Indra tanpa rasa takut menyeret mayat Wandi masuk ke dalam kantor polisi. Kedatangan Indra ke kantor polisi membuat suasana menjadi sangat heboh dan Indra segera di interogasi pihak kepolisian tentang kronologi meninggalnya Felicia. Dengan detail dan serta dilengkapi bukti - bukti yang di bawa Indra membuat polisi jadi mempercayai ucapannya. Usadani, polisi yang dulu mengurus kasus Alana tidak terlalu terkejut kalau kematian Felicia ada pihak - pihak lain yang ikut terlibat. Yudi kembali ke rumahnya. Saat ia pulang Julia datang menghampirinya dengan wajah sumringah. Melihat senyum Julia membuat rasa lelah Yudi seakan sirna, gadis manis berkulit putih tersebut malah seperti istri yang menyambut suaminya pulang. “Om… ke mana aja sih Om kok ga pulang - pulang,” ucap Julia penasaran. “Ke mana yaa… hmm, kamu mau nya aku ke mana?” Yudi balik bertanya ke Julia. “Aduh, kebiasaan deh si Om. Bukannya dapat jawaban malah balik bertanya. Ga asyik kali Om.” Julia memajukan bibirnya. Dengan ge
Kebahagiaan bukan suatu hal yang mustahil jika Tuhan sudah berkehendak. Seperti hubungan Reynar dan Alana. Hubungan mereka berawal dari kesalahpahaman membuat mereka bertemu dan saling jatuh cinta. Reynar memutuskan untuk menjemput Alana dengan private jet-nya dan membawanya langsung ke kantor polisi. Yudi sudah menghubungi kenalannya salah satu pejabat yang berpengaruh di sana untuk membantu kasus Alana. Sedangkan, Alana sedang bersiap - siap untuk segera kembali ke Jakarta dibantu oleh Nina. Ada perasaan khawatir ia harus kembali ke kantor polisi. Nina mengetahui kalau Alana takut untuk ke kantor polisi. “Lan, kamu baik - baik aja?” tanya Nina. Alana menghela napasnya. “Aku…” “Ga apa - apa kalau kamu merasa khawatir. Aku ngerti, terkadang tidak semua hal bisa kamu kuasai sendiri, tapi percayalah akan ada bahagia di akhir nanti.” Nina mencoba untuk menyemangati Alana. “Iya Nin. Aku gelisah dan khawatir kalau harus ke kantor polisi sendirian.” “Aku yakin kok Lan kalau Tuan Rey
Keesokan harinya Reynar terbangun saat Alana mengusap punggungnya agar segera bangun. Matanya terasa begitu berat dan membuatnya merasa begitu kesal tak ingin membukanya, namun begitu melihat istrinya yang membangunkannya membuat lengkungan senyuman di wajahnya. “Kenapa Sayang? Aku masih mengantuk,” ucap Reynar. “Bukannya hari ini kita mau ke kantor polisi Sayang,” ujar Alana. Reynar langsung menepuk dahinya. Ia lupa kalau hari ini harus pergi mendampingi Alana dengan pengacaranya ke kantor polisi. “Aku hampir lupa Sayang.” “Nah, kalau begitu sekarang siap - siap yaa. Aku buatkan sarapan dulu.” “Ok istriku yang cantik.” Alana tersenyum mendengar Reynar yang selalu saja memujinya membuatnya selalu tersipu malu sambil berlalu pergi dari kamar dan Reynar memutuskan untuk mandi. Kegiatannya tadi malam sudah membuatnya cukup puas meskipun tidak melakukan hubungan intim dengan istrinya, tapi setidaknya telah keluar yang seharusnya dikeluarkan. Setelah selesai mandi Reynar menuju da
“Jadi sudah berapa bulan usia kandungan Alana?” tanya Rendi. “Kurang lebih sudah satu setengah bulan Pa atau 6 minggu,” ucap Reynar. “Apa kamu yakin bersama Alana?” “Aku sangat yakin Pa. Aku sangat mencintainya dan aku memang serius saat kami menikah di Bali.” “Ada sesuatu yang ingin Papa katakan, tapi besok saja.” “Kenapa ga sekarang Pa?” “Lebih baik besok saja dan jangan lupa kamu ke rumah.” “Iya Pa.” “Tapi sebaiknya besok kamu sendiri saja ke rumah biar Mamamu ga kaget dan Alana juga ga shock kalau nanti tahu sesuatu.” “Memangnya ada apa sih Pa?” “Bukan sesuatu yang penting banget. Papa khawatir aja kalau nanti Mamamu belum bisa menerima Alana lalu Alana jadi sedih.” Rendi berkata bohong pada Reynar. Ia khawatir kalau Alana tahu tentang Aira dan Chester malah akan membahayakan kandungannya. “Ooh iya. Aku mengerti Pa.” “Kalau begitu kamu baik - baik yaa sama istrimu. Papa mau pulang dulu.” “Iya Pa. Terima kasih yaa Pa atas pengertiannya.” “Iya Nak. Bagi Papa kamu harus
