Share

Part 2 - Fitting

"Kenapa kamu terima tawaran itu, Aletta?"

Gadis itu tertegun mendengar pertanyaan ibunya.

"Apa maksud ibu? Aku nggak paham," ucap Aletta memang belum memberitahu ibunya tentang perjanjian yang telah ia setujui, dan Aletta tidak berniat untuk memberitahu ibunya tentang hal itu.

"Jangan pura-pura Aletta, ibu udah tau semuanya. Kemarin sore Nyonya Anggi datang, dia memang mau membiayai operasi ibu, tapi dengan syarat kamu harus mau menikah sama Tuan Aaron. Dia juga bilang kalau kamu udah tanda tangan surat perjanjian, kenapa kamu nggak ngomong dulu sama ibu, Aletta?"

"Jadi Nyonya Anggi yang udah kasih tau ibu?"

Sarah menganggukkan kepalanya, hatinya terasa perih ketika tahu bahwa putrinya menyetujui pernikahan tanpa rasa cinta hanya karena dirinya.

"Kamu nggak harus menikah dengan Tuan Aaron, kamu masih bisa batalin perjanjian itu sebelum terlambat, Aletta. Ibu tau kamu nggak cinta sama dia."

Aletta menggelengkan kepalanya kemudian meraih tangan sang ibu untuk ia genggam.

"Aku nggak mungkin batalin perjanjian itu, Bu. Aku nggak mau operasi ibu dibatalin, aku nggak bisa kehilangan ibu."

"Tapi ibu nggak mau kamu menjalani pernikahan seperti itu, Aletta. Ibu nggak mau liat kamu menikah cuma karena terpaksa."

"Aku nggak terpaksa, aku ikhlas Bu," ucap Aletta sembari menahan air matanya.

Baru saja ingin membuka mulutnya kembali, suara derit pintu terdengar membuat Sarah dan Aletta sontak menatap ke arah pintu yang kini terbuka lebar, memperlihatkan sosok Aaron di sana.

"Tuan Aaron?" Aletta merasa sangat terkejut dengan kedatangan Aaron yang begitu tiba-tiba.

Tanpa dipersilahkan, Aaron langsung masuk membuat Aletta segera berdiri dari duduknya. Aaron hanya melirik Sarah sekilas kemudian beralih kepada Aletta.

"Hari ini kita akan fitting gaun."

Mata Aletta sedikit melebar, "Fitting Tuan? Apa.....secepat itu?"

"Saya ingin pernikahan kita diadakan dua minggu lagi, saat ini semuanya sedang dipersiapkan oleh Mama dan Papa saya. Kamu hanya perlu memilih gaun pengantin yang kamu sukai."

Aletta menatap ibunya lalu berdehem singkat.

"Tuan, sepertinya kita harus bicara di luar."

"Kenapa harus bicara di luar? Mbok Sarah, maksud saya ibu juga harus mendengar tentang persiapan pernikahan kita," ucap Aaron sembari menyunggingkan senyuman tipis kepada Sarah.

"Iya Aletta, ibu juga ingin mendengarnya," sahut Sarah membuat Aletta tidak bisa berkutik.

Aletta menghela nafas panjang, "Apa pernikahan kita akan diadakan secara tertutup, Tuan?"

"Pernikahan kita akan diadakan secara besar-besaran. Akan ada banyak tamu yang datang, Mama nggak mau pernikahan ini tertutup. Katanya publik harus tahu, saya nggak mempermasalahkannya. Apa kamu keberatan?"

Aletta terdiam selama beberapa saat, "Kalau menurut saya.....apa nggak sebaiknya pernikahan ini diadakan secara tertutup? Mengingat kita menikah di atas kertas, atau bisa dibilang kita nikah kontrak, Tuan."

Aletta sudah tidak berniat untuk menutup-nutupinya karena Sarah juga sudah mengetahui semuanya.

