Serafina yang sedang menangani proyek kerja sama di perusahaan saat ini, tiba-tiba mendapat telepon dari kepala pelayan. Melihatnya, Serafina hanya mengernyit. Kepala pelayan di vila Juanita itu biasanya tidak akan menghubunginya jika tidak terjadi masalah. Kalau dia menelepon, berarti memang sedang ada masalah yang terjadi.Sesuai dugaannya, begitu menjawab telepon itu, terdengar suara kepala pelayan yang panik, "Nona Sera, anak Nona Juanita menghilang.""Apa katamu?" Mendengar berita itu, Serafina terperanjat dari kursinya."Nona, anak itu menghilang," ulang kepala pelayan dengan dahi yang bercucuran keringat.Ekspresi Serafina menjadi muram. "Kenapa bisa hilang? Bukannya aku menyuruh kalian jaga dia dengan baik?"Kepala pelayan itu menjawab dengan panik, "Nona Sera, kami sudah melakukan sesuai instruksi Anda untuk menjaganya dengan baik. Tapi entah mengapa hari ini tiba-tiba anak itu menghilang. Nona Juanita bilang dia mau keluar untuk mencarinya. Aku nggak bisa mencegahnya."Menden
Kedua resepsionis itu langsung menyambut Tanya dengan hormat. Meski Tanya tidak sering datang ke perusahaan sebelumnya, sejak hubungannya dengan Tommy dipublikasikan di koran, tidak ada seorang pun yang tidak mengenalnya saat ini.Tanya adalah calon istri presdir mereka, tentu saja mereka harus menyambutnya dengan baik. Tanya hanya merasa sikap kedua staf ini agak aneh. Biasanya saat Tanya datang, kedua orang ini memang menyapanya dengan ramah. Namun, mereka tidak pernah sampai menghampirinya.Setelah menyapa Tanya, kedua staf itu pun mulai menjelaskan dengan singkat mengenai Jingga yang datang mncari ayahnya. "Kata anak itu, papanya adalah Pak Tommy," ujar staf yang lebih tinggi dengan wajah canggung sambil melihat ke arah Jingga.Begitu melihat Jingga, ekspresi Tanya langsung berubah. Dia tidak menyangka anak ini akan datang untuk mencari Tommy. Bukankah anak ini seharusnya sedang dikurung bersama Juanita? Jangan-jangan Juanita juga sudah dibebaskan?Melihat tanggal pernikahannya dan
Jingga melihat orang itu dengan ragu-ragu, hatinya merasa sangat waspada. Bagaimanapun, setelah mengalami begitu banyak kejadian, dia tahu bahwa banyak sekali orang yang tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu, Jingga bergerak mundur tanpa sadar."Aku nggak kenal denganmu." Walau usianya masih sangat muda, aura Jingga sangat kuat. Ucapannya juga terdengar sangat berwibawa.Melihat Jingga yang mengatakan hal itu dengan tegas, senyuman di wajah pria itu juga mulai kaku. "Tuan Muda, jelas-jelas kita pernah bertemu. Kenapa kamu nggak kenal denganku?"Semakin pria itu berbicara, kecurigaan dalam hati Jingga semakin kuat. Dia melihat pria itu dengan sangat waswas. Melihat hal ini, pria itu menghela napas tak berdaya. Awalnya dia ingin mengelus kepala Jingga, tetapi malah dihindari oleh Jingga tanpa ragu-ragu."Jingga, mamamu itu Juanita, 'kan? Aku bahkan tahu ulang tahunmu tanggal 20 Agustus. Ulang tahun mamamu adalah 3 Oktober, 'kan?" Pria itu mengatakan sejumlah informasi pribadi Jingga dan
Pihak pengelola tentunya mengetahui identitas Serafina. Oleh karena itu, mereka langsung menyetujuinya. "Nona Sera tenang saja, kami akan segera mengutus orang untuk memberikan rekamannya.""Ya," balas Serafina, lalu mengakhiri panggilannya. Setelah menutup telepon, Serafina membalikkan badannya. Pelayan itu langsung kaget dan menunduk, dia sama sekali tidak berani menatap Serafina secara langsung. Dia ketakutan hingga mengepalkan tangannya dengan erat.Jika ... mereka benar-benar memberikan rekaman itu, bukankah akan ketahuan langsung bahwa dia yang membawa anak itu keluar?Efisiensi kerja pihak pengelola sangat tinggi, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengantarkan rekaman itu. Serafina juga tidak berpikir berlebihan, dia langsung memutar rekaman itu di hadapan semua orang. Setelah itu, dia melihat bahwa Jingga ternyata masuk ke sebuah mobil. Mobil itu adalah mobil yang digunakan oleh pelayan untuk keluar membeli sayur.Melihat hal ini, kepala pelayan langsung memelototi pelay
