Flower membuka matanya pelan. Saat ini dia sudah berada dikamar Alex. Flower ingat, jika tadi malam mereka bercinta di depan perapian dan dia tertidur karna kelelahan. Dan saat ini, Alex sudah tidak ada di sampingnya. Flower juga ingat, jika hari ini Alex akan pergi ke kota dan meninggalkannya di mansion sendirian. Flower bangkit dan mengambil dress nya di lemari dan memakainya dengan tergesa-gesa.
"Alex ... Alex ..." Flower mencarinya ke kamar mandi. Mungkin saja, jika Alex sedang berada di sana. Tapi, ternyata kamar mandi kosong. Flower keluar dari kamar dan turun menuju dapur. "Alex ... Alex ...” Flower kembali memanggilnya dan mencarinya kalang kabut. Tapi Alex sudah tidak ada. Dan bik Emma pun, entah sedang berada di mana untuk dia tanyakan tentang keberadaannya. Air mata Flower jatuh. Dia terduduk di depan pintu utama sambil menangis terisak. Alex sudah pergi tanpa berpamitan lebih dulu padanya."Kau jahat Alex. Kau tidak berpamitanKeesokan harinya jam 21:25 ...Alex sedang berada di klub. Seharian dia berada di kantor, untuk mengatasi masalah yang sedang menimpa perusahaannya. Entah siapa yang sudah mengirim penghianat itu, hingga berhasil meretas sistemnya dan masuk ke ruangannya lalu membakar beberapa berkas pentingnya. Tapi, Alex tak akan membiarkan pria itu lolos begitu saja. Alex akan membuatnya tau, siapa lawannya yang sudah dia permainkan. Alex akan membuat pria itu menyadari kesalahannya dengan memilih menjadi mangsa dari sang iblis.Seorang perempuan masuk ke ruangannya, dan membawakan minuman yang dia pesan. Wanita itu memakai pakaian ketat dan sangat minim. Dengan sensual, dia menuangkan minuman itu ke dalam gelas yang dipegang Alex."Tuan ...” desahnya sensual, sambil memijit pelan bahu lebar Alex. Dan Alex hanya diam, memejamkan matanya, menikmati pijatan wanita itu sambil menyesap minumannya."Mau ku puaskan, Tuan?" lirihnya sambil mengecup dan
Alex mengendarai mobilnya dengan cepat. Pandangan matanya menajam. Berkali-kali Alex memukul setir mobilnya. Dashboard mobilnya pun sudah hancur, karna dia pukul dan dia tendang berkali-kali. Beberapa bodyguard nya sampai kewalahan mengikuti mobil Alex yang seperti melesat terbang di jalanan ramai kota Paris.Alex sudah menemukan titik keberadaan Flower. Baginya tidak sulit untuk menemukan Flower, karna jauh sebelumnya Alex sudah menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan Flower, jika suatu saat Flower berani pergi darinya.Mobil Alex berhenti di sebuah rumah yang agak tersembunyi dari kota. Rumah itu, bukan rumah Axel yang dulu digunakan sebagai tempat persembunyian Flower. Tapi rumah di depannya, jauh lebih kecil tapi dengan penjagaan ketat. Alex belum turun dari mobilnya, sepertinya Alex masih menunggu sesuatu. Tapi saat bodyguard yang sedang berjaga di depan rumah itu menghampiri mobilnya. Alex turun, dan dengan gerakan tak terduga Alex menembaki mer
Hari sudah malam, tapi Flower masih lelap dalam tidurnya. Pukulan keras Alex, membuat Flower tak sadarkan diri begitu lama."Aduh! Perih ... “ Flower terkejut dan refleks membuka mata, saat merasakan guyuran air di wajahnya. Luka pada keningnya terasa perih, dan Flower tau jika air yang disiramkan ke wajahnya itu, adalah alkohol."Rasakan itu jalang!"Flower mengusap wajahnya. Kemudian menoleh, saat mendengar suara berat pria di sampingnya. Ternyata yang melakukannya adalah Alex, dan saat ini Alex sedang menyeringai, menertawakan dirinya."Alex, Apa yang ... Aww, Sa—kit!” belum sampai Flower bertanya, Alex sudah menjambak rambutnya kasar hingga Flower mendongak dan meringis pelan saat beberapa helai rambutnya terlepas karna kuatnya cengkeraman dan tarikan Alex pada rambutnya."Jangan panggil aku, Alex. Panggil aku Tu—an! Kau seorang jalang. Sangat tidak pantas kau memanggil namaku dengan mulut kotor
Flower kembali terbangun dari tidurnya, saat wajahnya kembali diguyur oleh benda cair yang beraroma menyengat. Flower mengerjap saat dia mendengar beberapa orang tertawa melihatnya yang sedang belingsatan menghindari guyuran air tersebut. Flower membuka matanya dan kaget saat melihat Alex membawa Merry dan Jane ke apartemen nya."Uh ... Cup, cup, cup. Kasihan ... perih ya? Hahaha ..." Jane mengejek Flower dan tertawa keras. Dari tawanya saja, Flower sudah tau jika semua ini ada hubungannya dengan saudara liciknya itu."Merry kau disini? Kau bisa membantuku ‘kan?" lirih Flower saat melihat Merry yang berdiri di dekat Jane. Sedangkan Alex sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa yang agak jauh dari ranjang."Whatt? Kasihan sekali nasibmu Shaylenna. Ups, maksudku Flower! Ya. Aku akan membantumu ...” lirihnya dan Flower tersenyum, akhirnya ada orang yang akan membantunya. Tapi senyuman Flower berubah menjadi ringisan saat Merry menjambak ramb
