Share

Bab 12 Orang Tua Lintang Curiga

Bunyi dering telepon memecah keheningan Minggu pagi di apartemen Lintang. Ia melirik layar ponsel, mengerutkan dahi. "Papa?" gumamnya, sedikit heran. Ayahnya jarang menelepon sepagi ini.

"Halo, Pa?" Lintang menjawab, sambil berjalan ke dapur untuk membuat kopi.

"Lintang, kamu di mana?" suara ayahnya terdengar tegang.

Lintang mengernyit. "Di apartemen, Pa. Kenapa? Ada apa?"

Terdengar helaan napas panjang. "Nggak. Nggak apa-apa. Papa kira kamu... lupa."

"Lupa?" Lintang bingung. Tapi kemudian ia tersadar. "Astaga! Makan siang keluarga! Pa, maaf banget, aku—"

"Udah, nggak apa-apa," potong ayahnya, tapi Lintang bisa mendengar kekecewaan dalam suaranya. "Kamu sibuk, Papa ngerti."

Lintang menutup wajahnya. Makan siang keluarga. Tradisi bulanan yang sudah mereka jalankan sejak ibunya meninggal tiga tahun lalu. Bagaimana ia bisa lupa?

"Pa, aku ke sana sekarang ya? Satu jam lagi aku—"

"Nggak usah," ayahnya memotong lagi. "Papa sama Kak Dimas udah mau keluar. Lain kali aja."

Telepon ditutup. Lin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status