Drtt...
Dering ponsel yang ada dalam saku Zayyad, berhasil membuat pria itu tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan. Zayyad segera melepaskan pinggang Alina dan mengambil beberapa langkah menjauh. Mengeluarkan ponselnya, ia pergi keluar kamar untuk menjawab panggilan.
Alina yang beberapa waktu lalu menahan nafas, akhirnya dapat mendesah lega. Tangannya mengibas-ngibas wajahnya yang tidak tau kenapa terasa panas.
"Iyaa, kami akan segera kembali ke kota Y hari ini..." Ucap Zayyad pada seseorang yang berada dalam panggilan, yang tidak lain adalah Irsyad.
"Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil membujuknya"
"Katakan pada nenek untuk tidak perlu khawatir, Alina cukup patuh kok.." Kata Zayyad, sembari menyunggingkan senyum diwajahnya.
"Sudah dulu ya kek, kami harus bersiap-siap.."
"Assalamu'alaikum.."
Panggilan berakhir.
Zayyad kembali masuk kedalam kamar, merasa agak gugup dan canggung bertemu Alina mengingat per
"Zayyad kau pulang.." Sambut Irsyad yang masih berada di ruang tamu bersama Bara. Melihat Zayyad yang datang dengan menggendong Alina, merajut sepasang alisnya ia melempar tatapan penuh tanda tanya pada Zayyad, "Alina kenapa?" "Dia tertidur, sepertinya kelelahan" Terang Zayyad. Irsyad menganggukkan kepalanya mengerti. "Kau sangat memperhatikan saudari ipar ya.." Suara lain yang muncul di ruang tamu, membuat Zayyad berpaling dan menemukan Bara yang sedang duduk di sofa tunggal. "Kau ada di sini?" Tanya Zayyad, terlihat tidak senang. Padahal setelah beberapa kali terjerat dalam taktik kotor Bara, Zayyad tidak pernah sedikitpun membenci sepupunya itu. Tapi setelah apa yang Bara lakukan pada Alina, ia sungguh tidak dapat menoleransinya lagi. Dan setiap kali mengingatnya, itu hanya akan membuatnya muak ketika melihat wajah Bara seperti saat ini. "Ya!" Bara menganggukkan kepalanya, tersenyum santai. "Untuk apa k
Zayyad terbangun tepat pukul lima pagi, dalam keadaan kedua tangan yang terikat dengan dasi. Dimana syarat yang diajukan Alina agar mereka dapat tidur seranjang. Setelah bernegosiasi semalaman dengan wanita itu. Akhirnya Alina memberinya keringanan untuk tidak memakai penutup mata. Ya, hanya itu.Mungkin ada baiknya Alina melakukan hal ini padanya. Karena jujur saja, akhir-akhir ini ia merasa sulit menahan diri. Padahal sebelumnya, ia tidak pernah seperti itu. Ia punya kontrol dan kendali yang cukup baik. Tapi entah kenapa, tiba-tiba saja semua itu melonggar."Alinaa.." Zayyad memiringkan tubuhnya ke samping, menghadap wajah tidur Alina yang berada tepat disebelahnya.Akhirnya...ia dapat menikmati pemandangan itu lagi— bangun tidur, membuka mata dan orang yang dicintainya yang pertama kali muncul menyambut retinanya."Alinaa.." Seru Zayyad, setengah berbisik."Ehmm.." Terdengar gumaman malas Alina, yang tampak enggan membuka matanya.Z
Alina berpikir beberapa saat sebelum menjawab. 'Apakah aku bosan?' Roti bakar keju memang salah satu makanan kesukaannya. Ia suka aroma asap roti dan rasa asin dari keju yang melumer di lidah tiap kali ia menggigitnya. Hanya saja terkadang, ia merasa bosan dan tertarik mencoba yang lainnya. Tapi..."Kalau sarapan dengan menu yang sama setiap hari, sekalipun itu adalah makanan kesukaan ku, sudah tentu aku bosan. Hanya saja, roti bakar buatan mu agak lain..""Lain gimana?" Zayyad mengambil segelas susu coklat, menyesapnya sedikit."Entahlah!" Alina mengangkat bahunya, merasa sulit mendeskripsikannya seperti apa, "Tapi yang pasti, roti bakar buatan mu membuatku candu" Terang Alina, jujur. Baru sehari- dua hari ia di kota Z tanpa roti bakar keju buatan Zayyad, moodnya terus saja seperti tidak ada niat untuk sarapan."Kalau orang yang buatnya gimana?" Tanya Zayyad, mengulum senyum tertahan di bibirnya."Maksudnya?" Alina menautkan sepasang alisnya, butu
