Arkan mengemasi barang-barangnya karena ingin menginap di hotel lain agar tidak bertemu atau terganggu dengan keberadaan Rini. Karena ia ingin fokus untuk mencari keberadaan dari Zaara yang sudah diketahuinya adalah putri dari Cakra Baihaqi. Ia memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper dan saat melihat gaun pesta yang merupakan milik Zaara, membuatnya mengarahkan hidungnya untuk mengendus aroma yang tertinggal di sana.
Karena ia sengaja tidak mencuci gaun indah itu. Hal itu sengaja dilakukannya untuk mengingatkan kesalahannya saat mencium aroma khas dari Zaara yang telah diperkosanya. "Bahkan aromamu masih tertinggal di gaun ini, Zaara. Aku tidak bisa melupakan aroma tubuhmu di malam aku memperkosamu. Sekarang kamu ada di mana? Jika kamu tidak pulang ke Mansion dan tidak memakai kartu kredit yang aku berikan padamu, kamu hidup dengan apa?"
Jantung Arkan langsung berdegup kencang ketika membayangkan kemungkinan buruk yang ada di pikirann
Willy masih terdiam beberapa saat ketika merasakan rasa sakit yang dirasakan olehnya begitu mendengar isi hati dari gadis yang saat ini tengah dipeluknya. Hingga ia merasakan pergerakan dari Zaara yang melepaskan diri dari pelukannya dan menghapus kasar air mata di pipi putih itu."Bagaimana perasaanmu, Zaara? Kamu sudah merasa tidak khawatir lagi, kan? Jadi, batalkan niatmu yang ingin pergi dari sini. Karena aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi." Willy mengarahkan tatapan tajam pada gadis yang membulatkan kedua matanya begitu mendengar ucapannya.Zaara mundur 1 langkah ketika merasa seperti seorang pencuri yang sudah ketahuan, "Abang Willy, apa maksudmu? Apakah kamu mengetahui kalau aku akan pergi dari sini nanti malam? Astaga," keluh Zaara yang sudah berkali-kali menepuk jidatnya begitu menyadari kebodohannya."Dasar bodoh, kenapa kamu malah mengungkapkan sendiri rencanamu," batin Zaara yang merutuki kebod
Arkan saat ini sudah berada di sebuah kamar hotel, ia sengaja memilih menjauh dari Rini dengan tinggal di hotel lainnya. Selain ingin sebuah ketenangan, ia ingin fokus mencari keberadaan Zaara. Terlihat Arkan sudah sibuk mencari tentang informasi mengenai Zaara dan bisa diketahuinya bahwa nama lengkap dari putra Cakra Baihaqi itu."Aisyahzaara Bellova, nama yang sangat cantik secantik wajahmu. Zaara, aku harus menemukanmu. Semoga kamu baik-baik saja, karena jika sampai terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku."Arkan saat ini tengah memandangi foto Zaara yang ada akun media sosial. Terlihat Zaara sangat cantik saat memakai gaun tanpa lengan yang berwarna putih dengan rambut hitam panjangnya yang terurai di bawah bahu dengan senyuman manis dan beberapa foto yang ada di sana. Bahkan ia sudah menyalin semua foto itu ke dalam ponselnya.Sehingga sekarang, galeri fotonya sudah dipenuhi dengan foto-f
Satu bulan telah berlalu dan hari ini adalah hari di mana Willy akan menikahi Zaara secara siri. Karena permintaan dari Zaara dan juga gadis itu sama sekali tidak membawa tanda pengenal apapun. Sehingga untuk menutupi gunjingan para tetangga yang nanti akan menghina Zaara saat perutnya semakin membuncit, akhirnya hanya itu satu-satunya jalan keluar.Endang Susanti membangunkan gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri. Bahkan jauh di lubuk hatinya, ia sangat senang ketika Zaara menikah dengan putranya. Meskipun sebenarnya merasa tidak pantas karena mereka berbeda kasta. Dengan penuh kelembutan, Endang mengusap rambut panjang gadis yang terlihat tertidur dengan posisi memeluk guling."Zaara, bangun Sayang. Ini sudah siang. Kamu harus bersiap."Zaara yang sudah mulai kembali dari alam bawah sadarnya, mengucek matanya beberapa kali. Lalu, bangkit dari posisinya yang awalnya berbaring dan langsung duduk di
