Flower menetralkan nafasnya. Ada pertanyaan yang harus dia tanyakan. Alex masih belum beranjak dari atas tubuhnya yang mungil.
"Sekarang, kau boleh mengeluarkan isi kepala cantikmu itu, sebelum aku melanjutkan percintaan panas kita ..." Alex memainkan helai rambut Flower, menggulungnya dengan jari telunjuknya. "Kapan kau bangun? Kau tidak mungkin bangun hari ini dan langsung menghajarku habis-habisan seperti tadi!" Alex tersenyum, Flower begitu lirih mengatakannya. Padahal dia menjerit dan mendesah keras saat berada dalam kuasanya. "Aku terbangun 10 hari yang lalu ...""What!?” Flower memekik kaget. Ternyata, Alex sudah sadar beberapa hari yang lalu. Tapi, berlagak seolah masih dalam ketidakberdayaan nya. Flower memberengut kesal. Alex sudah membuat khawatir dirinya dan semua penjaganya, karena jika dalam 7 hari dia tidak sadar, Alex akan koma. "Jangan memberengut begitu. Lihat, wajahmu sangat jelek. Aku memang sudah sadarMerry merebahkan dirinya di ranjang. Hari ini, dia merasa sangat lelah. Dalam semalam dia harus melayani 3 pria billionaire, yang sama-sama liar di ranjang. Semenjak kepergian Shaylenna, Merry kembali mendapatkan banyak pelanggan dan itu membuatnya sangat senang. Sejujurnya, Merry sama sekali tak ingin berteman dengan Shaylenna. Merry mendekatinya, karna ingin mencari kelemahannya dan membuat Shaylenna pergi dari klub. Sehingga, dirinya bisa kembali mendapatkan banyak pelanggan.Ternyata, rencananya berhasil. Dia memberi tau Jane, Jika Shaylenna sang idola ranjang itu adalah Flower adik tirinya yang Jane jual. Hingga kenyataan kematian ayahnya membantu lancarnya misi mereka untuk membuat Shaylenna benar-benar pergi dari klub dan hidupnya pun kembali ke zona aman."Hay ... Merry!” seorang wanita masuk ke kamarnya, membuat Merry tersenyum. Wanita itu adalah partnernya, untuk menghancurkan Shaylenna."Hay ... Jane. Duduklah. Aku ingin mencer
Flower menggeliat. Tubuhnya terasa remuk dan pegal. Menjadi tawanan ranjang, seorang Alexander benar- benar menakutkan. Alex tak membiarkannya istirahat walaupun hanya sekejap. Gairah dan stamina pria itu tidak ada habisnya. Mungkin 21 harinya yang Alex habiskan di alam bawah sadarnya tanpa menyalurkan gairahnya, membuat Alex menggila seperti tadi malam, dan dirinya harus jadi korban kebrutalannya itu. Beberapa bagian tubuhnya, juga terasa nyeri karena Alex dengan kuat dan tiada bosannya menghisap bahkan menggigit setiap inci kulit putihnya.Pelukan Alex masih melingkar kuat di perutnya. Bibirnya juga masih setia menempel di tengkuknya. Mungkin Alex masih tetap mencumbui tubuhnya, hingga dia sendiri terlelap. Flower sendiri, sudah tak sadarkan diri saat pelepasan Alex yang entah ke berapa kalinya. Ia juga terlalu lelah untuk mengingatnya. Beberapa jam dia lalui bersama Alex yang menggila dan terus menggempurnya tanpa henti.Flower mengangkat tangan
Flower baru saja menyelesaikan mandinya. Alex masih terus melakukannya di kamar mandi dengan berbagai gaya yang dikehendaki pria itu, hingga dirinya sangat lemas dan tak bisa berdiri tegak, dan berakhir Alex yang memandikannya. Saat ini, pria itu masih menyelesaikan mandinya. Flower memaksanya untuk mencuci lama rambutnya sampai bersih. Flower hanya ingin mengerjai Alex, dia bilang jika rambutnya bau dan lepek, padahal sama sekali tidak."Kenapa sudah selesai? Padahal Rambutmu itu, sangat bau dan lepek!” sungut Flower sambil mengibaskan rambutnya, saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Alex pasti sudah berdiri di depan pintu dan memandanginya.Flower pun berbalik dan ia di buat mematung. Alex yang berdiri di depan pintu, dengan sehelai handuk yang hanya menutupi pinggang sampai lututnya lengkap dengan kotak-kotak sexi itu terpampang jelas di depan matanya sebagai sarapan pagi yang sayang untuk dia lewatkan. Dengan rambut basahny
