Saat melihat uang itu, mata keduanya membelalak. Melihat bisa mendapat begitu banyak uang hanya dengan menjaga sebuah rahasia, mereka tidak berani menolaknya dan buru-buru mengangguk. "Nona Tanya, tenang saja. Hari ini kami nggak melihat dan mendengar apa pun. Kamu tenang saja, kami akan menjaga mulut kami. Kami juga akan mengurus satpam di pintu."Melihat respons kedua wanita itu yang cerdik, Tanya menganggukkan kepalanya dengan puas. "Baiklah, cepat kembali bekerja."Setelah berterima kasih, keduanya juga pergi dari kamar mandi dan meninggalkan Tanya sendiri yang merasa bangga. Saat ini, Jingga sudah dibawa sopir ke salah satu vila."Paman, apa ayahku ada di sini?" tanya Jingga langsung kepada sopir itu.Sopir menganggukkan kepala. "Iya, Tuan Muda."Setelah berkata demikian, sopir itu membawa Jingga masuk ke dalam vila dan langsung mencari sebuah kamar untuk mengurungnya. Kemudian, dia memanggil pelayan di sampingnya. "Jaga anak ini baik-baik. Nona perintahkan jangan biarkan anak ini
Malam itu, sebagian besar orang di vila itu telah tertidur. Clara mengendap-endap ke depan pintu kamar Juanita. Memikirkan hal yang akan dilakukannya selanjutnya, hati Clara merasa sangat gugup. Bagaimanapun juga ... ini tidak kedengaran seperti sebuah hal yang bagus.Setelah tiba di depan pintu kamar itu, Clara melihat ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Kemudian, dia mengetuk pintu kamar Juanita dengan pelan. Di saat ini, Juanita kebetulan sedang termenung di kamarnya.Lantaran tidak bisa keluar untuk mencari Jingga, Juanita hidup dalam kecemasan setiap hari. Dia selalu menunggu kabar dari Serafina dengan gelisah. Namun, tetap saja tak kunjung ada berita apa pun. Juanita sama sekali tidak bisa menenangkan dirinya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana lagi agar hatinya bisa lebih tenang.Jika harus meninggalkan Tommy, Jingga adalah orang yang terpenting baginya. Kalau sampai kehilangan Jingga, Juanita benar-benar tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidupnya.
Begitu keluar dari perusahaan, Tommy langsung pergi ke tempat parkir untuk mengemudikan mobil ke vila.Kali ini sudah keterlaluan. Meskipun belum mengetahui dalang di balik semua ini, Tommy yakin bahwa Keluarga Ador yang telah mengurung Juanita. Jika tidak, Tommy pasti bisa menghubungi Juanita.Ketika membuka pintu mobil, hati Tommy seketika terasa sakit. Saat berikutnya, dia merasakan firasat buruk. Apakah sesuatu telah terjadi pada Juanita? Tidak, tidak mungkin ....Mungkin, Tommy sudah terlalu lama tidak bertemu dengan Juanita sehingga kekhawatirannya menjadi berlebihan seperti ini. Dia seharusnya lebih tenang karena akan segera bertemu mereka berdua.Setelah berpikir begitu, Tommy menambah kecepatan mobilnya. Setibanya di sana, dia pun buru-buru mengetuk pintu.Pelayan yang mendengar suara ketukan pintu cukup terkejut. Sekarang sudah sangat larut, seharusnya tidak ada yang datang lagi.Begitu membuka pintu, pelayan itu pun terperangah saat melihat Tommy. "Tu ... Tuan, kenapa datang
Serafina seketika merasa panik mendengar si pelayan yang tiba-tiba mengungkit masalah ini. Kalau Tommy tahu, pria ini pasti akan makin murka!Serafina belum sempat memikirkan cara untuk menutupi masalah ini, tetapi Tommy sudah meliriknya dengan tatapan dingin sambil bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Juan mencari Ingga?"Mendengar ini, Serafina tahu dirinya tidak bisa mengelabui Tommy lagi. Dia terpaksa menjawab jujur, "Dua hari lalu, Jingga mengikuti pelayan keluar, tapi tiba-tiba hilang. Sampai sekarang, dia masih belum ditemukan."Meskipun telah membuat persiapan mental, Tommy tetap gusar saat mendengar penjelasan Serafina. Di sisi lain, Serafina juga tidak berani bersuara melihat raut wajah Tommy. Ini pertama kalinya Serafina melihat Tommy begitu murung.Serafina mengerti bahwa Tommy murka. Dia mengernyit sambil berkata, "Aku tahu kamu marah. Tapi, yang paling penting untuk sekarang adalah mencari Jingga. Sisanya baru kita urus nanti. Aku juga nggak ingin anak itu hilan
