Bummmm! Sebuah serangan dilancarkan Pertapa Sakti Pulau Kayangan ke arah kanannya. Di tempat itu ada beberapa orang pendekar utama pihak aliran putih yang berlindung. Beruntung serangan yang dilancarkan dapat dihalau oleh Liong Yun. Pemuda itu iu dengan gerakan yang sangat cepat mendahului serangan dan menghadangnya. Serangan itu berhasil ia balikkan ke arah musuh. Meski serangan itu berhasil dihalau oleh Liong Yun, namun pemuda itu pun tak lepas dari bahaya. Ia terlempar kuat hingga puluhan tombak. Tubuhnya terhempas ke tanah. “Huek!!!” mulut Liong Yun menyemburkan darah ketika akan bangkit dari tempat ia terjatuh. “Hahaha… bodoh sekali kau anak muda. Menghadang seranganku dengan ilmumu yang masih mentah itu!” ejek Pertapa Sakti dari Pulau Kayangan. Liong Yun tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh orang tua sakti itu. Ia berpikir keras bagaimana caranya menghadapi lawan yang kini sudah jauh lebih kuat. Dan ia pun membenarkan apa yang diucapkan oleh Pertapa Sakti dari Pulau K
Pancaran kekuatan Ilmu Tujuh Gerbang Dewa di tingkat kelima memancar dengan kuat. Cahaya merah berbias kekuatan halilintar keperakan menyebar. Setiap yang terpapar cahaya itu akan terdiam tak lama kemudian lenyap.“Hahaha ku akui kekuatan yang kau miliki itu luar biasa.“Lian Xue… Sekarang!” teriak Liong Yun.Pendekar Bayangan Maut memancarkan kekuatannya ke arah musuh. Mereka mundur, tidak ada yang berani mendekat. “Bedebah!” Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan menghardik marah. Ia baru menyadari apa yang sebenarnya tidak juan Liong Yun. Pemuda itu bukan ingin melawannya melainkan mengulur waktu agar orang-orang dunia persilatan aliran putih bisa meninggalkan tempat itu.Orang tua Sakti itu pun kemudian memerintahkan sepuluh orang kerdil yang wujudnya menyerupai dirinya itu untuk menghabisi orang-orang aliran putih. Sepuluh orang kerdil dengan wujud menyerupai Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan itu menyebar dengan cepat, menerjang ke arah para pendekar aliran putih yang berusaha me
“Bagaimana? Apakah benar-benar pendekar Liong sudah tewas?”Majikan Pulau Naga di dampingi Putrinya Lin Lian Xue nampak tidak sabaran. Di dermaga yang menjadi satu-satunya akses masuk ke pulau itu ia berdiri menantikan sebuah perahu kecil yang datang. Belum lagi perahu itu merapat ia sudah melontarkan sebuah pertanyaan.“Salam hormat ketua!” Seorang lelaki berpakaian serba hitam dengan sulaman gambar naga hitam memancar cahaya keemasan di dadanya melompat dari perahu langsung berlutut memberi penghormatan.“Bagaimana, apakah kau mendapatkan informasi yang benar?” tanya Majikan Pulau Naga sekali lagi menegaskan.“Kabar itu ternyata memang benar ketua. Pendekar Liong telah tewas!” jawab orang yang baru datang itu.“Kakak Liong…!”Lin Lian Xue tidak kuasa menanggung kesedihannya. Ia jatuh tersungkur dan pingsan. Beruntung Majikan Pulau Naga langsung menyambut tubuh Putrinya itu sehingga tidak sampai jatuh ke tanah.Majikan pulau Naga sebenarnya cemas dengan keadaan putrinya, namun ia le
Malam harinya biksu Tian Kong dan Majikan Pulau Naga meninggalkan pulau. Mereka menggunakan perahu kecil yang hanya muat berdua untuk tidak menarik perhatian.Mereka naik perahu kecil yang dibuat khusus untuk menyeberangi lautan yang penuh dengan badai dan ancaman bajak laut. Perahu mereka, meskipun kecil, dirancang dengan rapi dengan lambung yang kuat dan layar yang kokoh untuk menghadapi gelombang besar dan angin kencang.Tian Kong duduk dengan tenang di bagian depan perahu, sedangkan Pendekar Senior menjaga keseimbangan dan mengarahkan perahu dengan cekatan. Mereka berlayar melawan gelombang-gelombang yang mengancam, kadang-kadang terjebak dalam badai yang mengerikan. Namun, dengan keahlian dan kerjasama mereka, perahu tetap kokoh dan melaju maju.Di tengah samudera yang luas, dua pendekar legendaris, terus melintasi lautan dengan perahu kecil mereka. Keduanya dikenal sebagai ahli bela diri yang ulung, memiliki keahlian yang tidak tertandingi dalam seni pedang dan ilmu silat yang s
