Di dalam mobil, keduanya duduk di kursi bagian belakang dan terdapat jarak yang cukup lebar di antara mereka.“Oh iya, waktunya masih sangat pagi, bagaimana kalau kita ke sekolah sebentar? bawa Ingga ke sana juga,” kata Juanita secara tiba-tiba.Dia masih ingat bahwa Ingga menunjukkan dirinya suka dan juga bergantung pada Tommy. Karena Ingga begitu ingin bersama dengan lelaki itu. Hari ini merupakan kesempatan yang bagus, bukan?Tommy mendelik sinis dan tatapannya terlihat sedikit marah. Dia tidak mengerti dengan maksud Junia. Mereka baru saja memiliki waktu berdua, tetapi perempuan itu mengatakan ingin mengajak Ingga lagi?“Nggak perlu. Sekarang Ingga belum pulang sekolah, kan?” tolak dan tanya Tommy.Juanita berpikir sesaat dan berkata, “Seharusnya nggak masalah. Keluarganya Smith juga pasti akan mengundang Jingga.”Tommy diam dan memasang wajah keruh. Akan tetapi dia seperti sudah memutuskan untuk tidak menjemput Ingga. Juanita menghela napas dalam hati. Sepertinya dia harus mencar
Jawaban Juanita mengundang senyum puas di wajah mereka. Di waktu yang sama terdengar sebuah suara berat dari belakang punggung mereka yang berkata, “Melly.”Mereka menoleh dan melihat tiga orang lelaki yang berdiri di sana. Mereka adalah suami dari ketiga perempuan itu. Juanita mengikuti pandangan orang-orang itu dan melihat sosok lelaki yang lebih tua dengan tubuh sedikit gempal berada di paling kiri. Yang di tengah terlihat seperti pebisnis dan yang paling kanan adalah lelaki muda. Namun wajah aslinya terlihat jauh berbeda dengan di foto.Melly yang berlari kecil menghampiri suaminya dan menggandeng lengan lelaki itu sambil berkata, “Bukannya sudah dibilang nggak perlu jemput? Kami bahkan belum mulai makan.”Martha dan Angel juga ikut menghampiri suami mereka. Juanita benar-benar mual melihat mereka yang manja sehingga dia menundukkan kepala. Akan tetapi teman-temannya tidak mau berhenti sampai di sana, mereka menarik suami mereka masing-masing menghampiri Juanita.“Juanita, ini sua
Mereka terdiam sesaat ketika mendengar suara tersebut. Setelah itu dengan kompak menoleh ke belakang dan menemukan seorang lelaki yang luar biasa tampan sedang berdiri di sana.Mata ketiga perempuan tersebut berbinar ketika melihat raut Tommy. Harus diakui kalau wajah Tommy memang di atas rata-rata dan sangat menawan. Bahkan suaminya Martha juga mengakui ketampanan Tommy.Ketiga suami perempuan itu memancarkan sorot iri. Mereka tidak tahu kalau lelaki itu datang untuk mencari Juanita. Meski nada bicara Tommy tidak begitu sopan, mereka mengira posisi mereka saat ini sedang menghalangi jalannya Tommy. Melly menarik kedua temannya untuk geser ke samping, kemudian dia tersenyum santun pada Tommy sambil berkata,“Pak, kami menghalangi jalan, ya? Silakan lewat dulu.”Juanita yang sedari tadi menahan emosinya merasa melihat malaikat pelindung ketika menemukan sosok Tommy. Perempuan itu menghampirinya dan berkata, “Akhirnya kamu datang.”Tommy bisa merasakan keanehan dari nada bicara perempuan
Meski Tommy terlihat sangat berkuasa dan mengintimidasi, ketiga lelaki itu tidak terima diperlakukan seperti itu. Tidak seharusnya Tommy bersikap tidak sopan di hadapan mereka.“Kamu tahu aku siapa? Beraninya bersikap seperti ini padaku! Hati-hati akan kuberikan pelajaran!”Tommy terkekeh sinis seakan tidak menganggap mereka. Dia awalnya hanya ingin menakuti mereka saja. Namun Tommy tidak merasa mereka jera dan takut. Mendadak ketiga lelaki itu tampak panik dan takut. Sepertinya orang ini tidak bisa dihadapi dengan cara apa pun. Apakah mereka rela diperlakukan seperti ini begitu saja?“Kamu jangan senang karena ini tempat kekuasaanmu, makanya kami juga nggak ada cara lain. Setelah keluar dari sini, kamu rasakan saja! Siapa yang akan menangis lebih parah!”Tommy melirik lelaki itu dengan dingin dan menganggap ucapan orang itu seperti angin lalu. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi asistennya kemudian berkata, “Datang ke restoran sebentar.”Mereka menatap Tommy dengan kompak karen
