Kini Reyna sudah duduk di hadapan Andreas yang masih mencoba untuk menenangkan dirinya. “Ramen yang tidak pedas untuk Bapak satu dan yang pedas untuk saya satu, chicki lalu bir. Semuanya sudah lengkap untuk dimakan saat piknik di malam hari,” ujar Reyna. “Saya melihat ini sebelumnya dari beberapa film yang sudah saya tonton,” ujar Reyna lagi sendirian. Andreas nampak mengerutkan keningnya seraya menatap ramen di hadapannya. “Kamu dengan sengaja membelikan saya ramen yang tidak pedas?” tanya Andreas dengan wajah yang terlihat serius di mata Reyna yang nampak menelan salivanya dengan susah payah. “Kamu meremehkan saya yang tidak bisa makan makanan pedas?” tanya Andreas untuk kedua kalinya pada Reyna langsung menggeleng. Jelas ia tahu Andreas kuat pedas tapi tidak sepedas seperti ramen yang tengah dibeli Reyna. Karena itu Reyna memilihkan ramen yang tidak pedas dari pada membut resiko Andreas nantinya bisa kepedesan. “Tukar,” ujar Andreas membuat Reyna menatap bosnya. “Saya bilang t
Sudah dua hari Andreas terus bersikap dingin pada Reyna, sedangkan Reyna yang menyadari hal tersebut hanya bisa memperhatikan bosnya dari tempat duduknya saja. "Ugh!" kesal Reyna ketika melihat lewat jendela yang terhubung ke ruangan bosnya. Andreas nampak tengah membaca beberapa laporan yang baru saja Reyna berikan beberapa menit lalu, biasanya Reyna menunggu di dalam sampai Andreas selesai me-review tapi baru saja menyerahkan tumpukan map di atas meja Reyna sudah diusir oleh lelaki tersebut. "Benar-benar menyebalkan," gumam Reyna. Reyna mulai berpikiran apa mungkin ini tentang dirinya yang malam itu mengatakan bahwa telah menghawatirkan Andreas. Lalu, Andreas sebetulnya tak menyukai hal tersebut dan berujung dirinya dibenci sampai saat ini. "Apa ini semacam peringatan dari Pak Andreas?" pikir Reyna kala itu. Suara interkom berbunyi berhasil menyadarkan Reyna dari lamunannya. "Ambilkan air putih hangat sekarang," ujar seorang lewat sana yang tak lain adalah Andreas. Reyna menat
Reyna berjalan di belakang Andreas yang kini tengah bermain di ponselnya, sedangkan dirinya yang seorang wanita membawa dua koper di tangannya. “Bulan madu macam apa ini?” kesal Reyna dalam hatinya meruntuki Andreas saat itu. Hingga keduanya berhasil masuk ke dalam pesawat dan hanya membawa barang-barang penting saja. Tempat duduk keduanya bersebelahan karena mereka menggunakan kelas bisnis. Reyna menyalakan televisi di depan sedangkan Andreas terlihat membaca majalahnya ketika pesawat mulai lepas landas dan akan turun di negara Jepang. Reyna sedikit mencuri-curi pandang pada Andreas yang masih terlihat membaca majalah bisnis tepat di sampingnya, sampai seorang pramugari menawarkan cemilan khas jepang kepada wanita itu. Reyna dengan senang hati menerimanya, wanita itu terlihat memakan kue bolu berbentuk hati dengan hiasan coklat berbentuk bunga sembari menonton film. “Wah, pria seperti itu memang tidak bisa dipercaya,” ujar Reyna membuat Andreas nampak sedikit melirik film yang s
Tangan Andreas juga terasa aktif meremas salah satu buah dada Reyna yang masih tertutupi kaos putih yang tengah digunakan wanita itu. "Putar tubuhmu membelakangi saya," perintah Andrras pada Reyna yang kini tengah membelakangi pria yang sedang membuka resleting celana pendeknya. “Ah!” lenguh Reyna saat Andreas nampak keenakan karena pria itu kini terlihat sedang menggesekan miliknya pada pangkal paha Reyna yang kini tengah memakai celana pendek. Saat junior Andreas berhasil menyentuh kulit paha Reyna, wanita seperti sudah tidak sanggup berkata-kata lagi dan hanya pasrah dengan apa yang dilakukan bosnya kepadanya. “Ah! Reynamngh…yeaashhffbnguhk!” lenguh Andreas seraya memeluk Reyna dari belakang tanpa menghentikan gerakan pinggulnya yang keluar masuk ke selangkang istri kontraknya. Andreas menggigit bibirnya sendiri saat merasa tak kuat ketika juniornya terus maju mundur ke arah pangkal paha Reyna. “Kamu mau saya masuki,” bisik Andreas pada Reyna yang terlihat gelagapan dibuatnya.