Serafina bergegas kembali ke perusahaan dan langsung menuju ke kantor Tommy. Mungkin saja Jingga sudah menemukan Tommy."Tommy." Serafina panik hingga lupa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu kantor Tommy. Namun, dia tidak menyangka Tanya juga ada di kantor itu.Awalnya, Tommy ingin marah karena dia tidak membiarkan ada orang yang tidak mengetuk pintu ataupun melapor terlebih dulu saat masuk ke kantornya. Namun, saat melihat orang itu adalah Serafina, tatapannya yang marah menjadi curiga. Serafina bukan orang yang begitu gegabah masuk ke kantornya. Tommy mendongak, lalu bertanya, "Ada apa, Kak? Ada masalah apa terburu-buru?"Setelah melihat ke sekeliling kantor Tommy sebentar, Serafina menyadari Jingga tidak ada di sana."Itu ...." Serafina berbicara dengan terbata-bata.Serafina ingin bertanya apakah Tommy melihat Jingga.Namun jika dia bertanya, Tommy akan langsung tahu masalah Jingga yang menghilang. Tommy juga akan mengetahui masalah dia mengurung Juanita. Setelah memikirkanny
Saat melihat uang itu, mata keduanya membelalak. Melihat bisa mendapat begitu banyak uang hanya dengan menjaga sebuah rahasia, mereka tidak berani menolaknya dan buru-buru mengangguk. "Nona Tanya, tenang saja. Hari ini kami nggak melihat dan mendengar apa pun. Kamu tenang saja, kami akan menjaga mulut kami. Kami juga akan mengurus satpam di pintu."Melihat respons kedua wanita itu yang cerdik, Tanya menganggukkan kepalanya dengan puas. "Baiklah, cepat kembali bekerja."Setelah berterima kasih, keduanya juga pergi dari kamar mandi dan meninggalkan Tanya sendiri yang merasa bangga. Saat ini, Jingga sudah dibawa sopir ke salah satu vila."Paman, apa ayahku ada di sini?" tanya Jingga langsung kepada sopir itu.Sopir menganggukkan kepala. "Iya, Tuan Muda."Setelah berkata demikian, sopir itu membawa Jingga masuk ke dalam vila dan langsung mencari sebuah kamar untuk mengurungnya. Kemudian, dia memanggil pelayan di sampingnya. "Jaga anak ini baik-baik. Nona perintahkan jangan biarkan anak ini
Malam itu, sebagian besar orang di vila itu telah tertidur. Clara mengendap-endap ke depan pintu kamar Juanita. Memikirkan hal yang akan dilakukannya selanjutnya, hati Clara merasa sangat gugup. Bagaimanapun juga ... ini tidak kedengaran seperti sebuah hal yang bagus.Setelah tiba di depan pintu kamar itu, Clara melihat ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Kemudian, dia mengetuk pintu kamar Juanita dengan pelan. Di saat ini, Juanita kebetulan sedang termenung di kamarnya.Lantaran tidak bisa keluar untuk mencari Jingga, Juanita hidup dalam kecemasan setiap hari. Dia selalu menunggu kabar dari Serafina dengan gelisah. Namun, tetap saja tak kunjung ada berita apa pun. Juanita sama sekali tidak bisa menenangkan dirinya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana lagi agar hatinya bisa lebih tenang.Jika harus meninggalkan Tommy, Jingga adalah orang yang terpenting baginya. Kalau sampai kehilangan Jingga, Juanita benar-benar tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidupnya.
Begitu keluar dari perusahaan, Tommy langsung pergi ke tempat parkir untuk mengemudikan mobil ke vila.Kali ini sudah keterlaluan. Meskipun belum mengetahui dalang di balik semua ini, Tommy yakin bahwa Keluarga Ador yang telah mengurung Juanita. Jika tidak, Tommy pasti bisa menghubungi Juanita.Ketika membuka pintu mobil, hati Tommy seketika terasa sakit. Saat berikutnya, dia merasakan firasat buruk. Apakah sesuatu telah terjadi pada Juanita? Tidak, tidak mungkin ....Mungkin, Tommy sudah terlalu lama tidak bertemu dengan Juanita sehingga kekhawatirannya menjadi berlebihan seperti ini. Dia seharusnya lebih tenang karena akan segera bertemu mereka berdua.Setelah berpikir begitu, Tommy menambah kecepatan mobilnya. Setibanya di sana, dia pun buru-buru mengetuk pintu.Pelayan yang mendengar suara ketukan pintu cukup terkejut. Sekarang sudah sangat larut, seharusnya tidak ada yang datang lagi.Begitu membuka pintu, pelayan itu pun terperangah saat melihat Tommy. "Tu ... Tuan, kenapa datang