Share

PENGAKUAN

Zelia berlari memelukku saat kami sampai di rumah, mungkin ia rindu karena beberapa hari ini ia takku perhatikan pikiranku sedang tertuju pada Zain.

"Umi," panggilnya manja.

"Iya, sayang. Maafkan Umi, ya? Sudah ninggalin Zelia. Zelia rindu, ya?"

Aku menggendongnya.

Zain menghampiri kami.

"Assalamualaikum, Zelia?"

Zain mencium pipi Zelia yang ia balas dengan pelukan. Sejak dulu Zain selalu akrab dengan adik-adiknya. Sifatnya yang penyayang dan lemah lembut membuat anak kecil cepat akrab dengannya.

"Assalamualaikum, Umi, Ibu?"

Bang Fatur meraih tangan umi dan ibu bergantian, begitu juga denganku.

"Walaikumsallam."

Kami mengikuti umi masuk, Arini sudah membuatkan minuman dan cemilan.

"Bagaimana keadaan Ana, Mbak?"

"Alhamdulillah sudah membaik, Arini."

"Alhamdulillah."

"Ibu, Umi, besok kita akan pergi ke rumah Bang Adnan untuk menikahkan Zain dan Ana?"

"Apa kamu tidak salah, Fatur?"

umi bertanya dengan raut wajah heran.

"Ternyata Ana bukan anak Lulu dan Bang Adnan, Umi. Mungkin, mereka te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status