Share

26. Kesedihannya di Hari Itu

Syilla menolak kutemani hingga larut malam. Selain lebih nyaman bersama teman-teman pengamennya itu, mungkin dia canggung ada aku di dekatnya. Karenanya aku memutuskan pulang setelah menyempatkan diri sholat Maghrib di perjalanan.

Perasaan tak enak mengusikku begitu sampai di rumah indekos. Tidak biasanya umi Elis duduk di teras depan selepas maghrib begini, apalagi dengan wajah murung seperti itu. Dia seperti sengaja menunggu kepulanganku.

“Assalaamualaikum, Umi,” sapaku sekaligus bersalam.

Melihatku sudah ada di dekatnya, umi Elis bergegas bangkit. Benar, tidak seperti biasanya dia segelisah ini. “Waalaikum salaam. Alhamdulillaah kamu pulang. Tolong Elis, Bram!”

“Elis kenapa, Umi?”

            “Sebelum maghrib tadi Elis nelepon dari kampus, katanya dia mendadak demam dan nggak kuat bawa motor. Umi sudah berkali-kali telepon Abi, bilang mau jemput ke sana t

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status