SEBENING CAHAYA CINTA 43.**PoV Cahaya"Cahaya, itu kan pegawainya Pras Kamu kenal sama dia?" tanya Bu Tiana heran."Itu ... Anu ... Sebenarnya." Aku bingung mau menjelaskan ke Bu Tiana. Aku harus menjelaskan secara detail kalau sebenarnya Mas Arman adalah mantan suamiku."Eh, Sayang. Kamu duluan aja ke ruangan Pras. Kayaknya Papa hubungin Mama lagi. Ada hal penting mungkin yang mau dibicarakannya lagi," ucap mertuaku fokus ke gawai."Baik, Ma, kalau begitu aku permisi dulu ya," ucapku.Aku berjalan dan bergegas ke ruangan suamiku. Aku juga tidak mau ketahuan Mas Arman sedang berjalan sendiri seperti ini. Kalau ketahuan pasti dia akan mengejarku dan berkata yang tidak tidak. Terkadang perbuatan dan perkataannya membuatku kesal. Dia sama sekali tidak bisa menerima perceraian kami.Setelah mengkonfirmasi ke sekretaris Mas Pras. Aku pun izinkan masuk. sekretaris mengatakan kalau Mas Pras sudah menunggu, aku antusias masuk ke ruangan suamiku. Aku juga membawa makanan yang kami masak deng
"Mas, aku juga nggak suka sama dia karena dia sudah begitu banyak menyakiti hatiku. Tapi walaupun seperti itu. Dia tetap ayah dari anak-anakku dan aku nggak bisa menghilangkan itu. Sekarang, hubungan kami hanya sebatas mantan dan yang menjadi suamiku kamu. Aku juga tidak mau berhubungan dengan dia lagi. Aku sudah mengganti nomor handphoneku supaya dia tidak menghubungiku ataupun keluarganya," kataku. Aku teringat mantan Ibu mertua beberapa waktu lalu menghubungiku mengatakan Mas Arman sakit."Apakah dia dalam waktu dekat ini ada menghubungi kamu Makanya kamu ganti nomor handphone? Benar-benar menyesalkan dia! Udah tahu kalau kamu itu punya ku tapi dia masih aja sengaja berharap kamu balik sama dia!" Mas Pras menatapku cemberut."Enggak kok, Mas. Nomor Mas Arman memang sudah ku blokir sebelumnya tapi nomor keluarganya masih ada menghubungi. Tapi, aku juga udah ganti nomor dan Mas nggak perlu khawatir. Aku juga bisa menjaga batasan Karena sekarang sudah menjadi istri kamu," kataku lagi.
SEBENING CAHAYA CINTA 44.**PoV Author."Bu, Kenapa sih beberapa hari Mas Arman sering uring-uringan nggak jelas banget. Kayak nggak ada perempuan lain gitu! Apa Cahaya begitu penting? Dulu aja Cahaya itu layaknya babu. Apa nggak bisa diberitahu Mas Arman untuk melupakan dia. Lagian dia juga udah dicampakkan sama Cahaya. Kenapa masih mengharapkannya?!" kata Arum kesal dengan perubahan yang terjadi dengan Arman."Kamu pikir Ibu gak kesal. Udah lama Arman berubah. Apalagi sekarang dia itu semakin bangkrut. Kita nggak bisa kayak dulu lagi berfoya-foya dan mendapatkan gaji Arman. Arman mengaku kalau gajinya itu udah dipotong besar-besaran sama Perusahaan dan itu membuat Ibu benar-benar pusing!" ucap Bu Heni juga mendengkus sebal."Bu, kalau menurut pendapat Ria mungkin saja ini ada hubungannya dengan Mbak Cahaya yang dulu pernah kita dzolimi." Ria buka suara."Maksud kamu ini apa? Kenapa kamu tiba-tiba belain dia? Ibu nggak suka ya kamu ucapin kayak gitu. Lagian siapa yang zalimi Cahaya.