Merasa ada orang lain yang juga mengincar jasad Liong Yun, keduanya pun mempercepat langkah mereka. Hingga tiba di sebuah bangunan besar yang dijaga ketat mereka berhenti pada jarak yang cukup jauh.“Aneh sekali!” gumam Biksu Tian Kong. “Bagaimana bisa orang itu tidak mendapat halangan oleh para penjaga. Padahal jelas-jelas ia melewati mereka dengan santai. Apakah mungkin orang itu merupakan anggota sekte Naga Hitam ini juga?” bisiknya kali ini kepada Majikan Pulau Naga. Yang ditanya pun sama dalam keadaan bingung. Keduanya dengan sangat jelas melihat orang berpakaian serba putih itu melewati para penjaga. Sementara para penjaga itu memiliki kemampuan yang jelas bukan kemampuan sembarangan, bahkan kemampuan mereka rata-rata di atas para ketua perguruan ternama di dunia persilatan,“Aku rasa orang itu bukan bagian dari sekte naga hitam ini. Orang itu tidak memiliki tenaga Naga Iblis, ilmu sesat dari ilmu naga langit. Sementara rata-rata orang sekte naga hitam memiliki ilmu tersebut b
Duarrrr!Suara menggelegar terdengar saat sebuah halilintar menghantam air laut. Hampir saja mengenai sesosok berpakaian putih yang berjalan melayang ke arah sebuah pulau yang diliputi kabut hitam tebal.Tidak sekali dua. Ternyata hantaman halilintar itu seperti sengaja mengincar lelaki berpakaian serba putih yang sedang menggendong sesosok tubuh.Jedarrrr!Kali ini halilintar itu tepat mengenai lelaki berpakaian serba putih. Anehnya halilintar itu seperti mengenai pembatas tak nampak. Sosok serba putih itu terus berjalan di atas air tanpa sedikitpun terganggu.“Sungguh hebat perisai alam yang sudah dibuat oleh orang ini, sayang ia berada dalam kesesatan sehingga kelebihan yang dipunyainya sama sekali tidak bermanfaat,” sosok serba putih itu menggumam.Tak lama kemudian sosok berpakaian serba putih itu tiba di sebuah pulau. Pulau yang bertuliskan ‘Pulau Kematian’. Pulau yang menjadi tempat menyelamatkan diri dari orang yang mengincar nyawanya di waktu kecil.Sesaat sosok baru pakaia
Debur ombak menghantam karang bergantian dengan sangat cepat karena derasnya angin di pesisir pantai pinggiran kota Hongye. Batu karang yang hanya tersisa satu yang menonjol di pinggiran pantai bak dikeroyok ombak. Pemandangan yang tak jauh berbeda dengan yang dialami seorang anak kecil yang terpojok oleh puluhan orang dewasa di bibir pantai.“Hahaha… mau kemana lagi kau bocah? Tidak ada tempat untuk kau melarikan diri dari sini. Di belakangmu adalah lautan. Di seberang itu adalah Pulau Iblis Kematian. Dan disini kami siap mencincangmu! Keturunan keluarga Liong akan berakhir di sini!”Seorang anak kecil berusia delapan tahunan dikelilingi puluhan lelaki dewasa yang menghunuskan pedang, nampak terpojok di bibir pantai. Ia akan dihabisi oleh orang-orang yang ada disekelilingnya. Hanya jalan ke laut lah yang menjadi jalan satu-satunya. Namun arus dan angin saat itu pasti membawanya ke sebuah pulau yang sangat ditakuti, Pulau Iblis Kematian.Liong Yun nama anak itu. Ia menengok ke belaka
“Aku tidak akan menjadi mayat. Lebih baik aku menjadi Iblis agar bisa membalaskan semua dendam keluargaku!”Liong Yun berteriak. Anak lelaki yang masih berusia delapan tahun itu sudah menanggung beban dendam yang besar. Ia tanpa rasa takut memasuki jalan setapak yang terbentang di depannya.Saat Liong Yun mulai memasuki bagian dalam pulau itu, ia melihat sebuah cahaya terang yang mencolok diantara kegelapan pulau diselimuti hutan. Ia pun menjadikan titik cahaya itu sebagai tujuan. Beberapa kali ia meringis kesakitan merasakan terinjak batu berduri ataupun digigit binatang. Karena gelapnya tempat itu ia tidak mengetahui hewan apa saja yang sudah menggigitnya.Anak itu terus berjalan dengan sisa-sisa tenaga dan semangatnya. Sesekali ia terjatuh dan merasakan hewan-hewan dibawah langsung menyerangnya. Hanya dengan menyapu dengan tangan ia coba menepis hewan-hewan yang merayapi tubuhnya. Hewan yang menggigit dimana saja tempat ia singgahi.Keadaan Liong Yun semakin payah. Ia merasa pandan