"Siapa bilang? Kita nggak nikah kontrak, kamu istri saya sampai saya meninggal. Waktu enam bulan cuma waktu yang ditentukan untuk umur saya, bukan untuk pernikahan kita. Kamu paham?"

Aaron meraih tangan Sarah yang hanya bisa tertegun, pria itu menyalimi tangan Sarah dengan senyuman penuh arti di wajahnya.

"Ibu nggak papa ditinggal? Aletta harus saya bawa."

Sebenarnya Sarah merasa berat untuk mengizinkan, namun melihat Aletta yang memberinya isyarat agar tidak protes membuatnya mau tidak mau menganggukkan kepala.

"Jangan terlalu lama, Tuan Aaron."

"Kita sudah dapat izin, Aletta. Kita berangkat sekarang," ucapnya kemudian menarik tangan Aletta membuat gadis itu harus mengikuti langkah kakinya.

Aletta menoleh ke belakang, "Assalamu'alaikum Bu!"

"Wa'alaikumsalam," gumam Sarah sembari menatap kepergian Aletta dan Aaron.

Aletta hanya diam sembari memperhatikan tangannya yang kini digenggam oleh Aaron. Ini pertama kalinya tangan mereka bersentuhan dan dia merasa ketakutan karena sifat pria itu benar-benar membuatnya merasa tertekan.

Mereka berdua kini sampai di parkiran rumah sakit, Aaron langsung membawa Aletta menuju mobilnya. Aletta tertegun untuk sejenak saat melihat beberapa pria berpakaian hitam yang berdiri di depan mobil masing-masing dan tengah menatap ke arahnya.

"Cepat masuk."

"Tuan akan menyetir sendiri?" Aletta merasa was-was setelah masuk ke dalam mobil dan melihat Aaron duduk di balik kemudi.

"Kamu tau saya bisa menyetir kan?"

"I-iya, tapi sekarang Tuan sedang sakit."

"Saya bisa menyetir, Aletta," ucap Aaron setelah melajukan mobilnya.

Aletta hanya bisa pasrah karena dia tidak mungkin protes kepada pria itu, Aletta tidak memiliki keberanian.

Aletta menatap spion dan melihat beberapa mobil mengikuti mereka dari belakang membuat Aletta tahu bahwa para pria yang ia lihat tadi adalah pengawal Aaron. Gadis itu menghela nafas panjang, ia terus menatap kedua tangannya yang berada di atas paha, perasannya benar-benar campur aduk memikirkan pernikahan mereka yang ternyata akan dilangsungkan 2 minggu lagi.

Sesekali Aaron meliriknya namun tidak berniat untuk mengatakan apa-apa membuat perjalanan mereka begitu hening.

Sesampainya di depan butik, Aaron segera membukakan pintu untuk Aletta karena gadis itu tidak mengerti bagaimana cara membuka pintu mobilnya.

"Mereka nggak masuk?" tanya Aletta sambil menatap beberapa pengawal yang masih berada di dalam mobil masing-masing.

Aaron hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan terlebih dahulu memasuki butik membuat Aletta segera mengikutinya.

Aletta langsung disuguhkan dengan jejeran gaun pengantin yang dipajang di patung dengan begitu indahnya. Aletta memperhatikan gaun-gaun itu satu persatu, semuanya terlihat mengagumkan sehingga rasanya akan berat untuknya memilih.

"Tuan Matteo!"

Seorang wanita paruh baya berpakaian elegan kini terlihat menghampiri mereka dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Ini calon istri yang dimaksud Bu Anggi?" wanita itu menatap Aletta dari atas hingga ke bawah.

"Sangat cantik," pujinya kemudian langsung meraih tangan Aletta membuat sang empu mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Namamu?"

"Aletta," jawab gadis itu merasa canggung.

"Nama yang indah, perkenalkan.....kamu bisa memanggilku Mom Ella, Aletta sayang," ucap Mom Ella sembari mencubit dagu Aletta.

"Terlalu polos," celetuknya tidak melihat adanya riasan di wajah Aletta.

