IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU113. PENGUSIRAN PARA BENALU (Bagian A)“MAS!” Tasya memekik ngeri, dia menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya dengan dramatis.Setali tiga uang dengan Tasya, Mira, dan juga Arni serta Maura ikut memekik. Mereka tidak pernah melihat sisi Farhan yang menakutkan seperti ini, lelaki itu tampak puas setelah memberikan satu buah pukulan ke wajah Rama.Bibirnya menyunggingkan seringai menakutkan dan juga matanya ikut menampilkan tatapan sinis nan tajam, dia berjalan mendekati Rama yang tadi jatuh terjengkang dan menarik kerah lelaki yang masih berstatus sebagai Om nya itu dengan kuat.“Jangan berani-berani kau menghina adikku!” ujar Farhan dengan nada mengancam di telinga Rama. “Dasar sampah! Manusia tidak tahu diri!” bisiknya lagi dengan gigi yang bergemeretak.Namun reaksi yang Rama berikan cukup membuat Farhan dan juga yang lainnya terbengong sesaat, mereka sama sekali tidak mengira kalau Rama akan terkekeh dengan
114. PENGUSIRAN PARA BENALU (Bagian B)Matanya berkeliling dan menelisik wajah-wajah orang yang ada di sana satu persatu, dimulai dari wajah Arni yang kelihatan sangat terpukul, wajah Tasya yang sembab oleh air mata, wajah Farhan yang masih memancarkan amarah, wajah Maura yang masa bodoh, dan terakhir pandangannya jatuh pada wajah Rama yang berhasil mencuri hatinya beberapa tahun yang lalu.Raut wajah lelaki itu terlihat memohon pengampunan dan juga mengharapkan belas kasihan, tapi Mira hanya menatapnya dengan datar. Tidak menunjukkan ekspresi yang berarti, jadi orang-orang di sana tidak bisa memastikan apa yang ada di dalam pikiran wanita cantik itu.“Aku tidak bisa mentolerir perbuatan kalian!” Mira memulai, kakinya menyilang dengan anggun menunjukkan kalau dialah yang berkuasa di sini. “Dan aku tidak mau menampung kalian lagi di sini! Silahkan kemasi semua pakaian kalian!” ujar Mira lagi.“A—Apa? Kamu mau ngusir kami, Dek?” tanya Arni dengan nada gamang.Dia menatap Mira dengan pan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU115. BEBAN DAN JUGA HASUTAN (Bagian A)“Aku tidak mau tau ya, pokoknya pekerjaan rumah semuanya kalian yang tanggung! Kamu juga harus segera mencari pekerjaan baru, Mas! Jangan hanya enak-enakan ongkang-ongkang kaki di rumah ini!” ujar Maura dengan sewot.Saat ini Farhan dan keluarganya memang sudah berada di rumahnya, tentunya secara terpaksa setelah Mira mengusir mereka beberapa jam yang lalu. Tante dari Farhan itu benar-benar tanpa keraguan dan juga dengan mantap melempar mereka semua ke jalanan, maka mau tak mau Maura harus menampung mereka sekeluarga sekarang.Sedangkan Rama entah pergi ke mana, laki-laki itu lebih miris sebenarnya karena dia benar-benar keluar dari rumah Mira hanya dengan baju di badan dan juga beberapa potong pakaiannya yang berada di dalam tas kecil kusam. Mira benar-benar membuang Rama dan mengembalikan lelaki itu ke tempatnya semula.“Nggak bisa gitu dong, Mbak! Aku juga harus kuliah, aku sibuk!”