Serempak orang-orang itu menoleh dan melihat Bakri yang sudah berdiri tepat di depan mereka."Kalian tidak bekerja?" Bakri melipat kedua tangannya di depan dada, menatap para karyawan itu dengan serius."Kerja pak!" Jawab mereka serempak.Sekelompok orang itu bubar dan segera kembali menjalankan pekerjaan masing-masing. Bakri yang melihat itu, menggelengkan kepalanya dan membatin— 'Sepertinya akhir-akhir ini pria mulai suka bergosip'___Alina menyesali keputusannya untuk mengikuti Zayyad ke perusahaan, setelah melihat benda berbentuk kotak yang memiliki pintu berlapis besi di depannya.Insiden terjebaknya ia di dalam lift hari itu, masih membekas sampai sekarang. Ia tidak cukup yakin dapat menangani ketakutannya terhadap lift setelah kejadian itu."Zayyad, sepertinya aku pulang saja" Tepat ketika Alina hendak berbalik untuk pergi, sebuah tangan besar memegang lengannya, langkahnya terus terhenti."Sebenarnya tujuan k
"Z-zayyad.." Mata hitam Alina bergetar, menatap jas putih Zayyad yang sudah ternodai muntahannya. Mengangkat kepalanya keatas, matanya bertemu dengan mata coklat Zayyad yang tersenyum lembut padanya, 'Pria ini tidak marah?' Batin Alina, sulit mempercayai hal itu."Tidak masalah.." Zayyad mengeluarkan sapu tangannya, lalu mengelap sudut bibir Alina dengan itu. Hati Alina bergetar, menerima perlakuan yang sangat tidak terduga itu. 'Zayyad, bukankah seharusnya di situasi seperti ini kau merasa kesal?'Setelah membersihkan mulut Alina, Zayyad pergi membersihkan jasnya yang sudah ternodai sedikit cairan asam. Sayangnya sapu tangan itu tidak cukup membantu, Zayyad pun melepas jasnya dan melempar asal ke lantai."Z-zayyad kenapa liftnya belum terbuka?" Alina menoleh dengan panik kearah pintu besi yang masih tertutup rapat.Zayyad melirik sekilas ke atas, melihat angka '46' muncul di layar, "Kita masih di lantai 46""Memangnya kau menekan tombol lantai ber
"Untuk apa kau mengajakku bertemu?"Cavell melangkah masuk kedalam ruang makan privat di sebuah restoran Jepang yang ada di kota Y. Ruangan didalamnya cukup nyaman dan luas. Mengambil konsep gaya makan lesehan, menggunakan desain interior minimalis khas jepang lengkap dengan sentuhan pohon sakura plastik di sudut ruang."Duduklah.." Bara mempersilahkan Cavell untuk duduk didepannya.Cavell pergi duduk berhadapan dengan Bara. Melipat kedua tangannya di atas meja, ia tersenyum menyeringai berkata, "Masalah Zayyad, Hem?"Bibir Bara berkedut, tersenyum dingin"Aku dikeluarkan dari perusahaan"Cavell membuka mulutnya, berpura-pura seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bara yang melihat sikapnya itu, memutar bola matanya muak, "Tidak perlu memasang tampang begitu!"Cavell tergelak, "Lalu, kau ingin aku melakukan apa hem?Tok..tok..Terdengar suara ketukan dari pintu."Masuk!" Seru Bara.Seorang
Alina duduk manja di atas pangkuan Zayyad yang sedang bekerja. Tangannya melingkari leher pria itu, sedang kepalanya bersandar di dada bidangnya. Ia merasa nyaman setiap kali mendengar detak jantung Zayyad yang berirama dan candu dengan aroma lavender nya yang terus merasuki penciumannya. Di samping itu, Zayyad sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan Alina disisinya. Matanya fokus dan cukup serius menelusuri isi dokumen ditangan kanannya. Sedang tangan kirinya, sesekali pergi membelai lembut kepala Alina. "Dokumen apa yang kau baca?" Celetuk Alina, merasa bosan. Zayyad menjawab, tanpa mengalihkan perhatiannya dari dokumen ditangannya, "Ini adalah proposal mengenai-" Baru beberapa kata Zayyad berbicara, Alina merasa tak tahan untuk segera memotongnya, "Tidak perlu dilanjutkan!" Zayyad menurunkan pandangannya kebawah, melihat Alina yang tersenyum cengengesan berkata, "Membosankan!" Zayyad menggelengkan kepalanya tersenyum kecil. Me
Zayyad sudah pulang ke vila sejak tadi sore. Menjelang malam, ia sama sekali tidak menemukan batang hidung Alina. Irsyad dan Erina tidak ada vila. Mereka masih luar. Hanya dia seorang yang ada di rumah besar ini. Zayyad melihat kertas post it yang ada di tangannya. Post it yang ditempel Alina di komputer kerjanya. Entah berapa kali ia sudah membaca kata-kata yang tertulis di sana dengan perasaan cemas dan khawatir. 'Zayyad..aku pergi ketemu Chana ya!' Alina sudah pergi sejak pukul dua belas siang dan belum kembali sampai sekarang. Padahal hari sudah gelap. Zayyad melirik kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam lewat. Ia ingin menghubungi Alina, tapi nihil— ia tidak punya kontak wanita itu. Perasaannya tidak enak sama sekali. Fakta Chana adalah istri dari Cavell, bagaimana mungkin ia dapat tenang mengetahui Alina berjalan bersamanya? Zayyad bangun dari sofa, mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Ia ya