"Mau gaun yang seperti apa Tuan Matteo?" tanya Mom Ella beralih kepada Aaron.

"Kenapa bertanya padaku Mom? Tanyakan kepada calon istriku," ucap Aaron tentunya membuat Mom Ella semakin tersenyum lebar.

"Baiklah, jadi......gaun seperti apa yang kamu mau sayang? Apa sudah ada gaun yang menarik perhatian kamu?"

Aletta merasa gugup dan kesulitan untuk berbicara sehingga Mom Ella terkekeh kecil melihatnya.

"Calon istri Tuan muda Matteo rupanya sangat pemalu."

"Aku merasa bingung, Mom. Semua gaun kelihatan indah," cicit Aletta.

"Terima kasih pujiannya, sayang. Harusnya aku membuatkan gaun khusus untukmu, tapi ku dengar waktunya tinggal dua minggu. Tidak akan sempat untuk mengerjakan gaun pengantin, jadi terpaksa kamu harus memilih yang sudah jadi. Katakan, kamu mau yang seperti apa? Mom membuat banyak jenis gaun pengantin."

"Aku....nggak suka yang terlalu terbuka, Mom. Aku juga nggak mau yang mewah banget, tapi untuk pernikahan.....aku juga nggak mau yang terlalu sederhana. Aku mau yang elegan Mom," ucap Aletta cukup kesulitan untuk mengutarakan keinginannya.

Mom Ella segera menarik pelan tangan Aletta membuat Aaron mengikuti mereka hingga sampai di depan sebuah ruangan yang terpisah.

"Mom baru saja menyelesaikan gaun sekitar seminggu yang lalu. Mom rasa gaun itu cocok buat kamu. Coba lihat dulu," Mom Ella membuka pintu ruangan itu membuat Aletta langsung melihat satu gaun yang terpasang di patung.

Gaun itu tampak begitu indah dan benar-benar terlihat seperti wujud nyata dari gaun yang didefinisikan oleh Aletta barusan.

"Bagaimana sayang?" tanya Mom Ella sembari menuntun Aletta agar mendekat kepada gaun itu.

"Sentuh saja," ucapnya membuat Aletta memberanikan diri untuk menyentuh kain yang terasa begitu lembut.

Gaun itu memiliki ekor yang sangat panjang, dadanya sedikit rendah namun tidak akan memberi kesan seksi. Terlihat sangat elegan dan tidak berlebihan membuat Aletta langsung menyukainya.

"Sepertinya kamu suka, kamu mau mencobanya?" Mom Ella melirik Aaron yang hanya diam di sebelah Aletta.

"Apa boleh?" tanya Aletta merasa ragu untuk mencoba gaun seindah itu.

"Tentu saja," sahut Aaron kemudian duduk di sofa yang ada di sana.

"Saya akan menunggu."

Mom Ella segera memanggil beberapa pegawai butiknya untuk membantu Aletta memakai gaun itu di ruang ganti. Cukup lama Aaron menunggu hingga akhirnya Aletta keluar dengan menggunakan gaun yang langsung terlihat sangat pas di tubuh Aletta seolah gaun itu memang diciptakan untuknya.

Aaron menatapnya tanpa berkedip, Aletta benar-benar terlihat cantik membuatnya merasa terpesona selama beberapa saat.

"Apa....gaun ini cocok untuk saya Tuan?" Aletta merasa gugup karena Aaron tidak melepaskan tatapan matanya dari dirinya.

Aaron segera berdiri kemudian berjalan menghampiri Aletta membuat keduanya kini berdiri saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. Mom Ella mengulum senyumnya, dia tahu bahwa Aaron pastinya tengah merasa terpesona dengan Aletta.

"Tuan? Apa saya cocok memakai gaun ini?" tanya Aletta sekali lagi.

Aaron menatap manik mata Aletta lekat-lekat lalu menyunggingkan senyuman yang begitu tipis, hampir tidak terlihat sama sekali.

"Saya ingin melihat kamu memakai gaun ini di acara pernikahan kita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status