Bab 25Belum sempat satpam menjawab, tiba-tiba, tamu yang dimaksud itu nongol di belakangnya."Aku yang datang, Ayleen!" Suara lelaki dewasa itu mengejutkan Ayleen."Ayah?" Gumam Ayleen pelan.Bu Emil mengerutkan kening, "Ayah, dia ayah kamu?" Tanyanya pada Ayleen.Ayleen hanya mengangguk kecil.Bu Emil memandang lelaki di hadapannya dari atas ke bawah, kemudian beralih memandang Ayleen. Hati kecilnya menemukan aura negatif dari sosok yang mengaku ayah Ayleen itu, berbeda saat ia memandang Ayleen.Tanpa menunggu dipersilakan, Ayah Ayleen nyelonong masuk begitu saja. Tentu hal itu semakin membuat Bu Emil merasa tak suka."Wah, enak juga ya tempat tinggal kamu sekarang, Ayleen! Pantas kamu betah tinggal di sini, sampai ninggalin Juragan Erwin." Surya berjalan mendekati Ayleen, dan perlahan Ayleen mundur menjauh dari jangkauan ayahnya."Ayah ngapain ke sini?" Tegur Ayleen tak suka."Tentu Ayah mau menemuimu, Nak ...," ucap Surya berdrama.Hati Ayleen tak tenang, ia terlihat gelisah dan k
Bab 26"Terima kasih banyak ya, Pak ... Bapak benar-benar telah banyak membantu saya," ucap Ayleen pada daddy Sam yang baru saja memasuki kamar putranya.Sebelum itu, melalui jendela kamar Sam, Ayleen menyaksikan ayahnya pergi dari rumah ini. Rasa syukur menjalari hati, ia pun bisa bernafas lega melihatnya, walau ia belum tahu, apa yang telah dilakukan Abraham sehingga ayahnya itu bersedia pergi."Sama-sama." Abraham menjawab singkat. Pandangannya kemudian beralih pada Sam."Dia sudah minum penurun demamnya?" Tanya Abraham."Sudah, Pak," jawab Ayleen."Syukurlah.""Pak ....""Ya?""Dengan apa saya bisa membalas jasa Bapak?" Tanya Ayleen."Dengan menjadi ibu yang baik untuk Sam." Jawaban mengalir begitu saja dari bibir Sam."Ma-maksud, Bapak?" Tanya Ayleen terbata. Seketika membuat Abraham tersadar bahwa ia telah salah memilih kosa kata dalam menjawab pertanyaan Ayleen."Maksud saya jadi ibu susu yang baik untuk Sam, masa begitu saja nggak paham?!" Ketus Abraham demi menutupi salah tin
Bab 27"Weekand ini ada acara apa, Abra?" Tanya Bu Emil pada Putra semata wayangnya saat mereka sedang sarapan bersama."Ngajak Sam dan Ayleen jalan aja, Ma," sahut Abraham sembari melirik Ayleen. Seketika Ayleen yang tengah menikmati sarapannya tersedak."Hati-hati dong, Ay!" Ucap Abraham mengingatkan."Maaf, Pak, saya terlalu terkejut mendengar Bapak bilang mau ajak saya dan Sam jalan-jalan," sahut Ayleen apa adanya."Loh memangnya Abra belum ngasih tahu kalau mau ngajak jalan?" Tanya Bu Emil.Ayleen menggeleng pelan, "tidak, Bu," cicitnya."Abra nih kebiasaan deh, Mama kan bilang, kalau mau ngajak cewek jalan itu dikasih tau dulu. Cewek itu butuh persiapan banyak hal, jadi nggak bisa dadakan," tutur Bu Emil."Ini kan Abra bilang, Ma ...," sahut Abraham santai, sementara Bu Emil hanya memutar mata malas."Ya sudah, Ayleen ... kamu siap-siap gih, nanti Sam biar Ibu yang siapkan," ucap Bu Emil.Ayleen tersenyum, "tidak usah, Bu ... saya tinggal ganti baju saja kok, tadi sudah mandi,"
Bab 28Ayleen dan Abraham sampai di pusat belanja terbesar di kota Surabaya. Sebuah gedung dengan ukuran besar dan dilapisi kaca di setiap sisi dindingnya membuat Ayleen terkagum. Pandangannya tak lepas dari bangunan megah di hadapannya."Kenapa, Ay?" Tanya Abraham."MasyaAllah ... ini pertama kali saya datang ke Mall, Pak ... ternyata beda banget sama pasar ya? Bener-bener elite," sahut Ayleen.Abraham menahan senyum, "ya begitulah, di sini belanja terasa lebih nyaman menurut saya, lebih bersih dan tidak berdesak-desakan." "Iya sih, Pak ... tapi pastinya harganya mahal-mahal ya?" Celetuk Ayleen."Dibilang mahal sih tidak, karena kualitas yang kita dapat sesuai dengan jumlah uang yang kita bayar."Ayleen manggut-manggut, kemudian keduanya segera masuk ke dalam Mall. Ayleen dengan Sam di dalam gendongannya berjalan di sisi Abra. Sebelum berangkat, Abra menyarankan agar Ayleen menggunakan stroller untuk membawa Sam, namun wanita itu menolak dengan alasan lebih nyaman menggendong Sam de
