dengan anak yang nanti dikandung olehnya. Zee juga menuliskan mengenai peraturan anak yang harus Billy lakukan, hembusan nafas pelan membuat Zee harus kuat menulisnya karena ini akan berkaitan dengan masa depannya. “Yakin melakukan ini semua?” menatap Leo yang berada disampingnya “bukan masalah harta hanya saja ini kebahagianmu, apa nggak lebih baik kamu bersama Erland?” Zee tersenyum mendengar perkataan Leo “kamu sudah tahu jawabannya jadi ya aku melakukan ini demi kita semua dan semoga ini untuk terakhir kalinya.” Leo menghembuskan nafas pelan, membuat Zee kembali fokus pada catatannya dengan Leo yang fokus pada ponselnya. Mereka sibuk dengan kegiatan masing – masing sampai bunyi bel membuat Leo beranjak dari kursinya dan Zee membereskan meja dimana pastinya
Melepaskan penyatuan mereka dimana masih terlihat cairan yang berada di pen.is Billy dan juga di bibir vag.ina Zee, Billy melangkah mengambil tissue yang tidak jauh dari mereka untuk membersihkan masing – masing. Zee merapikan pakaiannya dan mengambil tissue mereka untuk dibuang ke tempat sampah, membuat minuman coklat untuk mereka berdua karena pastinya sudah sangat lelah atas apa yang baru diperbuatnya. “Bukannya kamu ada dirumah Mbak Via?” meletakkan mug berisi coklat diatas meja. “Aku merindukanmu jadinya datang kesini.” “Wanita itu sedang bersama suaminya?” Billy mengangkat bahu karena memang tidak menghubungi Tyas sama sekali “sudah sampai mana proses cerainya?” “Lakukan perjanjian pra nikah sesuai dengan apa yang kita bicarakan selama ini, mengenai perkataanku di telepon tadi jangan dihiraukan” Billy tidak ingin membahas mengenai Tyas makanya mengalihkan pembicaraan dan hanya dianggukin Zee “masih ada kamar disini?” Zee menggelengkan ke
Tyas menarik tangan Billy sebelum melangkah menjauh membuat langkahnya terhenti menatap wanita yang berada di ranjangnya, dimana Tyas tampak berantakan dengan rambutnya yang tergerai bebas. “Aku tidak masalah dengan hal itu hanya saja rencana kamu harus berhasil demi kebahagiaan ibu.” “Apa yang ibu rencanakan dibelakangku?” Tyas tersenyum “kamu tidak perlu tahu apa yang direncanakan ibu karena kita memiliki tugas yang berbeda” Billy mengernyitkan dahinya “aku harus hamil anakmu agar kamu terbebas dari wanita itu.” Tyas mendekati Billy dengan mencium bibirnya penuh gairah membuat Billy membalas ciuman Tyas tidak kalah panasnya, mendorong tubuh Tyas hingga berbaring di ranjang tanpa melepaskan ciuman mereka berdua. Tangan Tyas berusaha membuka pakaian Billy dengan memasukkan tangannya kedalam, Billy membuka pakaiannya secara keseluruhan hingga telanjang. Menatap tubuh Tyas yang berada dibawahnya dimana cairan mereka masih berada di vagina wanita itu, me
Cafe dan ruangan Zee adalah tempat yang tepat membahas mengenai perjanjian pernikahan mereka berdua, menatap dalam diam saat Billy membaca apa yang ditulisnya beberapa hari lalu. Malam setelah mereka melakukan dengan cepat di sofa ruangannya setelah itu tidak bertemu, Zee tidak peduli karena memang berharap tidak bertemu dengan pria yang ada dihadapannya dan dirinya tahu jika pria ini beberapa hari itu bersama wanitanya. “Urusan masing – masing?” Zee mengangguk tegas “tidak ada urusan masing – masing.” Zee mengangkat bahu “apa kamu mau saat bersama wanita itu secara tiba – tiba aku hubungi?” Billy terdiam “aku menghargai waktu kalian untuk bersama.” Billy menatap tajam pada Zee “atau kamu yang menginginkan berduaan dengan lelaki itu?” Zee hanya diam malas membalas perkataan Billy yang semakin membuat Billy emosi “kamu tidak akan lepas dari aku kapan dan dimana pun.” “Kalau memang sudah selesai dan tidak ada perubahan besok bertemu di kantor pengacara
Sudah sangat yakin untuk menghadapi ini semua dan Zee sudah tidak peduli akan apa yang Billy lakukan saat ini, persiapan sudah berjalan sebagaimana mestinya yang dikerjakan oleh jasa yang mereka sewa dan Zee tidak tahu bagaimana dengan konsep yang dibuat. Setiap hari hanya berada ditempat anak – anak bersama temann – temannya, jika Billy ingin bertemu akan berada di apartemen Zee yang kali ini melakukan didalam kamar karena sudah terpasang kamera dan terakhir hubungannya dengan Gerald tetap seperti biasa hanya saja saat ini Zee sudah lebih sering bermain ditempat Gerald. “Pernikahan kamu sudah akan berjalan beberapa hari lagi dan saat ini masih berada disini” Zee cemberut mendengar perkataan Gerald dengan menyandarkan kepalanya di da.da bidang pria yang mencintainya ini. “Mas benaran menungguku?” menatap Gerald penuh selidik yang hanya mengangguk pelan “meski aku hamil anak dia?” Gerald mengangguk “aku akan menganggap anak itu sebagai anakku sendiri, kita sud
Pernikahan berjalan dengan lancar dimana tidak ada kesalahan sama sekali saat mengucapkan kata depan papinya, satu hal yang masih Zee rahasiakan dari banyak orang adalah kehamilan dirinya bahkan Billy tidak tahu jika dirinya hamil. Tanda – tanda wanita hamil tidak tampak dari keseharian, mungkin hanya satu orang yang curiga dengan perubahan dirinya yaitu Erland. Saat Zee menggoda Gerald dimana pria tersebut dapat langsung menebak jika Zee sedang mengandung padahal dalam banyak hal dimana tidak tampak tanda – tanda itu. “Kita akan tinggal disini kalau ibu ingin tinggal disini juga bersama Hera bisa.” Zee menatap Mili yang hanya diam tidak ingin berbicara mengenai hal apa pun pada dirinya, hembusan nafas pelan membuat Zee akhirnya menyerah dan itu semua tidak lepas dari pandangan Billy. Memilih masuk kedalam kamarnya untuk istirahat karena dirinya terlalu lelah menemui beberapa tamu undangan, sedikit berharap anaknya akan baik – baik saja didalam atas apa yang baru saj