Share

Part 7 ~ Minta DP

Rara menghela pelan masih menatap pasangan di hadapannya. Pasangan gila menurut versinya.

“Hm, gimana ya.”

Harun terkekeh, sambil melirik sinis.

“Kamu terlalu naif Ra. Hari gini masih sok suci, yang ada kamu jadi perawan tua. Cantik juga percuma kalau tidak bisa memuaskan laki-laki," ungkap Harun masih menyudutkan Rara. 

“Jadi begini, aku sengaja datang kesini dan ada Kak Harun juga mbak yang cantik dan bisa memuaskan laki-laki seperti di maksud Kak Harun ya,” tutur Rara dan cukup memprovokasi. “Tentu saja aku sudah mendapatkan pengganti Kak Harun, lebih baik malah. Lebih dari segala hal.”

“Hah, mana mungkin. Itu hanya khayalanmu saja.”

“Aku serius Kak. Dia tampan, kaya, walaupun bicara masalah puas dan tidak puas tentu saja pria ini bisa mengajariku karena dia sudah berpengalaman dan kami akan segera menikah. Aku pastikan Kak Harun dan mbak yang katanya cantik ini akan kami undang. Jangan sampai tidak hadir ya. Bye Kak Harun,” ujar Rara lalu melambaikan tangannya dan meninggalkan pasangan itu.

Bodoh kamu Ra, malah merepet nggak jelas. Sekarang cari bantuan ke mana, batin Rara semakin putus asa.

Gadis itu tiba di kantor sudah lewat dari jam istirahat selesai, bahkan Slamet sampai geleng kepala karena Robert tidak bisa menghubunginya.

“Mbak Rara ini gimana toh, apa sudah siap kena SP atau sudah pasti naik jabatan? Bisa-bisanya Pak Robert susah menghubungi.”

Rara duduk di kursi kerjanya dan menelungkupkan wajahnya di atas meja.

“Slamet tolong selamatkan hidup saya.”

“Ya mana bisalah Mbak. Nama saya Slamet biar bisa menyelamatkan diri saya sendiri dan kenyataannya sulit. Jadi Mbak silahkah berusaha menyelamatkan diri dari masalah dan juga Pak Robert. Siap-siap juga dapat teguran dari Pak Kevin.”

Rara mengangkat wajahnya mendengar nama Kevin. Dia sudah berjanji akan membayar hutangnya hari ini juga, tapi belum jelas dari mana. Slamet menjauh dari mejanya dan ponsel yang berada di atas meja berdering.

“Ibu.”

Rara berbicara sambil memijat dahinya, karena sang Ayah harus segera melakukan operasi jantung yang bermasalah.

“Apalagi Slamet yang nggak bisa selamatkan aku?” tanya Rara ketika Slamet lagi-lagi menghampirinya.

“Mbak Sari bilang, Mbak Rara diminta ke ruangan Pak Kevin lagi.”

Huft.

“Mbak Rara dari mana saja? saya hubungi ke ponselnya tidak dijawab,” ujar Sari ketika Rara sudah berada di depan mejanya.

“Saya dari luar dan ponsel tertinggal di meja. Pak Kevin mau ngapain ya panggil saya lagi?”

“Langsung konfirmasi dengan Pak Kevin saja Mbak.”

Pertanyaan Rara hanya basa basi karena sudah jelas Kevin akan menagih janji gadis itu atau menerima permintaan konyol dari Kevin tentang pernikahan kontrak.

Rara sudah berada di depan meja Kevin. Tanpa mengalihkan pandangannya, Kevin tahu yang datang adalah Rara.

“Sudah kamu siapkan uangnya? Aku tidak masalah kalau harus menerima cash. Yang penting ….”

“Pak Kevin, saya terima tawaran Bapak.”

Bibir Kevin membentuk senyum yang tidak terlihat, walaupun sudah bisa ditebak kalau Rara akan pasrah dan menerima tawaran darinya. Pria itu bersandar pada kursi kebesarannya dan menatap Rara yang terlihat frustasi.

“Kamu menerima karena terpaksa?”

“Ya gimana lagi Pak, kita buka pasangan cinta dan yang Pak Kevin tawarkan hubungan saling menguntungkan.”

“Tapi aku tidak ingin melihat wajah keterpaksaan kamu. Ketika hubungan ini dipublish kamu harus menunjukan seakan kita memang pasangan serasi dan bahagia tentunya.”

“Tidak usah khawatir, saya pernah belajar drama waktu sekolah. Jadi tahu sedikit banyak bagaimana berakting yang baik.”

“Oke, besok kita bicarakan poin-poin pernikahan kontrak kita dan ….”

“Boleh saya minta DP,” ujar Rara menyela ucapan Kevin sambil meletakan kedua tangannya di atas meja Kevin, bahkan dengan tubuh condong ke depan.

Kevin menatap tajam Rara. Memastikan kalau Rara tidak seperti yang ia kira. Jelas-jelas tadi pagi Rara menolak, tapi kini malah minta DP atas kompensasi perjanjian mereka. Di zaman sekarang, kadang penampilan bisa menipu. Bisa saja Rara tidak sepolos yang dia tunjukan, mana tahu kalau gadis itu memang player wanita.

***

Rara berbaring menatap langit-langit kamarnya. Kejadian hari ini akan selalu dikenang dalam sejarah hidupnya. Bagaimana dia melakukan perjanjian dengan atasan di kantor, menyanggupi untuk menikah kontrak. Hal yang biasa ditemukan di sebuah novel bahkan drama percintaan, tidak menyangka kalau dia akan menjalani perjanjian konyol itu.

Jika dalam cerita pernikahan kontrak akhirnya menjadi kisah yang berakhir bahagia karena pasangan itu akhirnya saling mencinta. Belum tentu dengan dirinya dan Kevin. Apalagi perbedaan usia diantara mereka, juga pengalaman hidup membuat keduanya berbeda prinsip. Yang paling menyebalkan, Kevin mengatakan sudah memiliki kekasih dan akan menikahi wanita itu ketika kontrak nikah berakhir.

“Ya Tuhan engkau memang baik dengan cepat menggantikan Harun yang brengsek dengan kehadiran pria lain, tapi kenapa harus Pak Kevin dengan konsep nikah kontraknya,” gumam Rara masih menatap langit-langit kamar meratapi nasib.

“Nggak mungkin juga aku batalkan, sudah terima DP dan Harus pasti ngakak guling-guling kalau tahu aku hanya membual kalau ada pria yang lebih baik dari dia.”

Kantuk akhirnya datang, perlahan Rara pun memejamkan mata. Namun getaran ponsel yang diletakkan di samping bantal kembali membuatnya terjaga.

“Pak Kevin,” ujar Rara membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

“Halo.”

Shareloc alamatmu, aku sudah di jalan.”

“Hah, mau ngapain?”tanya Rara bingung.

“Tidak usah banyak tanya,” ujar Kevin lalu mengakhiri panggilan.

“Ini maksudnya Pak Kevin mau ke sini? Mau ngapain kali, udah malam pula.”

Rara mengabaikan permintaan Kevin, tidak tahu kalau dia sudah bermain api dengan pria bernama Kevin Baskara.

dtyas

Haiii, jangan lupa komen dan bintang limanya ya , thanks

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status