Jacky menghampiri orang-orang tersebut dan menyampaikan ucapan Tommy tadi, “Pak Tommy bilang kalian boleh pergi.”Wajah mereka terlihat berbinar bahagia sambil berkata, “Terima kasih! Terima kasih sekali Pak Jacky dan Pak Tommy!”“Tapi ….” Jacky menggantung ucapannya dan membuat ketiga lelaki itu menahan napas menunggu ucapan Jacky selanjutnya. Dia memang sengaja membuat mereka gugup dan membeku di tempat sambil dengan perlahan berkata,“Pak Tommy bilang kalian harus ganti rugi alkohol 9.6 miliar yang sudah dia beli dari pelelangan di Elota. Minuman itu memang sebanding dengan harganya dan saya percaya kalian nggak mungkin nggak mau, kan?”Keringat dingin membanjiri kening ketiga lelaki itu. Dengan tergagap dia berkata, “Eum … Ki-kira-kira Pak Tommy bisa kasih kami dispensasi waktu?” “Kelonggaran waktu?” Kening Jacky berkerut dan terlihat jelas dia tidak suka.“Dia sudah kasih kalian ganti rugi dengan nominal yang sesuai dan itu merupakan dispensasi yang sangat besar sekali! Kalau ng
Setelah keadaan restoran menjadi jauh lebih tenang, Juanita baru menatap Tommy. Kebetulan lelaki itu juga tengah menatapnya. Keduanya saling berpandangan sejenak dan mendadak Juanita merasa pikirannya kosong. Dia tiba-tiba tidak tahu mau berkata apa.“Kenapa?” tanya Tommy.Dia menunduk dengan gugup karena bertatapan dengan lelaki itu. Dengan sedikit berbisik dia berkata, “Nggak ada apa-apa. Terima kasih banyak untuk kejadian tadi.”“Nggak apa-apa. Lain kali jangan dengan bodohnya diintimidasi orang lain,” kata Tommy dengan acuh.Juanita mengulas senyum terpaksa karena dia tidak begitu bahagia. Dia dan Tommy tidak ada hubungan apa-apa. Dengan status dan latar belakangnya, sepertinya sulit jika tidak diintimidasi oleh orang lain, bukan?Hal yang paling utama adalah dia harus mencari sebuah pekerjaan yang layak. Juanita mulai melamun dan sibuk menyusun rencana masa depannya.“Iya, aku tahu,” jawab Juanita dengan suara sedih sambil mengangguk kepalanya.Tommy meliriknya sekilas dan tanpa b
Juanita baru teringat dia lupa menjemput Ingga ketika perempuan itu baru membuka pintu rumah. Dia menepuk keningnya dan marah pada dirinya sendiri yang begitu ceroboh. Akan tetapi dia mendengar suara Jingga yang berasal dari dalam kamarnya.“Mama, sudah pulang?!”Juanita tercenung sesaat dan dia berjongkok di depan Ingga kemudian bertanya, “Ingga, bagaimana kamu pulang ke rumah?”“Om Bodyguard yang antar aku pulang. Mereka bilang Mama dan Papa- Om Tommy sedang makan bersama.”Mendengar itu dia terdiam dan perasaannya mendadak menjadi sulit dijelaskan. Ternyata pikiran Tommy lebih jauh dari dirinya. Juanita menunduk dan mengelus kepala Ingga sambil berkata, “Ingga, sudah malam, cepat tidur.”“Iya,” jawab Ingga sambil mengangguk. Setelah itu dia kembali memajukan bibirnya dan berkata, “Mama makan dengan Om Tommy kenapa nggak ajak aku?”Juanita tidak bisa berkata-kata. Dia sudah bilang pada Tommy, tetapi lelaki itu tidak setuju dan dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.“Iya, kami ada urusa
“Kenapa?” tanya Tommy sambil mengangkat kedua alisnya. Dia seperti tidak suka dengan respon yang diberikan Juanita. Perempuan itu langsung menggeleng dengan cepat. Setelah masuk ke mobil, dia melirik Tommy secara diam-diam dan akhirnya tawanya menyembur keluar.Tommy mendelik sekilas dan membuat Juanita merasa gugup. Untungnya lelaki itu tidak lanjut memperpanjang masalah ini lagi. Juanita menghela napas lega dan terdengar Ingga yang bertanya, “Mama, apa yang Mama tertawakan?”“Ng-nggak ada,” jawab Juanita dengan cepat.Ingga sedikit tidak percaya dan bertanya lagi, “Mama lagi menertawakan Papa? Apa yang lucu? Bukannya pakaian Papa sangat keren?”Juanita menyunggingkan seulas senyum dan berkata, “Iya, seleranya bagus.”“Yang aku katakan semuanya jujur,” gumam Ingga sambil memajukan bibirnya.“Ingga harus semangat waktu lomba nanti,” ujar Juanita memberi semangat.Bocah itu mengangguk dengan semangat sambil menepuk dadanya dan berkata, “Tentu saja! Papa, pernah lihat aku kalah waktu mai