IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU85. KEJUTAN ARGA (Bagian A)“Iya, Yank!” Mas Putra menjawab cepat.“A—Apa?” tanyaku dengan nada tak percaya. “Y—yank?” tanyaku lagi dengan tergagap.Sedangkan yang bersangkutan, yaitu Arca dan juga Mas Putra malah mengangguk dengan kompak. Mereka langsung saling menautkan jemari mereka dan berdiri berdampingan, dengan senyum lebar yang tersungging di bibir mereka.“Sepertinya aku bakalan jadi Mbak kamu deh, Ya.” Arca kemudian tertawa malu-malu, manis sekaliYa Allah, aku gemas sekali melihatnya dan ikut senang juga dengan mereka. Mas Putra gerak cepat ternyata, dan tahu-tahu saja mereka sudah berpacaran. “Dan kamu, Ra. Jaga mulut ya!” kata Arca sambil menuding Maura dengan telunjuknya yang lentik. “Aku sudah punya pacar sekarang, yang tentunya lebih ganteng dari calon suamimu, dan pastinya kekasihku tidak pengangguran!” kata Arca dengan sadis.Wajah Maura memerah, entah karena menahan malu atau karena menahan amarah, atau
86. KEJUTAN ARGA (Bagian B)Aku menggenggam selimut yang ada di pangkuanku dengan erat, Maura benar-benar sangat keterlaluan. Bukankah dia tahu? Kalau Pengalaman Arca yang ditinggalkan oleh tunangannya adalah pengalaman yang sangat buruk sehingga menimbulkan trauma untuknya. Lalu kenapa dia dengan teganya mengungkit hal itu? Jahat sekali wanita itu lama-lama! Dia tidak bisa menjaga mulutnya, dan terus saja menyakiti hati orang lain karenanya.Arca hanya diam, namun aku tahu kalau dia sedang terluka saat ini. Dan aku sedih karena tidak bisa berdiri di sampingnya, seperti dia yang selalu berdiri di sampingku dan berusaha menguatkan aku."Udah selesai ngomongnya?" tanya Arca dengan nada suara yang terdengar tegar, namun aku bisa merasakan getar di sana. "Kalau udah kalian bisa pulang sekarang, kehadiran kalian di sini nggak dibutuhkan!" katanya lagi.Dia mengalihkan pandangannya dan menatap Mas Putra sambil tersenyum kecil, Arca benar-benar kuat. Dia bisa mengendalikan emosinya dengan s
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU87. TERUNGKAP (Cinta Arga) (Bagian A)Aku menganga lebar, candaan Arga sama sekali tidak lucu! Dia tidak seharusnya mengatakan hal itu, dia bisa menyanggah ucapan Maura dengan kata-kata lainnya. Kenapa harus mengatakan kalau aku adalah calon istrinya, sih?Aku bisa melihat Maura langsung mendengus dengan keras, begitupun dengan Mas Farhan yang membuang nafasnya dengan kasar. Sedangkan Arca dan yang lainnya malah terkikik kecil, kenapa mereka malah terlihat bahagia, sih?"Anda terlalu berlebihan, Pak Arga!" ujar Mas Farhan. "Sayaka sedang mengandung anak saya, dan apa Anda kira saya akan menyerahkannya pada Anda?" tanyanya sambil tersenyum remeh."Mas! Apaan sih, kamu? Ya biarlah kalau dia mau menikahi Aya! Kok kamu yang heboh, sih?" tanya Maura, dia memekik emosi. "Kamu itu sama dia sudah cerai, tidak punya hubungan apa-apa lagi!" ujarnya lagi dengan ketus."Ra, anak yang dikandung Aya itu adalah darah dagingku. Sudah lama
88. TERUNGKAP (Cinta Arga) (Bagian B)Apa maksudnya coba? Aku tahu kalau dia hanya berusaha membelaku, tapi tidak dengan mengatakan kalau aku adalah calon istrinya. Dia masih bujangan, dan jika ada yang mendengar maka tidak akan ada perempuan yang mau menikah dengannya.Aku tidak ingin mengambil resiko, kebaikan Arga sudah sangat banyak padaku. Dan aku tidak mau dia mengorbankan dirinya lagi untuk membelaku di depan Mas Farhan.Hahhh, aku menghela nafas panjang dan mengelus perutku dengan lembut. Di dalam sini sudah ada kehidupan. Kehidupan yang sudah sangat lama kami nantikan, tapi sayangnya ketika dia hadir malah dalam posisi yang menyedihkan.Papanya yang berselingkuh, dan dia terpaksa lahir dalam keadaan tidak memiliki keluarga yang lengkap. Tak apa sayang, kamu akan lebih bahagia jika hanya bersama Mama.Mama bisa janjikan itu, dan Mama tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti kita lagi. Tidak Papamu, tidak nenekmu, tidak orang lain!Aku bermonolog di dalam hati sambil teta