“masuklah, jika kamu mau melihatnya dengan jelas,” ujar Andreas tanpa menoleh ke belakang.Reyna dengan gugup memundurkan langkahnya dengan perasan berdebar. “saya hanya ingin memberikan pakaian ganti untuk Pak Andreas,” ucap Reyna dengan nada suara yang bergetar.Andreas nampak tersenyum dari tempatnya berada, sepertinya menjahili Reyna sudah menjadi kebiasaan baru yang mulai ia sukai tanpa pria itu sadari. Andreas memasang kembali handuk di pinggangnya, lalu berjalan mendekati Reyna yang nampak tertunduk sedari tadi menunggu balasannya. “Eh,” lenguh Reyna ketika baju yang dipegangnya ditarik paksa oleh Andreas yang kini tersenyum padanya. Reyna memberanikan diri menatap wajah Andreas yang kini masih terlihat memperhatikannya. Lalu, tanpa isyarat melepaskan handuk putih pinggangnya sendiri dan membuat Reyna reflek menutup mata dengan kedua tangannya. Andreas melirik Reyna yang nampaknya tidak sepenuhnya menutup kedua matanya. “dia bahkan memberikan celah di sekitar jarinya untuk
"Reyna tunggu, bahkan saya belum selesai bicara!" teriak Andreas seraya menggunakan pelindung kaki sebelah kanan.Andreas menyusul Reyna dan mulai ski bersama, keduanya kerap saling berpapasan di tengah-tengah. "Dari mana kamu mempelajarinya, semasa bekerja bersama saya tidak sepertinya kamu tidak pernah ikut bermain?" tanya Andreas pada Reyna yang tersenyum. "Dulu saat orang tua ssya masih ada, saya sering bermain ski bersama. Walau ingatan itu sudah sangat kabur," ujar Reyna pada Andreas yang menganggukan kepala seakan telah mengerti alasan tersebut. Sekitar satu jam mereka akhirnya mengakhiri permainan dan keluar area. "Lapar?" tanya Andreas sembari melihat ponselnya.Tring! Tring! Tring! Sebuah notifikasi terus bermunculan dari ponsel milik Andreas yang ditinggalnya di tempat penitipan. Di dalam pesan yang terkirim, terlihat banyak sebuah kiriman artikel tentang dirinya yang mungkin tak pernah Andreas sangka akan terjadi sampai saat ini.'Konglomerat Andreas Hilton terciduk me
Andreas menarik Reyna ke dalam kerumunan orang di dalam sebuah festival. “Pak Andreas, disini terlalu ramai,” teriak Reyna dengan suara kencamg.Andreas tersenyum ketika berhasil membawa Reyna ke dalam lautan manusia yang tengah berpesta. “Sebetulnya apa yang ingin Pak Andreas lakukan disini?” tanya Reyna yang mendekatkan bibirnya ke telinga Andreas. Andreas merasa kegelian, sedangkan Reyna masih tak mengerti dengan apa yang akan Andreas lakukan dengannya disini. Melihat hari yang sudah gelap dan kini mereka diterangi oleh lampu-lampu yang menghiasi lapangan tersebut. Saat musik semakin keras, Andreas meminta Reyna untuk mengikuti musiknya seraya berjoget. “Saya tidak bisa,” ujar Reyna menolak sembari menggelengkan kepalanya. Andreas memutar tubuh Reyna menjadi membelakanginya, lalu menggerakan tubuhnya sendiri perlahan ke samping kanan lalu kiri dengan membawa pinggul Reyna untuk mengikuti ritmenya. Reyna sangat amat canggung dibuat Andreas, ia bahkan tidak tahu dari mana Andreas
“Saya akan memasukannya sekarang,” ujar Andreas sebelum memasukan juniornya ke dalam kewanitaan istri kontraknya. Reyna memejamkan matanya, namun Andreas menyuruhnya untuk tetap membuka mata. Kedua tangan Andreas kini berada di pinggang kecil milik Reyna. “Aaaaaamngh!” lenguh Reyna dan Andreas bersamaan. Andreas menelan salivanya dengan susah payah ketika miss v Reyna menjepit dirinya di dalam sana. “Ah, sshiimnghtt…mnghhhyaaashhRehyna!” lenguh Andreas tak tertahankan ketika dirinya merasa juniornya ditelan habis oleh wanita itu. “Ini gila!” ujar Andreas di depan Reyna yang wajahnya nampak menikmatinya. “Apa masih sakit?” tanya Andreas pada Reyna yang menganggukan kepalanya. Andreas menggigit bibirnya tanpa berhenti menggoyangkan pinggulnya seraya mengeluar-masukan juniornya ke luar dan ke dalam secara bergantian pada miss v Reyna. Tangan Andreas juga terlihat sengaja memegang perut Reyna yang pasti terasa sangat penuh karena burungnya yang besar tengah berada di dalam sana. “Ah