Bab 29"Sudah kamu nggak usah banyak tanya, sekarang ikuti saya." Abraham mengalihkan pembicaraan. Kemudian berjalan meninggalkan Ayleen. Mau tidak mau, Ayleen pun mengekorinya, bisa bahaya jika ia terlepas dari Abraham di tengah keramaian seperti ini."Pak, kenapa buru-buru sekali? Ini Sam jadi nggak nyaman karena saya jalannya terlalu cepat." Ayleen memprotes Abra, lelaki itu seenaknya saja berjalan cepat tanpa memikirkan Ayleen yang tengah kesulitan dengan Sam di dalam gendongannya.Abra pun memelankan langkahnya, menyesuaikan ritme dengan langkah Ayleen.Hingga akhirnya sampailah mereka di sebuah klinik kecantikan yang dimaksud.Di sana Abra terlihat bercengkrama dengan pegawai dalam beberapa saat, dan meminta Ayleen menunggu.Tak lama berselang, Abraham kembali bersama seorang berseragam klinik."Ay, siniin Samnya, kamu ikut sama Mbak ini ya?" Ucap Abraham mengambil alih Sam."Saya ikut ke mana, Pak?" Tanya Ayleen bingung."Udah ikut aja, kamu akan di-treatment," jawab Abraham se
Bab 30"Mbak, ini Bapak-bapak yang tadi nunggu di sini sama bayinya ke mana ya?"tanya Ayleen pada salah satu pekerja di klinik kecantikan itu."Oh, belum lama beliau pergi, Bu, apa sebelumnya tidak berpamit dulu pada Ibu?" Ayleen menggeleng, "tapi beliau sudah membayar semuanya?" Tanya Ayleen memastikan, berharap Abra hanya pergi sebentar, kemudian kembali lagi untuk membayar tagihan."Oh, untuk pembayarannya semua sudah lunas kok, Bu," jawab pekerja itu sopan.Ayleen semakin kebingungan. Ia bingung harus mencari Abraham ke mana? Ponsel pemberian tuannya itu bahkan ia tinggal karena dianggap tak diperlukan. Untuk apa ponsel saat ia bersama Sam dan Abraham.Dengan ragu Ayleen mulai melangkahkan kaki keluar dari klinik. Berjalan pelan menyusuri setiap sudut dari ruangan di lantai dua, ia tampak keluar dan masuk toko, namun tak juga menemukan Abraham.Sementara di sisi lain Abraham berjalan cepat kembali dari lantai tiga menuju klinik di mana ia meninggalkan Ayleen.Tadi sebelum pergi i
Bab 31"Abraham ... dia?" ucap Hartawan masih tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya."Dia bukan Airin, Pa, dia Ayleen, pengasuh Sam yang sekarang, wajah mereka memang mirip, mangkanya Sam nyaman," terang Abraham tanpa beban.ah"Ayleen?" Hartawan membeo, ia memandangi Ayleen dari atas sampai bawah, hal yang sama juga dilakukan oleh Ayleen."Bapak ini kenapa ngeliatin aku segitunya, ya?" Batin Ayleen bertanya-tanya. Namun anehnya, ia tidak merasa risih, tidak seperti saay ia mendapatkan perlakuan yang sama dari lelaki asing. Ia merasa biasa saja dengan pandangan intimidasi Hartawan, seolah mata itu tak asing baginya, walaupun ia tidak mengenalinya."Iya, Pa ... kenapa, apa Papa kenal?" Tanya Abraham bingung, melihat ekspresi Hartawan yang penuh makna."Oh ... ehm ... ti-tidak, Papa hanya takjub aja, Papa kira dia Airin, Papa kira kamu sedang memberi kejutan pada Papa bahwa Airin telah berubah dan kalian akan rujuk, ternyata mereka orang yang berbeda? Ah, salam kenal, Ayleen," ucap Ha
Bab 32"Sudahlah, lupakan saja. Anggap saja obrolan kita tadi tidak pernah ada. Oh, ya, besok sidang pertama kamu, Ayleen, ehm ... lebih tepatnya mediasi, saya lupa memberitahukan jadwalnya." Abraham tiba-tiba teringat akan surat dari pengadilan agama yang ia terima beberapa waktu lalu."Besok, Pak?" Ulang Ayleen."Iya, besok. Kamu siap-siap, ya?" Ucap Abraham.Ayleen terdiam, pandangannya kosong menatap ke depan."Ada apa, Ay ... apa ada masalah?" Tanya Abhraham."Saya takut, Pak ....""Apa yang kamu takutkan?""Saya takut Erwin berdrama, dan saya kalah dalam persidangan," tutur Ayleen."Hey, kamu tidak perlu takut, tinggal katakan saja apa yang sebenarnya pada mediator, biarkan dia menilai dengan sendirinya." Abraham memberikan saran untuk Ayleen."Tapi, Erwin itu sangat li-cik, Pak.""Saya sudah menyewa pengacara terbaik, juga membawa saksi yang kuat, yakni ayahmu sendiri. Jadi peluangmu untuk memenangkan persidangan nanti sangat besar. Selicik apapun Erwin, kalau kita mengantongi