Tubuh Juan Oek terpental. Bukannya berhasil melukai lawannya malah ia sendiri yang terpental lalu dihempaskan ke tanah. Sementara pedang yang akan digunakannya untuk menebas leher tombak penghancur gunung patah hancur berkeping-keping. Tiba-tiba saja sebuah kekuatan misterius menyelimuti tempat pertarungan. Tanah bergetar, seolah turut merasakan kekuatan misterius yang datang. Kekuatan itu berupa bayangan yang mengacaukan serangan Juan Oek. Juan Oek terhempas dengan keras ke belakang, terpental jauh dan tak berdaya. Tatapannya memandang heran ke arah Tombak Penghancur Gunung yang tak tergoyahkan, lalu pandangannya memudar. Ia tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi.Kejadian itu sangat cepat. Saat-saat genting dalam hitungan detik kematian akan menjemput tombak penghancur gunung bayangan misterius melesat di antara kegelapan malam. Bayangan yang berkilauan oleh cahaya putih terang, memancarkan aura kekuatan yang menakjubkan. Juan Oek mencoba bangkit. Betapa terkejutnya ia ket
“Sekarang bersiaplah untuk bertemu kematian,” ucap Juan Oek kepada Lu Jiau si Tombak Penghancur Gunung.Kedua pendekar itu saling berhadapan di tengah hutan, mata mereka memandang tajam satu sama lain, dan aura kekuatan mereka terasa begitu mendalam. Pendekar Pedang Perak, Juan Oek, melambangkan ketenangan dan kematangan dalam gerakannya. Sementara Pendekar Tombak Penghancur Gunung, Lu Jiau, memancarkan kemarahan dan kecepatan yang luar biasa.Pertarungan dimulai dengan serangan kilat dari Lu Jiau, yang mengayunkan tombaknya dengan cepat. Namun, Pendekar Pedang Perak dengan mudah menghindari serangan tersebut dan memberikan serangan balasan, Pelindung Utara Sekte Trisula Hitam itu mulai bergerak dengan sangat lincah. Namanya yang disebut sebagai Pendekar Pedang Perak itu merupakan perlambang bahwa ia merupakan seorang ahli pedang tingkat tinggi. Dan terbukti ketika ia sudah menggunakan pedang itu, Tombak Penghancur Gunung dibuat kelabakan mendapat serangan beruntun Juan Oek itu. Peda
Liong Yun menatap Juan Oek dengan serius dan berbicara dengan tegas, "Aku akan memberimu kesempatan untuk hidup, tapi jangan sekali-kali berusaha menipuku Aku akan selalu memantau gerak-gerikmu. Apabila kelak aku mengetahui kau hanya menipu untuk mencari selamat, maka sekalipun kau bersembunyi di lubang semut, aku akan menemukanmu!" Juan Oek tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kau berikan. Kau boleh menghabisiku kalau memang aku menipumu." Keduanya pun kemudian berpisah melanjutkan rencana mereka masing-masing. Juan Oek juga berjanji akan bertemu lagi dengan Liong Yun satu pekan mendatang untuk memberikan informasi mendalam tentang sekte Trisula Hitam yang saat ini ia ikuti. Liong Yun memutuskan untuk mengurungkan niatnya menuju markas besar perkumpulan Trisula Hitam. Ia akan menunggu kabar dari Juan Oek yang akan membawa berita tentang perkumpulan tersebut. Pemuda itu memutuskan untuk kembali ke rumah tempat ia dilahirkan dulu untuk m
"Apabila benar orang ini adalah kakek dari Yu Liang, maka urusan sedikit runyam. Orang ini kemampuannya tidak berada di bawahku. Ditambah Ketua Sekte Bintang Api itu, tentu aku bukan lawannya. Kecuali aku menggunakan pil pemberian pemimpin, baru bisa mengalahkan keduanya.” Ketua Perguruan Merpati Perak terlihat mulai gentar dengan ucapan Raja Harimau Hitam. Saat ini memang pihaknya memiliki banyak orang, namun rata-rata kekuatan mereka berada di bawah dua orang tokoh yang melindungi keluarga Yu Liang itu. Bila terjadi bentrokan besar kedua belah pihak maka pihak keluarga Yu lah yang akan menang. Di sisi lain tidak mungkin bagi Ketua Perguruan Merpati Perak mengurungkan diri untuk melakukan serangan. Apabila rahasia yang dibawa oleh keluarga Yu sampai ke tangan orang lain maka Perguruan Merpati Perak akan mendapatkan ancaman besar. Bisa saja mereka dibasmi sampai ke akar-akarnya karena tidak bisa menjaga rahasia. “Anak-anak habisi mereka jangan sisakan satupun!” Pada akhirnya Ke
