"Ah, aku tau pengakuan ku ini membuat mu sangat terkejut" Alina hampir saja lupa kalau ia baru saja mengaku pada Chana kalau ia ingin balas dendam pada suaminya itu. Biarpun keduanya bukan pasangan suami-istri yang hangat, tapi Chana tetaplah seorang istri yang baik, nuraninya begitu bersih dan sifatnya begitu halus.
"Kau benar! Sejujurnya aku sangat terkejut" Chana tersenyum pelan, mengakuinya. Tampak bulu matanya bergetar gugup dan mulutnya terbuka pelan ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu, "Tapi bolehkah aku memohon sesuatu padamu.."
Alina menahan senyum lurus di bibirnya. Dari sorot mata Chana, ia seakan mampu menebak apa yang akan wanita cantik itu mohon padanya, "Apa itu?"
"Kau tau..Atifa masih kecil" Tampak Chana meremas ujung blusnya. Suaranya terdengar ragu-ragu dan takut, "Alasanku bertahan sejauh ini dengan pernikahan ku yang hambar itu juga untuk memberikan keluarga yang lengkap untuk Atifa. Jadi..."
Alina menatap Chana diam dan menunggu.
Zayyad meletakkan buku bacaannya di sofa, mengangkat wajahnya ia melihat pintu balkon terbuka. Di sana berdiri siluet tubuh kurus dengan piyama putihnya yang tertiup angin, membawa kesan betapa ringannya sosok itu seakan sapuan lirih itu kapanpun dapat menerbangkannya. Secercah sinar perak rembulan jatuh di atas rambut lurusnya yang sepekat tinta. Tampak sesekali tatanannya berantakan oleh sapuan angin lalu. Zayyad bangun dari duduknya, mengambil beberapa langkah mendatangi balkon dan berdiri tepat di pintu berkata, "Angin malam tidak bagus, ayo masuk" Alina menghela nafas berat. Ia ragu yang dibelakangnya itu orang tua berumur atau mantan pengusaha muda. Menolehkan kepalanya ke belakang, Alina melebarkan kedua sudut bibirnya tersenyum pelan, "Peluk aku..." Bibir Zayyad melengkung tinggi keatas, membalas senyum Alina. Tak lupa dengan mata coklatnya yang menatap Alina lembut. Mengambil beberapa langkah ke depan, Zayyad memeluk pinggang kecil Alina dari belakan
Seorang pelayan wanita itu tampak menghela nafas seraya menjatuhkan sepasang bahunya merasa lelah. Tangannya entah sudah berapa kali mengetuk, tapi tak seorangpun yang didalam menyahut. Melihat lampu kamar yang menyala, jelas sepasang suami-istri itu belum tidur. "Maaf" Alina menarik pintu dan mendapati sosok tubuh yang berdiri dengan raut wajah kelelahan, tepat di sampingnya ada kereta dorong yang berisi seperangkat alat minuman. Poci dan dua cangkir kecil. "Ah, saya dari bagian pelayanan tamu. Karena ini adalah malam terakhir, kami menyediakan minuman spesial yang satu-satunya hanya dapat anda miliki di hotel kami" Tutur wanita bertubuh kecil itu, jelas raut wajahnya terlihat senang penantiannya membuahkan hasil. "Minuman apa itu?" Samar-samar aroma manis buah yang bercampur harum bunga dan rempah yang pekat datang dari poci menusuk dua lubang hidung Alina. "Ini adalah minuman dari campuran aneka sari buah tropis yang manis, yang di beri sedik
Alina yang mengalungkan tangannya di leher Zayyad, menatap mata coklatnya dengan api gairah yang berkobar-kobar. Tampak bibirnya yang merah lembab karena ciuman panas mereka beberapa saat lalu terbuka mengatakan, "Kita adalah sepasang suami-istri, kenapa tidak?""Alina tapi kita—emhp"Alina terus berjinjit, memotong ucapan Zayyad dengan menyedot habis bibirnya kedalam mulut kecilnya. Ciuman yang sangat ambisius itu memancing api dalam tubuh Zayyad kembali berkobar. Alhasil, akal sehat dua orang itu benar-benar lenyap sudah tergantikan dengan gelora hasrat dan haus.Ciuman panas itu perlahan berubah menjadi perang bibir karena Alina tampak begitu agresif menarik Zayyad dalam setiap gerakannya yang cepat dan menggebu. Langkah kaki mereka tampak beradu, berputar-putar hingga menabrak sisi ranjang.Bruk!Keduanya jatuh memukul ranjang putih yang empuk. Masih dengan pergulatan bibir yang terus berlanjut, Alina yang berada di atas Zayyad dengan tid