116. BEBAN DAN JUGA HASUTAN (Bagian B)Farhan sama sekali tidak memberikan solusi, dia malah menyetujui usulan Tasya begitu saja dengan mudahnya. Maura mendecih sinis, merasa sangat bodoh karena sudah membawa mereka ke rumahnya.“Uang dari mana? Kamu punya uang, Mas?” tanya Maura dengan sinis.“Uang kamu dulu lah, sayang!” sahut Farhan cepat. Maura terbelalak kaget, dia menatap Farhan dengan sangat tajam. “Uang aku? Nggak! Nggak ada! Enak aja!” Dia menggeleng cepat. “Ya ampun, Mbak! Kok, Mbak pelit banget, sih?” sahut Tasya mengompori, dia mengerling menatap Farhan sambil menggeleng prihatin. “Apa salahnya sih, Mbak? Kita ini akan segera menjadi keluarga, loh! Nggak ada salahnya juga kalau Mbak berbakti dari sekarang, kan?” tanyanya lagi dengan nada sok polos.Maura menggigit bibirnya dengan kuat, menahan segala caci aki yang sudah gatal ingin dia muntahkan ke wajah songong Tasya. Bocah sialan! Padahal beberapa jam yang lalu dia masih menangis-nangis dan mengiba pada Rama, dan seka
117. BEBAN DAN JUGA HASUTAN (Bagian C)Farhan hanya mengangguk malas saat mendengar ucapan Maura, dia juga sedang pusing mencari kerja saat ini. Walaupun bajingan, Farhana adalah lelaki yang bertanggung jawab dan dia tidak mau mengabaikan nafkah istrinya.Maura menghampiri Tasya yang sedang duduk di atas ranjang kamar barunya, kamar yang ada di rumah Maura tentunya. Tasya mengernyit heran melihat kedatangan Maura yang tumben-tumbenan mau menghampirinya, dia menegakkan tubuhnya dan meletakkan ponsel yang sedang dimainkannya.“Ada apa, Mbak?” tanya Tasya penasaran.“Nggak ada apa-apa, Mbak cuma mau main aja. Bosen soalnya,” sahut Maura sambil mendudukkan dirinya di ranjang.Tasya lantas tak percaya begitu saja, dia masih menatap Maura dengan pandangan yang menuntut akan jawaban. Dia tahu pasti ada yang mau ditanyakan oleh calon kakak iparnya itu, dan jika bisa menebak maka Tasya sudah tahu apa yang akan Maura tanyakan.“Klise banget, Mbak!” ejek Tasya, dia mencebik sinis. “Mbak mau nan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU118. MELABRAK SAYAKA (Bagian A)~Aksara Ocean~Maura mengemudikan mobilnya dengan hati yang senang, sesekali bibirnya menyenandungkan bait lagu yang kini tengah hits di kalangan anak muda. Ahhh … Maura terpaksa memakai mobil kesayanganya ini karena mobil Mira yang biasa mereka pakai sudah diambil kembali. Bangsat sekali memang, tapi tak apa, Maura dengan sukarela akan mengantar Tasya ke rumah Sayaka asal bisa melihat mantan sahabatnya itu dilabrak oleh calon adik iparnya ini. Karena Maura bisa melihat Tasya saat ini memang tengah memendam amarah yang sangat besar, giginya bergemeletuk dan juga tangannya terkepal erat.Maura yakin kalau dia akan mendapatkan tontonan yang sangat menarik dan juga asik, dia sudah tidak sabar juga menantikan hal tersebut.“Aya itu apa nggak mikir ya? Yang dibongkar aibnya itu adalah mantan adik iparnya sendiri loh, apa dia nggak punya simpati, ya? Kalian pernah menyandang status sebagai adik ka
119. MELABRAK SAYAKA (Bagian B)Maura dan juga Tasya mengernyit jijik saat melihat penampilan Junet dari dekat, kucel, kotor, dan juga bau. Lelaki bertubuh tegap dan juga berkulit hitam itu memang baru saja dari taman samping dan membereskan tanaman bunga mawar milik Sayaka, tentu saja dia berkeringat dan juga kotor.Junet sadar kalau kedua orang wanita cantik yang ada di depannya ini tengah menatapnya terang-terangan dengan raut jijik, tapi apa boleh buat? Wong, ini pekerjaannya, dan pandangan Maura serta Tasya bukanlah sesuatu yang penting baginya.“Sayaka ada?” tanya Maura sambil mengipasi wajahnya, mengusir bau keringat Junet yang sebenarnya tidak terlalu kentara.“Ibu sedang keluar,” jawab Junet tetap sopan. “Kemana?” tanya Tasya dengan cepat. “Jangan bohong ya, Kang! Saya tidak suka dibohongi!” ujarnya lagi dengan penuh penekanan.“Saya tidak bohong, Non. Bu Aya memang tidak ada di rumah,” kata Junet lagi.“Tadi saja dia ada di sini bersama Arca, kenapa sekarang sudah tidak ada
120. MELABRAK SAYAKA (Bagian C)Nona muda itu tidak akan mau mendengarkan pekerja rendahan sepertinya.“Kang! Buka pintunya, saya mau masuk dan nunggu Mbak Aya di dalam!” Tasya memberi perintah, dia capek dan mau istirahat di sofa nyaman milik Sayaka.“Eh, maaf Non, tapi Bu Aya yang bawa kunci. Bi Surti lagi nginap di rumah anaknya sampai besok, dan saya mau pulang habis ini,” seru Junet tak enak hati. “Tapi Non Tasya dan juga Bu Maura bisa menunggu Bu Aya di sini kok, setidaknya ada kursinya juga. Atau mau menunggu di dalam mobil saja?” tanya Junet lagi sambil menunjuk kursi yang memang tersedia di teras, dan kemudian menunjuk mobil Maura dengan jempolnya.Mendengar perkataan Junet, Maura dan juga Tasya kompak mendelik dan memaki di dalam hati. Kenapa melabrak Sayaka terasa sangat sulit, sih?~Aksara Ocean~Sedangkan di sisi lain kota ini, Sayaka, Arca, Bobby dan juga Arga tengah duduk di dalam salah satu restoran terkenal di kota ini dan menikmati hidangan yang terlihat mewah dan ju