"Cari informasi pribadi staf itu di perusahaan. Kita akan pergi ke rumahnya. Kamu kirim alamatnya, kita ketemu di sana," perintah Tommy. Apa pun yang terjadi, hari ini dia harus menemukan staf ini."Baik," sahut Jacky.Dalam sekejap, Jacky sudah mengirim alamat staf itu kepada Tommy. Melihat ini, Tommy menyalakan mobilnya dan bergegas berangkat.Namun, setibanya di sana, ternyata rumah itu sudah kosong. Tommy segera memerintahkan, "Selidiki semua stasiun bus dan stasiun kereta api!" Dia yakin orang ini tidak akan bisa lolos darinya.Kinerja Jacky sangat cepat. Tidak berselang lama, dia sudah menemukan catatan keberangkatan orang yang bertanggung jawab atas ruang pemantauan."Hebat sekali, mereka sudah merencanakannya dengan matang. Jacky, cari dia, harus ketemu!" ucap Tommy sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Dia merasa makin gelisah sekarang.Di sisi lain, Jacky sudah mendapatkan informasi baru. Dia melaporkan semuanya, "Tuan, staf itu pergi dengan menaiki kereta api. Sepertinya
Serafina tampak mengernyit. Meskipun tidak menyukai Juanita, dia tidak berharap masalah seperti ini terjadi.Jacky kira-kira sudah memahami situasinya. Dia segera melaporkan, "Tuan, aku sudah memeriksa CCTV di beberapa kawasan. Bisa dipastikan wanita itu berusia 20-an tahun dan berambut panjang. Tapi, dia duduk di mobil, jadi sulit memastikan aspek lainnya."Kelopak mata Tommy sontak berkedut. Bukankah Juanita berambut panjang? Serafina tahu adiknya ini makin cemas. Dia segera menenangkan, "Tommy, tenang dulu, belum tentu itu Juanita.""Jadi, gimana kalau itu Juan?" balas Tommy yang langsung menengadah dan menatap dengan tatapan agak galak.Serafina terkejut melihatnya. Tommy tidak pernah menatapnya dengan tatapan seperti itu. Di sisi lain, Tommy segera menginstruksi, "Selidiki lagi, cari tahu tentang wanita itu di kantor polisi." Dia tidak akan melewatkan kemungkinan apa pun.Serafina juga memiliki firasat bahwa wanita itu adalah Juanita. Kalau sampai seperti itu, dia sungguh merasa b
Tommy masih belum menemukan Juanita dan Jingga, sementara hari pernikahannya sudah makin dekat.Serafina tahu bahwa Tommy makin membenci mereka setelah kejadian ini. Mungkin, adiknya ini akan menentang pernikahan dengan Keluarga Saloza.Akan tetapi, Adam sama sekali tidak peduli. Lagi pula, dia memang tidak menyukai Juanita. Meskipun telah terjadi hal seperti ini, dia tetap tidak merasa dirinya bersalah.Selain itu, Adam sudah berjanji akan membebaskannya setelah Tommy menikah. Kalau Juanita tinggal dengan patuh, mana mungkin masalah seperti ini akan terjadi? Jadi, semua ini salah Juanita.Adapun Tommy, dia tentu harus menepati janjinya dengan menikahi Tanya. Tommy tidak seharusnya memiliki pertimbangan lain.Meskipun Adam berpikir demikian, belum tentu Tommy bersedia menurutinya. Hari ini, Tommy masih sibuk menyelidiki keberadaan Juanita. Tiba-tiba, Adam datang ke perusahaan."Tommy, dengar-dengar Keluarga Saloza sudah mengundangmu beberapa kali, kenapa kamu menolak mereka terus? Kamu
Anggota Keluarga Ador benar-benar geram dengan sikap Tommy. Padahal Tommy sudah menyetujui pernikahan ini, sampai-sampai mereka telah menjadwalkan semuanya. Sekarang, pria ini malah tidak bisa diajak kerja sama sehingga membuat kedua belah pihak sama-sama kesulitan."Menurutmu, kita harus bagaimana sekarang? Aku awalnya sangat senang karena Tommy menyetujui pernikahan ini. Tapi, sikapnya yang begini malah membuat Keluarga Saloza mulai kesal," ucap Soraya yang mulai merasa panik.Keluarga Ador dan Keluarga Saloza sudah lama bersahabat. Soraya tidak ingin masalah ini membuat hubungan kedua keluarga menjadi buruk."Hais, bukannya Tommy sudah menyetujuinya? Kenapa tiba-tiba jadi begini?" sahut Jordy yang merasa pusing karena masalah ini.Adam mendengus dingin sebelum berkata, "Waktu itu, aku pergi mencarinya untuk membahas hal ini. Tapi, kelihatannya dia nggak akan menuruti perkataan kita."Beberapa orang itu masih membahas cara mengatasi masalah ini. Tiba-tiba, pintu masuk diketuk oleh se