Erina melangkah ke dapur, menemukan Irsyad yang tampak sibuk dengan peralatan makan. Dua gelas susu vanilla hangat sudah di siapkan bersama dua piring omelette yang baru saja di angkat dari teflon. Tepat ketika Irsyad berputar kebelakang membawa semua itu ke meja, "Kau sudah bangun?" Irsyad dikejutkan dengan keberadaan Erina yang berdiri dibelakangnya sambil menyilang kan tangan di dada. Wajah pucat itu mengulas senyum tipis, "Baru saja" Tampak sorot mata tua itu menyipit, melepas senyum kecil yang menggambarkan khas orang baru bangun tidur. Mendapati itu, kedua sudut bibir Irsyad tersenyum manis menanggapi, "Ayo sarapan!" Irsyad berjalan ke ruang makan. Menata dua gelas susu vanilla di atas meja beserta dua piring omelette hangat yang menguarkan aroma lezat telur ke udara. Erina melangkah pelan mendatangi kursi, mendapati itu Irsyad dengan cepat menarik benda kayu itu untuk mempersilahkan Erina duduk. "Terimakasih.." Erina mengulum senyum kecil di bi
"Pagi!" Jawab Zayyad malas. Mulutnya separuh terbuka, menguap pelan. Masih ada sisa kantuk di kelopak matanya yang pelan terangkat dan pupil nya yang sayup-sayup menangkap objek cantik yang duduk manis di tepi ranjang. Itu tak lain adalah Alina yang duduk bertopang dagu, memasang senyum lebar memandangnya.Zayyad mengangkat separuh punggungnya, berniat untuk bersandar di kepala ranjang. Namun Zayyad terkejut, mendapati tubuhnya yang di bawah selimut itu tak ada sehelai kain pun yang melekat di sana. Zayyad dapat merasakan seluruh tubuhnya yang terasa pegal dan sakit. Tepat ketika Zayyad menundukkan kepalanya, ia melihat bagian atas tubuhnya sudah penuh dengan ruam-ruam merah.Seketika hal gila semalam terlintas di otaknya bagai film yang diputar ulang.Blush!Wajah Zayyad memerah hingga ke daun telinga. Cepat Zayyad menyembunyikan tubuhnya dengan menenggelamkan dirinya di bawah selimut.Alina menahan rapat bibirnya agar tidak tertawa. Sungguh lucu
Ya. Hanya sesederhana itu. Cinta. Cinta punya kuasa besar mengubah dunia yang menakutkan menjadi suatu yang menakjubkan. Itulah kenapa bayi kecil yang awalnya menangis, muncul dengan tawa kecil kala berada dalam gendongan penuh kasih sang ibu. Cinta membawa rasa bahagia yang sederhana, dimana ketika kau melihat sahabat mu tertawa dan kau ikut tertawa dengannya. Cinta membentuk kepercayaan, membuat kau berpikir— dia tidak akan pernah mengkhianati mu. Cinta juga memunculkan rasa aman, itulah kenapa anak kucing selalu mengitari kemana induknya pergi. Begitulah cinta... "Karena aku mencintaimu?" Zayyad bersuara pelan, matanya menatap tepat ke mata hitam Alina yang begitu dekat dalam jangkauannya. "Ya" Alina perlahan mendekatkan hidungnya ke hidung mancung Zayyad, mata hitamnya tak lepas dari menatap mata coklat Zayyad yang bening, "Zayyad.." "Em.." Tampak bulu mata Zayyad bergetar gugup. Mendapati uung hidung mereka bertemu d
Pada malam harinya Alina dan Zayyad sudah berada di vila dan kembali menikmati makan malam yang hangat bersama nenek dan kakeknya Zayyad. Makanan yang terhidang di atas meja cukup banyak dan bervariasi. Di antaranya ada berbagai macam olahan sayuran hijau, telur sambal yang dari sekali pandang Alina tau itu buatan neneknya dan ikan bakar yang sepertinya hasil pesanan."Wah, ada ikan bakar.." Alina mengangkat tangan, bersiap menarik sepiring ikan bakar mendekat. Tapi tidak menduga sebuah tangan tua yang keriput datang menahan."Alin..selama beberapa bulan ke depan tidak boleh mengkonsumsi ikan sembarangan. Jadi Alin makan telur saja ya.." Erina langsung menarik sepiring ikan bakar itu dan menyerahkannya kepada Irsyad.Alina melongo, "Kenapa begitu nek?"Zayyad yang mendengar hal itu ter-ikut bingung, tangannya yang baru saja hendak mengambil sepiring ikan bakar langsung juga di cegah oleh Erina, "Itu juga berlaku untuk Zayyad..."Segera Alina dan Za
Alina meremas kepalanya dengan perasaan tertekan. Bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting itu. Zayyad yang melihat ekspresi meresahkan di wajah Alina tau jelas kalau wanita itu khawatir, "Kita hanya melakukannya sekali. Memangnya apa bakal langsung bekerja?""Bukannya tidak mungkin kan?" Jawab Alina, terlihat frustasi."Tapi jika mengkonsumsinya sekarang bukankah sudah sangat terlambat?""Tidak ada salahnya untuk jaga-jaga" Alina meloncat turun ke lantai, " Cepat cuci piringnya ya! Aku siap-siap sekarang..."Alina dengan langkah cepat berlari pergi meninggalkan dapur. Erina yang diam-diam menguping percakapan keduanya, cukup terkejut, segera bersandar jauh ke dinding. Erina menghela nafas lega karena Alina tidak memergokinya."Ternyata rencana itu berhasil.." Mata Erina terus berkaca-kaca, tidak akan mengira rencananya dan Irsyad berhasil. Hotel'Pulau Cinta' itu sungguh suatu keberuntungan besar.Alina yang sudah berada di kamar, den