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU89. KEBENARAN (Mendengar dalam diam) (Bagian A)Sepanjang perjalanan aku hanya diam, dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Walau Arca dan Arga banyak berbincang dan membuat lelucon, tapi aku sama sekali tidak menanggapinya dan malah membuang muka ke arah jendela. Menatap jalanan di luar sana dengan pikiran yang berkecamuk dengan hebat, kembali aku mengenang apa yang tadi Arca katakan di Rumah sakit.Orang yang dicintai Arga adalah aku! Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dia mencintai seorang wanita yang sudah memiliki suami, dan juga sebuah keluarga kecil?Bagaimana bisa dia menjaga cintanya dengan sebegini rapat? Aku bahkan tidak menyadarinya, apa karena aku memang tidak peka? Atau karena aku memang selalu menatap Mas Farhan?Sesekali mataku menatap ke depan sana, di mana Arga dan juga Arca tengah duduk sambil berbincang kecil, dan sesekali bertengkar entah karena apa.Mereka terlihat akrab, walaupun adu mulut kerap terdeng
90. KEBENARAN (Mendengar dalam diam) (Bagian B)Ya Allah, sakit sekali hatiku saat mendengar ucapan Arca. Apakah aku telah salah mengambil langkah? Apakah sebaiknya aku jujur pada sahabatku itu dari awal?"Hei, kamu nggak boleh mikir seperti itu. Aya nggak ngomong sama kita, pasti ada dengan alasan yang kuat," kata Arga lembut. "Beban Aya udah banyak banget, dan kita harus selalu ada di sisi dia waktu dia lagi di bawah seperti ini," lanjut Arga lagi.Mereka berdua kemudian langsung terdiam, hingga hanya keheningan yang bisa aku dengar setelahnya. Aku merasakan kalau mobil ini berhenti, mungkin karena lampu merah karena rumahku masih jauh dari sini dan itu artinya tidak mungkin kami sudah sampai."Kamu nggak keberatan?" tanya Arca tiba-tiba.Suaranya memecah keheningan, aku kembali menajamkan pendengaranku. Jiwaku rasanya bergejolak karena ingin mengetahui jawab Arga."Keberatan? Keberatan akan hal apa?" tanya Arga lagi.Aku bisa membayangkan kalau wajahnya yang tampan saat ini pasti t
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU91. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian A)Sudah tiga hari semenjak kejadian aku pingsan di halaman cafe lawang, dan itu artinya sudah tiga hari pula aku tidak keluar rumah sedikitpun. Bahkan aku makan di dalam kamar, baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam. Alhamdulillah, untung saja ada Bi Surti yang dengan sigap melayani aku dan memberikan apapun yang aku butuhkan.Apalagi semenjak dia tahu kalau aku tengah mengandung, maka Bi Surti dengan semangat empat lima selalu memenuhi apa yang aku mau. Dan selalu bisa mencarikan apapun yang aku inginkan, karena entah kenapa akhir-akhir ini aku sering menginginkan hal yang aneh-aneh.Misalnya rujak durian, es yang dicampur dengan mayo, dan yang lebih parah aku pernah menginginkan kelapa, yang benar-benar kelapa satu biji utuh di buang kulitnya dan aku makan begitu saja.Kata Bi Surti sih, ini namanya ngidam dan kalau tidak di turuti anakku nanti akan ileran. Aku sih, tidak pe
92. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian B)Aku mengernyitkan dahiku, apa katanya tadi? Senang? Faktor apa yang bisa membuatku senang dengan kedatangan mereka?"Kenapa aku harus senang?" tanyaku heran. "Kalian bukan orang yang aku tunggu, dan tidak ada faedahnya juga kalian di sini!" kataku lagi.Mantan mertuaku itu terlihat mengepalkan tangannya dengan kuat, dia menatapku tajam dan juga bengis. Tapi aku tidak peduli, dan balas menatapnya dengan tajam."Ya ampun, Dek. Kamu kok semakin berubah, sih?" tanya Mas Farhan dengan lesu. "Jangan begitu dong, Mas kangen banget loh sama kamu!" katanya lagi.Aku memutar bola mataku dengan bosan, kangen? Kangen dari Hongkong? "Lah, bukan urusan aku, Mas!" kataku ketus."Mulutmu itu makin lama makin tidak bisa dijaga, ya! Dasar yatim piatu!" ujar Mama Mas Farhan dengan sewot.. “Seharusnya kau itu bersyukur, aku dan anakku mau menginjakkan kaki di sini!” katanya lagi.“Bersyukur? Tidak salah?” tanyaku mengejek. “Aku bahkan merasakan bencana karena k