Seorang pria dengan setelan jas mahalnya masuk ke sebuah klub beserta seorang tangan kanannya yang selalu ikut ke mana pun dia pergi. Para wanita menatap pria itu lapar. Siapa pun pasti akan tergoda dan terpesona melihat aura pria yang bukan hanya tampan, tapi juga berkuasa itu."Apakah tempat nona Rose di sini, Tuan?” pertanyaan Edlise, membuat Maxime menoleh sekilas, kemudian mengangguk pelan sebagai jawabannya. Pandangannya tetap menajam ke depan. Max berjalan menyusuri koridor menuju sebuah kamar wanita yang sudah sangat dia rindukan itu.“Ya! Dan berengseknya kau Edlise. Biasanya hari ini aku dan Rose sudah ada di London, tapi kau dan berkas-berkas sialan itu, membuatku harus menunda keberangkatanku!" lirih Max dengan suara tajamnya, sedangkan Edlise hanya menghela nafasnya pelan. Wajar saja, Max kesal. Karna keberangkatannya ke Paris beberapa hari yang lalu harus batal karna rekan bisnisnya dari New york datang tiba-tiba. Dan Edlis
Maxi tidak bisa mengendalikan amarahnya lagi saat melihat Flower tergeletak menyedihkan di depannya. Dia sudah tak bisa bersandiwara lagi. Para pria berengsek itu harus segera merasakan akibatnya.Maxi berdiri kemudian memutar tubuhnya menghadap pria-pria yang sedang meringis karna pukulannya. Mereka tertawa mengejek melihat luka di punggungnya, dan tertawa keras saat melihat Flower yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh mengenaskan di lantai."Sudah kukatakan jangan menyentuhnya berengsek!"Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!Hilang sudah tawa pria-pria biadab itu. Dengan gerakan tak terduga, Max mengambil senjatanya yang tersimpan rapi di balik rompinya dan menembak mereka tepat di kepala hingga nyawa mereka tak akan bisa terselamatkan."Kalian salah bermain-main denganku. Sudah kuperingatkan, tapi kalian terlalu sombong dan naif. Sungguh ironi karena kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa. Dan peluru murahan ini ..." Ma
Alex mengumpulkan semua bodyguard dan detektif handal nya, di ruang privatnya di klub. Bagi Alex, hanya tempat itu yang aman dan jauh dari orang-orang yang mungkin sedang memata-matainya."Aku ingin kalian menemukan keberadaan wanita ini," ucapnya sambil meletakkan beberapa lembar foto Flower di atas meja di depannya. Setelahnya, dia meminum cairan bening yang selalu menjadi pengalihnya dari Flower, "temukan dia secepatnya. Aku akan memberikan imbalan besar pada siapa pun yang lebih dulu menemukannya, dalam keadaan hidup ataupun mati!" lanjutnya.Mereka mengangguk dan keluar dari ruangan Alex. Hanya ada Alex dan Theo di ruangan itu."Tuan. Apa tidak sebaiknya, Tuan lepaskan saja wanita itu?” ucap Theo sambil menunduk.Alex melirik Theo sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi kekuasaannya. “Katakan jika kau sudah bosan hidup Theo!”Pyaarrr!!Lirihan Alex bersamaan dengan hancurnya gelas yang di pegangn
Alex mengendarai mobilnya dengan cepat. Panggilan dari Theo tadi, membuat rahangnya mengeras dan matanya menggelap. Bagaimana tidak? apartemen nya tempat terakhir Flower dia siksa, hangus terbakar tanpa sisa.Mobil polisi dan beberapa mobil pemadam kebakaran sudah berjejer rapi di sekitar apartemen mewahnya yang berharga jutaan dolar itu. Garis polisi pun sudah melintang, dan beberapa awak media sudah meliput kejadian itu. Alex segera turun dan menghampiri seorang polisi yang sudah menunggu kedatangannya."Kenapa hal ini bisa terjadi?" ucapnya sambil menatap tajam polisi di depannya."Kami masih menyelidikinya, Tuan. Tapi, menurut beberapa saksi. Kebakaran ini terjadi karna korsleting listrik," jawabnya.Alex mengalihkan tatapannya. Pandangannya tertuju pada apartemennya yang sudah hangus terbakar itu. Seketika ingatan saat Flower menangis berputar di otaknya."Aku tidak bodoh! Selidiki kasus ini dan temukan pelakunya secepatnya