part 54POV EKAKami sudah sampai di rumah Mbak Niken. Melihat keadaannya sekarang, sungguh aku miris sekali. Rumah kontrakannya yang sempit, dan badan Mbak Niken yang sangat kurus dan memprihatinkan. Membuat siapa saja yang melihatnya, pasti akan menjatuhkan rasa Iba.Dika sekarang sudah bermain dengan Zaki. Melepas kangen dengan kakak sepupunya. Aku lihat Zaki sudah tak senakal dulu. Badannya terlihat tak terawat. Baju yang di pakai juga terlihat lusuh.Kalau dulu, waktu Mbak Niken masih sehat, penampilan anak no satu. Pokok harus licin dan wangi. Tak boleh main kotor-kotoran. Dan selalu menyindir Dika, jika Dika terlihat kucel.Astaghfirullah, tapi melihat kondisi Mbak Niken sekarang, bagaimana mau terawat, sedangkan ibunya saja merawat diri sendiri saja kesusahan. Baju Mbak Niken sendiri nampak kucel. Aku lihat di pojok kamarnya bertumpuk pakaian. Entahlah, itu pakaian kotor atau kering. Aku tak tahu.Aku lihat Ibu Mertua terus menerus menyeka matanya. Bapak aku lihat raut wajahn
Part 55POV EKAMata ini melihat perempuan cantik itu masuk kedalam rumah dengan santun, setelah di persilahkan oleh Mas Andra."Horee ... Tante cantik main ke sini!" teriak Zaki, yang mana aku lihat dia nampak senang dan memeluk pinggangnya. Mereka nampaknya sudah sering ketemu.Perempuan itu terlihat mengusap lembut kepala Zaki. Dengan senyum manis yang dia sunggingkan. Seolah dia memang penyayang sama anak kecil.Ibu dan Bapak terlihat mengarah ke perempuan itu. Sorot mata mereka tak bisa aku artikan. "Kayak nggak asing? Kayak pernah kenal?" celetuk Ibu. Aku nyimak sajalah, walau sangat penasaran perempuan itu siapa?Masa' iya pacarnya Mas Andra? Yang bener aja? Mbak Niken kan masih hidup? Hemmm ... nampaknya bukanlah, kok mau cewek secantik dan semodis itu sama Mas Andra. Secara Mas Andra sekarang terlihat buluk dan kucel. Jauh berbeda. Sudah tak seperi dulu lagi."Dia Adista Bu," sahut Mas Andra. Ibu terlihat melongo dan kemudian menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
PART 56POV EKAKami mendengar teriakan Mbak Niken. Seketika kami semua beranjak menuju ke kamarnya. Karena takut Mbak Niken kenapa-napa.Mas Andra walau cuek, tapi saat mendengar istrinya berteriak memanggilnya, seketika dia berlalu paling cepat. Raut cemas dan khawatir masih sangat terlihat."Dek!!!" teriak Mas Andra. Nada suaranya terdengar cemas. Bahkan sangat cemas. "Ya Allah ...." teriak Ibu, nada suaranya tak kalah cemas. Deg.Mata ini mendelik saat melihat keadaan Mbak Niken. Sangat memprihatinkan. Napasnya tersengal-sengal. Seolah sudah sangat susah. Badannya kurus sekali."Astaghfirullah!" ucap Bapak. Sama saja, tak ada yang tak cemas melihat keadaan Mbak Niken.Mas Andra terlihat menyandarkan kepala Mbak Niken di dadanya. Napasnya semakin terlihat tersengal. Matanya merem melek. Semakin terlihat kesusahan. Kututup bibir ini. Sungguh kasihan sekali melihat kondisi Mbak Niken.Badan yang dulu semok, yang dulu sering dia banggakan dan pamerkan, kini telah hilang. Hanya tula
Part 57POV EKA"Sumpah, Ibu nyesel dulu telah meridhoi Andra nikah sama Niken! Sumpah nyesel banget!" sungut Ibu di dalam mobil.Ya, kami sedang di dalam mobil sekarang. Perjalanan pulang. Niatnya mau nginap tak jadi. Karena pertengkaran yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Perjalanan malam kami tempuh. Padahal Mas Andra sudah memohon berkali-kali untuk ibunya tetap tinggal dan pulang besok pagi. Tapi, Ibu kekeuh pulang sekarang juga. Karena terlalu sakit hati mungkin, dengan ucapan mantu sulungnya."Bu, pulang besok saja! Aku mohon! Ini sudah malam. Maafkan perkataan Niken!" pinta Mas Andra tadi. Seraya menciumi punggung tangan ibunya."Nggak! Terlalu sakit mendengar ucapan istrimu. Dan Ibu menyesal memilih dia jadi mantu! Pulangkan saja dia ke rumah orang tuanya! Udah penyakitan masih belagu! Mertua datang bukannya senang, malah di suruh pulang! Nggak ada akhlak sama sekali!" sungut Ibu menggebu-gebu tadi itu.ya Allah ... entah gimana pikiran Mbak Niken. Aku sendiri juga hera