Seorang pria mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Membelah jalanan padat kota paris dengan kemarahannya. Mobil itu, menyalip beberapa mobil di depannya tanpa gentar. Salah perhitungan sedikit saja, perbuatannya akan membuat nyawa orang lain melayang tak terkecuali dirinya sang pengendara. Hingga suara klakson dan rem bersahutan di jalanan itu. Banyak pengemudi yang mengumpat dan meneriaki pria itu. Tapi, pria itu seakan menulikan pendengarannya dan malah berteriak lantang, seperti orang gila yang kesetanan."Little Flow ... Aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu! Tapi, kenapa kau begitu kejam padaku Huh!? Kenapa kau lebih memilih pria brengsek itu, dari pada aku yang jelas-jelas mencintaimu!”"Mulai saat ini. Aku membencimu! Kau bukan little Flow ku lagi! Kau jalang pembawa sial! Karnamu, hidupku hancur dan berantakan! Aku membencimu! Aku akan menghancurkanmu jalang!”Tak akan ada yang tega melihat bagaimana keadaan Axel se
“Argh ... berengsek! Siapa yang sudah berani melakukan semua ini, Ed?” geram Maxime yang sedang duduk di kursi kekuasaannya, sedangkan sang tangan kanan menunduk sambil menyerahkan beberapa lembar foto.“Maafkan atas kelalaian saya, Tuan. Namun, dari penyelidikan, dan juga mata-mata kita. Pria ini, yang melakukannya,” jawab Edlise dengan datar.Sebenarnya, dia sudah mengetahui siapa dalang dibalik kasus kerugian proyek besar perusahaan Maxime, yang sempat mengkambing hitamkan Katherine. Tapi, dia tetap tutup mulut, mengingat masalah beruntun yang menimpa Maxime, sampai-sampai membuat Maxime hancur sesaat. Maxime di khianati Katherine, kehilangan ibunya, lalu terlibat masalah lagi dengan Alex. Jadi, Edlise pun memilih menutup kasus itu rapat-rapat.“Rupanya, dia tidak tau sedang berurusan dengan siapa. Baiklah, kita
Flower memilih diam dikamar Alex. Dia menikmati salju yang masih turun dengan derasnya. Alex masih berada di ruang kerjanya, dan entah kapan pria itu akan menyelesaikan pekerjaannya."Hy Sweety ..."Flower tersenyum begitu mendengar sapaan termanis dalam hidupnya. Pria yang sudah membuat hatinya luluh itu tiba-tiba sudah memeluknya dan mengecup pipinya ber ulang-ulang.Flower berbalik menghadap Alex. Ketakutan, amarah dan rasa kesal sudah lenyap dengan sendirinya. Flower mendongak menatap wajah pria bak malaikat yang sedang memeluknya. “Apa pekerjaanmu sudah selesai?" "Tentu, Sayang. Tapi, kini aku punya pekerjaan yang lebih penting!" ucap Alex sambil mengusap lembut bibir Flower dengan ibu jarinya. Bibir yang selalu membuatnya rindu.Flower mengernyit bingung. Dia tau, Alex memang seorang yang sangat sibuk. Tapi, kenapa pria itu malah menghampirinya dan menin
Flower membuka matanya, dan hal terindah yang dia lihat adalah wajah damai Alex yang masih terlelap dalam tidurnya. Flower tersenyum, Alex adalah pria yang sangatlah sempurna. Meskipun dulu, kebenciannya pada pria itu sangatlah besar. Tapi kini rasa benci itu hilang begitu saja.Flower mendekatkan wajahnya, hingga ujung hidungnya menempel dengan ujung hidung Alex yang sedikit kasar. Flower memejamkan mata. Dia sangat menikmati, saat-saat dia bisa menghirup napas Alex yang berembus pelan. Flower selalu melakukan hal itu, setiap dekat dengan Alex. Meskipun Alex dalam keadaan sedang terlelap. Tak menyadarinya.Kini, satu-satunya penyemangatnya untuk bertahan hidup hanyalah Alex seorang. Flower tidak peduli pada yang lainnya. Baginya hanya Alex dan selalu Alex, yang akan menjadi hal terpenting dalam hidupnya.Kau sangat sempurna. Apakah aku pantas kau perjuangkan seperti ini? Aku mencintaimu, hanya saja aku tak bisa mengatakannya. Entah, kau
Flower membuka matanya pelan. Saat ini dia sudah berada dikamar Alex. Flower ingat, jika tadi malam mereka bercinta di depan perapian dan dia tertidur karna kelelahan. Dan saat ini, Alex sudah tidak ada di sampingnya. Flower juga ingat, jika hari ini Alex akan pergi ke kota dan meninggalkannya di mansion sendirian. Flower bangkit dan mengambil dress nya di lemari dan memakainya dengan tergesa-gesa."Alex ... Alex ..." Flower mencarinya ke kamar mandi. Mungkin saja, jika Alex sedang berada di sana. Tapi, ternyata kamar mandi kosong. Flower keluar dari kamar dan turun menuju dapur."Alex ... Alex ...” Flower kembali memanggilnya dan mencarinya kalang kabut. Tapi Alex sudah tidak ada. Dan bik Emma pun, entah sedang berada di mana untuk dia tanyakan tentang keberadaannya.Air mata Flower jatuh. Dia terduduk di depan pintu utama sambil menangis terisak. Alex sudah pergi tanpa berpamitan lebih dulu padanya."Kau jahat Alex. Kau tidak berpamitan