Yudi sampai di rumahnya langsung mencari Julia. Ia hampir lupa karena sibuk mengurusi pasangan suami istri yang lagi berbahagia dengan calon anak mereka. Sebenarnya, ia ingin juga seperti Reynar dan Alana menikah, memiliki anak, tapi apakah ia mampu melakukan itu semua. Pinkan, wanita yang dulu sempat menjadi pelabuhan terakhirnya pergi meninggalkannya begitu saja. Tak pernah sedikitpun Pinkan mau mendengarkan penjelasannya. Meskipun, ia sudah memohon maaf pada Pinkan, tapi wanita cantik asal Manado tersebut sama sekali tidak menerima maafnya. Seandainya, ia tidak bersama Aira waktu itu mungkin saja masih bersama Pinkan, tapi nasi sudah jadi bubur. Sekarang ia tidak perlu lagi meratapi semua yang telah berlalu. Yudi masuk ke dalam rumahnya dan mendapati Julia sedang makan cemilan sambil menonton TV. Ada rasa kesal di dalam hatinya sudah cepat - cepat pulang ke rumah malah gadis tersebut asyik sendiri. “Eheem.” Yudi sengaja berdehem untuk membuat Julia sadar kalau ia ada di sana. J
Yudi sangat menikmati film yang ditontonnya, namun berbanding terbalik dengan Julia. Gadis kecil cantik yang begitu polos tersebut malah tertidur dengan nyaman di pundaknya. Ia tersenyum melihat betapa polosnya wajah Julia saat sedang tidur dan ada satu yang menarik perhatiannya bibir Julia membuatnya ingin melakukan sesuatu. Sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan malah hampir saja dilakukannya. Ia mendekati bibir Julia dan di saat bersamaan lampu bioskop hidup membuatnya mengurungkan niat untuk mencium bibir merah merona tersebut. “Hoaam… enak banget deh,” ucap Julia sambil merenggangkan tubuhnya. “Betul sekali. Enak banget yaa Jul,” ujar Yudi sengaja menyindir gadis kurus itu. “Iya Om. Aku nyaman tidur di bioskop. Mana adem, uenak tenan.” “Kamu enak, aku pegal.” “Wah si Om kata - katanya kayak jargon aja. Anda puas, saya lemas.” Yudi terperangah mendengar perkataan Julia. Bisa - bisanya Julia mengatakan hal tersebut dengan santainya padahal maksudnya ingin menyindir gadis i
Pagi ini terasa begitu menyegarkan bagi Reynar setelah hampir satu minggu tidak bertemu dengan Alana dan melakukan hubungan intim, akhirnya ia mendapatkan pelepasannya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu indra pendengarannya. “Siapa itu yang muntah,” ucapnya kebingungan, “apa Lana sakit?” Reynar langsung bangkit dari tempat tidur mencari Alana ke dalam kamar mandi. “Sayang, kamu kenapa?” Alana melihat suaminya dengan wajah pucat. “Bangun - bangun aku mual - mual dan berakhir di kamar mandi.” “Kita ke rumah sakit,” ucap Reynar langsung menggendong Alana. “Sayang… Sayang jangan. Aku kayaknya morning sickness deh.” “Morning sickness? Kenapa?” “Morning sickness itu mual, muntah muntah - muntah kalau pas hamil Sayang semester pertama, tapi nanti bisa hilang sendiri kok.” “Jadi ga perlu ke rumah sakit?” “Ga perlu. Aku istirahat aja dulu.” Reynar membawa tubuh istrinya ke dalam kamar membaringkannya secara perlahan lalu membelai lembut rambut Alana. “Kamu kok cantik banget sih, Sa
Di dalam hatinya, Aira sangat kesal dengan Reynar yang terus menerus mengingkari kalau Chester merupakan anaknya. Dulu hanya dengan air mata saja mampu membuat lelaki tersebut luluh dan mau menerima semua penjelasannya, namun sekarang sangat berbeda. Ia jadi curiga mengapa Reynar bisa berubah seperti ini? “Rey, kenapa kamu ga mau sama sekali mengakui Chester merupakan anak kandungmu? Ga perlu tes DNA segala,” ucap Venna yang sangat kesal pada Reynar. “Kalau perempuan ini ingin anaknya aku akui sebagai anakku harus mau melakukan tes DNA kalau tidak aku ga akan pernah mengakuinya.” Reynar berkata dengan tegas. Rendi yang sedari tadi tidak ikut berbicara merasa anaknya sekarang berbeda. Ia sangat mengenal Reynar, anak laki - laki tidak mungkin berkata TIDAK kalau ia tidak menyakini apa yang diucapkannya. “Kamu tega Rey. Apa kamu ga lihat Chester begitu mirip sama kamu,” ucap Aira masih menangis. “Anak kecil biasalah mirip siapa, tapi kalau tes DNA lebih akurat dan aku tidak akan per