PART 58POV EKA"Nggak sudi jenguk Niken lagi! Terserah!" ucap Ibu dengan nada suara tak suka. Ya, selepas subuh kami datang ke rumah Ibu. Mas Firman yang meminta. Kami menyampaikan telpon dari Mas Andra."Kasihan Mas Andra, Bu!" rayu Mas Firman. Ibu terlihat menyeringai kecut. Kemudian membuang muka."Suruh aja mereka menelpon saudara yang dari Niken! Atau suruh orang tua Niken datang! Kenapa minta tolong sini. Jelas-jelas kami udah sampai saja di usir!" sungut Ibu. Masih kekeuh tak mau menemui mereka lagi. Nampakanya ucapa Mbak Niken kemarin, cukup menggores luka dalam di hati Ibu.Kutarik napasku kuat-kuat dan melepaskannya pelan. Badan ini belum ilang capeknya. Bahkan aku belum istirahat. Hanya tidur di dalam mobil saja. Namanya tidur di dalam mobil, saat perjalanan pulang, sama saja bohong. Karena nggak mungkin bisa tidur nyenyak. Hanya tidur-tidur ayam. Sering kebangun, dan hanya meninggalkan rasa pusing saja.Aku lihat Bapak masih sering menguap. Memang masih terlalu pagi dat
Part 59POV EKAAku masih sabar menunggu Mak Giyem, yang masih mengatur napasnya, yang terlihat ngos-ngosan. Terlihat seolah sesak napas."Mau aku ambilin minum lagi, Mak?" tanyaku karena kasihan melihatnya. Mak Giyem terlihat menggeleng."Nggak usah. Udah plempoken," jawabnya. Aku mengangguk pelan. Aku biarkan dia yang sedang menata napasnya. Takut malah kebablasan tak bisa napas nanti. Eh,"Firman kerja?" tanya Mak Giyem. "Nggak, dia ijin libur kerja. Sekarang dia menemui Mas Andra," jawabku. Mak Giyem terlihat membulatkan mata."Serius, Firman nemui Andra?" tanya Mak Giyem, seolah memastikan ucapanku."Seriuslah, Mak. Emang kapan aku pernah bohong sama Emak?" tanyaku balik. Mak Giyem terlihat menggigit bibir bawahnya sejenak."Kenapa kamu nggak ikut?" tanya Mak Giyem. Gantian aku yang melipat kening. Kayaknya dia lagi kumat, jiwa keponya. Tapi it's ok. Karena aku juga sudah mulai tumbuh jiwa penasaranku."Aku baru pulang pagi tadi, Mak. Bareng sama mertua. Dan sekarang gantian Mas
Part 60POV ANDRA"Kamu ini kenapa, sih, Dek? Aku malu sama Ibu dan Eka!" ucapku kesal dengan Niken.Mumpung Zaki nggak di rumah, ingin aku luapkan semua emosiku. Karena kali ini Niken benar-benar keterlaluan.Zaki keluar sama Adista. Entahlah, semenjak kenal Adista, Zaki lengket dengannya. Mungkin karena Adista sabar dan keibuan. Dan aku tahu, Adista memang suka dan sayang dengan anak kecil. Yang menurutnya, anak kecil itu sangat polos dan jujur."Kamu itu berubah sekarang, Mas. Udah keuangan berubah, sifat juga berubah!" balasnya. Cukup membuatku sangat terkejut.Emosiku semakin naik ke ubun-ubun. Karena ucapan Niken cukup memancing emosiku."Aku berubah? Aku memang selalu salah di matamu! Saat aku masih berjaya pun, aku tak pernah benar di matamu! Tapi, kamu sadar nggak? Kamu intropeksi dirimu nggak? Apakah kamu tak pernah melakukan kesalahan? Harusnya kamu mikir, kalau aku memang berubah, aku berubah karena apa? Kenapa suamimu yang dulu sangat nurut denganmu, sekarang bisa berubah
Part 61POV ANDRANiken sudah aku letakan didalam kamar. Kondisinya masih pingsan. Zaki menangis seolah ketakutan. Dalam kondisi seperti ini aku sangat amat kebingungan.Kuraih gawai. Kuutak atik dan sebenarnya tak tahu mau menelpon siapa. Karena pikiran terasa sangat amat kacau.Gawai terus aku scroll, sambil mikir pada siapa aku harus meminta tolong. Akhirnya mata ini tertuju pada nomor kontak Firman.Ya, reflek saja langsung menekan nomor Firman. Dan terhubung.Ya, dalam kondisi seperti ini, tetap lari ke saudara. Malu tak malu. Lebih tepatnya menahan malu.***********Akhirnya Firman bersedia untuk datang. Dan pagi ini, katanya dia sudah berangkat. Firman memang adik yang baik. Aku jadi menyesal dulu aku sering memperlakukan dia hal yang tak pantas antara kakak ke adik.Ya Allah ... karmaMu nyata adanya. Bahkan tak sampai ke anak cucu. Seolah langsung di balas tunai kepada diriku sendiri. Sungguh aku malu dengan perlakuanku dulu. Firman maafkan aku!Niken sudah sadar. Dia pingsan