🍃 Tiga tahun kemudian 🍃Terlihat seorang balita laki-laki yang saat ini tengah berlarian di halaman depan rumah. Dengan kakinya yang mungil, balita tersebut tidak merasakan lelah meskipun sudah berlarian kesana-kemari dari beberapa menit yang lalu. Tidak lupa suara tawanya terdengar saat merasa senang karena bisa berlarian dengan memegang bola dan melemparnya.Sementara itu, Zaara terlihat memegangi lututnya karena merasa sangat lelah ketika mengejar putranya yang berusia 2 tahun lebih 1 bulan dan ia beri nama Arza Atharizz. Tentu saja nama itu adalah singkatan dari nama Arkan dan Zaara. Karena meskipun ia berusaha untuk membenci pria yang tidak bertanggungjawab padanya, tetap saja tidak bisa melakukannya.Sehingga ia hanya ingin menyimpan semua kenangan dari pria yang masih dicintainya itu dengan memberi nama putranya Arza. Zaara terlihat berjongkok sambil menormalkan deru napasnya yang memburu. Tidak lupa pandanganny
Willy yang baru saja pulang dari kantor, langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Tangan kanannya yang membawa kantong plastik berisi susu dan pampers, serta ada beberapa biskuit untuk Arza. Sementara tangan kirinya menenteng tas kerja. Tentu saja yang dicari pertama olehnya adalah sosok bocah laki-laki berusia 2 tahun lebih yang sangat disayanginya."Arza, Sayang."Zaara yang baru saja selesai memakaikan baju pada Arza, langsung menatap ke arah putranya yang saat ini tengah ia sisir rambutnya. Bahkan ia sudah memakaikan bedak di wajah putranya, sehingga terlihat sangatlah lucu dan semakin menggemaskan. Zaara memang sangat suka memakaikan bedak di seluruh tubuh Arza karena membuat badan anaknya selalu wangi dan segar.Meskipun ada para dokter yang melarang memakaikan bedak, tetapi ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Karena mempercayai bahwa orang jaman dulu selalu memakaikan bedak pada anak-anaknya, tetapi baik-ba
Zaara membekap mulutnya saat melihat sosok pria yang sangat tidak asing baginya. Meskipun ia sudah lama tidak melihat pria yang berjalan ke arahnya dengan membawa kotak di tangannya. Pria dengan tubuh tinggi tegap dengan wajah yang manis, berjalan semakin mendekat dan menatap ke arahnya."Kamu?" Zaara mengarahkan jari telunjuknya pada pria yang sangat dihafal olehnya, tetapi lupa namanya.Pria yang tak lain adalah Krisna, berpura-pura bersikap biasa pada gadis yang terlihat shock ketika melihatnya masuk ke dalam ruangan bosnya. Ia sengaja masuk duluan karena memang itu merupakan perintah dari Arkan yang ingin memberikan shock terapi pada Zaara. Krisna masih tidak menanggapi perkataan dari Zaara, karena ia sibuk dengan mengeluarkan barang-barang dari kotak berukuran sedang yang ia bawa.Barang-barang itu adalah merupakan milik bosnya dan ada sebuah nama dan sudah ditaruh di atas meja.Zaara berbalik b
Jantung Zaara berdetak sangat kencang saat berada pada posisi yang sangat intim dengan pria yang selama ini sangat dirindukan, sekaligus menjadi pria satu-satunya yang ia cintai selama 3 tahun ini. Hembusan napas beraroma mint yang bisa tertangkap indera penciumannya, seolah membuatnya tidak bisa berpikir rasional dan ingin segera menghambur untuk memeluk sosok pria dengan pahatan sempurna di depannya.Netra pekat dengan silinder hitam yang tajam itu tengah menatapnya dengan tatapan intens dan seolah mengunci dan menyihirnya hingga tidak berkutik berada di antara kuasa lengan kekar Arkan. Begitu juga saat ia mendengar perkataan bernada ancaman dari pria yang wajahnya berada tepat di depannya.Bahkan jika ia bergerak sedikit saja, wajah pria yang sangat dipujanya itu akan menempel dan bibir tebal yang membuatnya tidak berkedip saat menatapnya, bisa mendarat dengan sempurna di bibirnya. Ia meremas celana panjangnya begitu mendengar ancaman dari Arkan yang masih mengunci
Arkan mengarahkan tatapan tajam dan menusuk pada Zaara yang saat ini berada dalam kuasanya. "Apa kamu mendengarku, Aisyahzaara Bellova!" Mengeratkan pelukannya hingga tubuh Zaara menghantam tubuhnya. Bahkan ia bisa merasakan dada sintal nan padat itu baru saja menabrak dadanya.Zaara yang lagi-lagi dibuat shock dengan perbuatan Arkan yang selalu menyentuh dan mendesaknya, semakin membuat perasaannya kacau balau. Akan tetapi, ia dengan sekuat tenaga menolak setiap sentuhan dari Arkan dengan cara mengarahkan tangannya ke dada bidang itu, untuk memberi jarak pada tubuhnya dan tubuh kekar yang hanya berjarak beberapa centi darinya."Tolong lepaskan saya, Presdir!" Zaara benar-benar memohon agar pria yang masih menguncinya itu mau melepaskan cengkeramannya."Jawab dulu perkataanku tadi, baru aku akan melepaskanmu!" Arkan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Zaara.Akhirnya Zaara yang meras