Share

Pindah Rumah

"Kamu serius, Mas?" tanyanya sambil menatapku.

Tentu saja, aku serius. Weni bagiku adalah segalanya. Begitu juga dengan anak-anak.

Weni diam sejenak. Dia terlihat menghela napas, melirikku berkali-kali.

"Kamu belum percaya juga? Lihat ini, Wen. Aku udah beli rumah. Di sini udah tertera, rumah ini sekarang milik aku. Kamu gak perlu jaminan, 'kan?"

Senyum Weni setengah terpaksa. Dia menggelengkan kepala. "Makasih, Mas."

Eh? Makasih apa? Kenapa dia malah bilang terima kasih?

Aku kembali menunjukkan ponsel. Weni harus tahu, dia itu segalanya untukku. Kenapa dia seakan tidak mau lagi menerimaku di kehidupannya?

"Kamu lihat Rea, Weni. Dia nangis, gara-gara kamu tinggal. Kamu mau, buat dia terus-terusan nangis? Juga bayi kita. Gak akan bisa dia tumbuh tanpa Papa. Kamu saja sudah begini."

Weni tertawa masam. Dia tampak tersinggung mendengar perkataanku barusan.

Memang benar, apalagi Weni tidak mau memberiku kesempatan. Dia menyebalkan sekali.

"Udah bicaranya, Mas?"

Eh? Aku menatap Weni t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status