Andai hanya dengan menatap kedua mata lawan bicaraku,
aku bisa tahu nasib apa yang akan menimpa kami kelak,maka bilur-bilur ini tidak akan merayapi hatiku.Jason membelokkan mobilnya ke drive thru McDonald's. Ada dua mobil yang mengantri di depan mobilnya. Lagu berbahasa Perancis yang dinyanyikan Anggun mengalun pelan dari speaker mobilnya. Setelah sampai di depan speaker pemesanan, Jason membuka kaca jendela mobilnya dan mulai memesan. Setelah selesai, mobilnya perlahan maju untuk membayar dan mengambil pesanannya dari jendela yang tersedia.
"Tolong dong," kata Jason sambil menyerahkan beberapa paper bag yang berisi
Jangan terlalu naif.Tidak ada pangeran dan putri yang bersamadan bahagia selamanya setelah membunuh naga.Mereka akan menemui makhluk-makhluk mengerikan lainnyayang seringkali bersembunyi dalam kebaikan semu.Hari Sabtu dan Minggu kemarin kuhabiskan dengan membaca novel-novel koleksiku. Memang cara itu berhasil mengalihkan pikiranku dari lukisan terkutuk itu, tapi aku malah tidak bisa tidur. Tadi saja aku baru bisa tidur setelah sholat subuh. Akibatnya aku bangun kesiangan dan hampir saja terlambat pagi ini.Aku melihat sepatuflat-ku yang tampak kotor karena tadi terinjak pengendara motor lain. Pengendara itu pasti panik karena harus menghindariku yang mengerem mendadak. Mau bagaimana lagi? Ada motor di depanku yang tiba-tiba mesinnya mati. Aku terpaksa
Another song glorifying love is being playedand I'm in the mood to dance the night away.We are swaying lightly with closed eyes.Your touch on my skin feels like morning air.It makes me shiver and long for more.(Satu lagi lagu yang mengagungkan cinta sedang diputar dan aku sedang ingin berdansa malam ini. Kita berayun pelan dengan mata tertutup. Sentuhanmu pada kulitku terasa seperti udara pagi yang membuatku merinding dan mendambanya lagi.)"Yuuuuuu! Bangun, Nduk!"
Aku memejamkan mataku dan menutup telingakumenolak tatapan dan perkataanmu yang membuai.Harapanku sudah lelap tertidur, jangan kau bangunkan!Aku tak ingin lagi merasakan nestapa yang mengecewakan.Sepulang kerja, aku dan Mbak Maya mampir ke Mata Kopian. Aku sudah janji padanya untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di antara aku dan Jason. Sambil menikmati es kopi karamelnya, Mbak Maya mendengarkanku dengan seksama. Semua hal yang berkaitan dengan Jason, aku ceritakan semua ke Mbak Maya. Mulai dari Jason dan aku yang harus menemani ibunya belanja batik, Jason yang mengatur pertemuanku dengan Pak Seno di rumah Mr. Nilsson, Jason yang menjengukku di klinik ketika aku sakit tipes, Jason yang berkencan dengan Anita, Jason yang menemaniku ke Jogja National Museum untuk melihat lukisan Sam, Jason yang membeli lukisan itu, dan yang terakhir adalah Ja
Seringkali aku lupabila hujan lebat nantinya akan reda,jika siang terik pun akan menjadi malam kelam.Rasa cinta dan sakit ternyata juga begitu,berlalu tanpa kuingat kapan pernah singgah.Lima menit sebelum jam istirahat selesai, aku dan Mbak Maya memutuskan untuk kembali ke meja kerja kami masing-masing. Ketika aku memasuki ruangan, suara tawa Jason terdengar begitu lepas. Aku belum pernah mendengarnya tertawa seriang itu. Aku jadi penasaran, kira-kira apa yang membuatnya begitu senang?Jason mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya kepadaku ketika aku berjalan melewati mejanya. Dia masih tersenyum."Bring me a din
Suara angin terdengar seperti bersiul.Cabang dan daun-daun pepohonan terhuyungke arah angin itu meliuk-liuk liar.Sikapmu padaku pun seperti angin yang ganas itu.Terlalu berbahaya untuk disambut tanpa waspada.Laras menyapukan kuasblush onpada pipi kananku. Sudah hampir satu jam dia memoles wajahku, mempraktekkan hasil kursusmake upyang diikutinya setelah menikah. Sekarang dia hanya menginap di rumahku ketika Burhan harus bekerja di rumah sakit pada shift malam. Walaupun tidak sering, aku sangat bersyukur dengan keberadaannya yang mengurangi rasa kesepianku."Senyum, Mbak. Aku mau poles lipstik."
Sepertinya bahagia enggan datang lagi.Jangan-jangan karena kecewa yang terlanjur bertamudan memutuskan untuk tinggal sementara waktu di hatiku.Lalu, berapa lama ini akan berlangsung? Seminggu?Sewindu? Atau mungkinkah bahagia tak sudi menghampiri lagi?Senin pagi ini terasa sedikit berbeda. Di perusahaan ini, semua orang memang terlihat sibuk seperti pada hari Senin biasanya, tapi mereka kelihatan senang. Mungkin karena pesta perpisahan Mr. Nilsson yang meriah pada Sabtu malam lalu masih menjadi pembahasan yang menarik pagi ini.Andai saja malam itu Jason tidak mengajakku berdansa di depan semua orang dan staf-staf perempuan itu tidak menggunjingkanku, aku pasti akan ikut s
Bau bangkai hewan menyeruak, menusuk hidungku.Tak ada bangkai di bawah meja, tidak juga di balik lemari.Lalu apa ini? Kenapa busuk sekali?Ah, ternyata bau ini muncul dari mulut para penggunjing!"Yu, kamu marah?" tanya Mbak Maya yang mampir ke ruanganku setelah bel pulang berbunyi."Marah kenapa, Mbak?" tanyaku datar."Karena aku nggak ngasih tahu kamu tentang foto-foto itu."Aku menutup laptopku dengan kasar. Aku tidak perduli kalau inventaris kantor itu rusak. Sekalian saja rusak, sama rusaknya dengan reputasiku. "Siapa yang buat grup itu?""Anak HRD."
Hujan di tengah siang itu mengelabukan langit.Tajam butir-butir airnya menusuk wajahku.Ketika aku mulai berkawan dengan dingin dan basah,sinar matahari dengan gagahnya menerobos awan,memporak-porandakan sendu, lalu menghangatkan rasa.Kedua tangan Jason meremas lembut tanganku. Jemari tangannya terasa hangat di punggung tanganku. Aku masih menunduk melihat tangan kami yang menyatu di atas lutut kami yang bersentuhan. Isak tangisku sedikit mereda, tapi tubuhku masih sedikit tersenggal-senggal."Saya akan mulai dari Agnes," katanya serius. "Saya akan memastikan dia mendapat sanksi yang tegas. Nggak seorang pun bisa menghina atau merendahkan orang lain di perusahaan ini. Saya sendi