"Rupanya kau sudah berada di tempat ini anak muda! Kedatanganmu benar-benar di waktu yang tepat. Sedikit saja kau terlambat, mungkin kami sudah menjadi mayat. Kalau begitu kami Serahkan semuanya kepadamu!" ucap Ketua Sekte Bintang Api setelah mengetahui yang muncul ternyata adalah Liong Yun. Liong Yun tersenyum dengan matanya yang terpejam. Kemudian ia membalikkan badannya kepada Ketua Perguruan Merpati Perak itu. Tiba-tiba saja wajah pemuda itu berubah menjadi sangat dingin. Hal itu membuat nyali Ketua Sekte Merpati Perak itu menjadi ciut.Ketakutanan itu menjadi semakin bertambah setelah ia mengetahui dari Ketua Sekte Bintang Api bahwa pemuda yang tadi menghalangi serangannya adalah Liong Yun atau si Pendekar Bayangan Maut. Tentu ia tidak heran mengapa pemuda itu bisa menahan serangannya. Apalagi Liong Yun memang termasuk orang yang ditakuti oleh pemimpinnya saat ini."Aku akan melepaskanmu dan mungkin hanya membuntungi sebelah tanganmu apabila kau bersedia mengatakan rahasia yang
Bab 70. Pagi itu, Liong Yun berada di perbatasan Negeri Timur dan barat. Tepatnya ia berada di kota Xianglan. Pemuda itu berencana singgah di rumah makan untuk mengganjal perutnya yang sudah hampir tiga hari hanya memakan buah-buahan di hutan selama dalam perjalanan. Memang beberapa waktu ini ia hanya melakukan perjalanan dengan berjalan kaki tanpa menggunakan ilmu meringankan tubuh. Sehingga perjalanannya lebih lambat dari biasanya.Tepat akan memasuki pintu gerbang kota Xianglan, terlihat beberapa orang yang tampaknya berasal dari dunia persilatan sedang mengerubungi sesuatu. Liong Yun pun menjadi penasaran dan mendekatinya. Ternyata mereka sedang melihat sebuah pengumuman yang dipasang mengatasnamakan ketua dunia persilatan saat ini.“Diundang kepada seluruh insan dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun aliran putih berhadir di Puncak Bukit Awan Dewa untuk menghadiri pemilihan ketua dunia persilatan.” isi pengumuman itu. “Dua pekan lagi pertemuan besar ini dilaksanakan. K
Liong Yun terus mendengarkan percakapan antara Pendekar Kipas Emas dengan dua orang pendekar yang datang menghadap kepadanya. Dari pembicaraan itu dia juga mengetahui bahwa setan tengkorak dari Timur sedang mengincar Patriark Thio. Kedua pendekar yang datang itu berharap pendekar kipas emas dapat membantu“Tentu sebisa mungkin aku akan membantu keluarga Patriark Thio. Mudah-mudahan saja tenagaku ini bisa digunakan untuk menghadapi Setan Tengkorak Dari Timur itu. Terakhir aku bertemu dengannya kekuatan kami seimbang. Entah saat ini apakah ia bisa kulampaui atau bahkan sebaliknya dialah yang berada di atasku," ucap Pendekar Kipas Emas menerangkan. "Kami sangat yakin Yang Mulia dapat mengalahkan Setan Tengkorak dari Timur itu. Bukankah dulu pertarungan antara Yang Mulia dengannya berakhir seimbang. Namun sekarang dengan kemampuan yang dimiliki oleh Yang Mulia tentu kekuatan Yang Mulia lebih kuat dan akan mampu memenangkan pertarungan seandainya itu terjadi," ucap salah seorang pendekar.
“Aku Thio Chun, anak sulung Patriark keluarga kami. Terlepas dari kemampuanku yang mungkin tidak seperti kemampuan ayahku, rasa-rasanya aku masih pantas berhadapan denganmu dan mewakili Ayahku untuk menghabisimu!"Lelaki berusia empat puluh tahunan yang keluar dari kediaman keluarga Thio itu balas ucapan Majikan Lembah Iblis dengan perkataan tajam. Ia juga sedikit memamerkan kekuatannya yang memperlihatkan telapak tangannya menghafalkan asap berwarna kehitaman.“Tapak Dewa Racun!” gumam Majikan Lembah Iblis.Meskipun tidak terlihat menunjukkan kegentaran atas kemunculan Thio Chun dan ucapannya yang tajam itu, majikan lembah iblis tetap berhati-hati. Ia kenal betul dengan ilmu tapak Dewa racun yang dimiliki oleh lelaki yang mengaku sebagai putra sulung Pendekar Pedang Guntur itu. Hanya saja yang membuatnya sedikit merasa heran mengapa orang itu memiliki ilmu yang tidak bisa dikatakan sebagai ilmu yang berasal dari aliran putih itu. "Tidak disangka seorang pendekar Pedang Guntur memil