Namun Bu Heni tetap saja mengoceh menyalahkan Arman karena sekarang dia miskin. Arman bisa membahagiakan dia lagi sebagai ibunya."Arman dari tadi Ibu ngomong panjang lebar tapi kamu nggak mendengarkan. Kamu ini mau ngejek ibu ya sebagai radio rusak dengan cara kamu diam aja kayak gini. Ibu nggak suka kamu nggak menanggapi perkataan ibu!" Bu Heni masih mengomel."Tadi Mas Arman kayaknya menggigil. Coba kita periksa dulu. Sepertinya dia sakit," kata Arum melihat Arman yang merintih.Bu Heni dan Arum akhirnya memeriksa Arman. Dia memang menggigil dan mengeluarkan keringat dingin. Mereka tersentak kaget ternyata Arman sakit dan sepertinya parah harus dilarikan ke Rumah Sakit secepatnya."Astaga kamu ini sakit apa, Nak? Kenapa kamu bisa sakit kayak gini? Kamu benar-benar diguna-guna oleh Cahaya!" kata Bu Heni sedih saat sang putra mahkota tak berdaya.Rasa jijik juga di rasakan Bu Heni ketika melihat ada muntahan berupa plastik di bawah tempat tidur Arman. Kenapa anaknya bisa jorok sekali
SEBENING CAHAYA CINTA 45.**PoV CahayaAku menerima dari Fikar yang mengatakan kalau Mas Arman sakit dan dia benar-benar dirawat di Rumah Sakit. Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan dia di kantor dan dia bekerja dengan baik sebelum berangkat ke Jepang. Wajahnya memang sedikit pucat, mungkin saja dia stres akibat hantaman PHK dan gajinya dipotong secara besar-besaran.Namun, kata Mas Pras itu semua tidaklah berlangsung lama. Setelah semua situasinya kondusif maka gaji akan dikembalikan seperti dulu lagi. Seharusnya Mas Arman bersyukur karena dia nggak dipecat. Kenapa dia harus banyak pikiran mungkin aja ini cobaan dari Allah dan dia itu harus lebih bersabar. Aku berharap dia nggak mikirin aku seperti yang dikatakan Fikar."Sayang, Mas udah selesai," kata Mas Pras.Dia mendekatiku dan aku masih berpikir beberapa waktu."Dek ...," katanya. Aku tersadar dan tersentak ternyata Mas Pras sudah selesai bersih-bersih. Aku menelan ludah ketika dia memakai handuk dan dia sudah tidak malu
"Nyaman banget, Mas," kataku."Apasih yang enggak untuk kamu, Sayang," katanya.Dia memercikkan air ke wajahku. Aku kemudian cemberut sambil pura-pura merajuk. Aku juga melakukan hal yang sama Kemudian kami saling menggoda satu sama lain. Hingga akhirnya tindakan kami semakin brutal."Udah, Dek," katanya cekikikan.Mas Pras memegang tanganku. Aku menghentikan aktivitasku mengganggunya setelah dia lebih dulu menggangguku. Kemudian kami saling menatap satu sama lain memancarkan perasaan cinta diantara kami. Merasakan kebahagiaan itu benar-benar datang. Melihat wajahnya. Aku semakin menyayanginya dengan kelembutan dan kebaikan. Dia yang bisa menerima ku sebagai seorang istri. Padahal aku pun punya banyak kekurangan.Begitu pula mas Pras bisa menerima anak-anakku dan menganggap seolah-olah mereka juga anak-anaknya. Itu sudah jauh lebih dari cukup untukku. Entah kapan bibir kami pun saling menempel satu sama lain menikmati romansa bulan madu yang membahagiakan."Kamu bahagia?" bisiknya pad
SEBENING CAHAYA CINTA 46.**PoV CahayaBeberapa waktu kami berada di Jepang dan akhirnya rombongan kami pulang juga ke tanah air. Liburan ini sangat berkesan untukku karena ini adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri sekaligus perjalanan pertamaku dengan Mas Pras. Tidak disangka dia benar-benar mengajakku ke luar negeri. Aku berpikir dulu dia bakal mengajakku ke daerah-daerah yang dekat saja. Tempat-tempat yang ada di dalam negeri. Namun di luar dugaan, ternyata tempat yang indah yang ku datangi aku sangat bersyukur dan berterima kasih ke suamiku.Kini kami melepas lelah dan sudah kembali ke tanah air. Anak-anakku sedang berada di kamar. Mereka juga terlihat lelah dan sudah tertidur. Mama mertua menyuruh kami istirahat saja terlebih dahulu. Bagi-bagi olehnya bisa nanti setelah lelah kami hilang. Benar-benar ibu mertua yang pengertian karena dia juga mungkin sudah terbiasa pergi ke luar negeri atau ke tempat-tempat yang jauh untuk berlibur, jadi tahu bagaimana rasanya kalau pulang
"Dek, kamu cantik banget. Mas pengen ..." kata mas Pras menggantung ucapannya. Mendengar ucapannya aku menjadi malu. Wajahku memerah Karena rasa malu Yang menjalar ke seluruh tubuhku.Mas Pras justru menggantung ucapannya tidak melanjutkan. Namun dia senyum sendiri membuat aku semakin salah tingkah."Kamu malu ya?" tanyanya."Mas, kamu jangan mikir macam-macam deh. Ya udah sekarang kamu kerja aja dulu. Nanti telat. Masih banyak waktu, Mas," kataku."Hehe ... Andai gak kerja," kata Mas Pras kecewa menggaruk kepalanya.**Ternyata benar berkumpul dengan teman-teman yang sudah aku anggap keluarga di pekerjaan ini menyenangkan. Apalagi beberapa waktu yang lalu aku membagi-bagikan oleh-oleh dari Jepang."Mbak, kamu mau gak?" tanya Fikar menawarkan aku makan. Fikar makan dengan lahap. Ada juga menu ikan asin nya dengan sambal terasi tomat. Biasanya aku sangat senang kalau makan masakan tersebut. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku merasa mual. Aku merasa jijik dan aku merasa nggak bisa memasukk