Tak terasa, putri sulung Arya dan Lintang kini telah tumbuh menjadi gadis cilik yang begitu ceria dan bersinar. Ya, hari ini adalah hari yang istimewa bagi Kayla karena ia genap berusia 10 tahun.Arya dan Lintang telah menyiapkan kejutan istimewa untuk putri kesayangan mereka itu. Diam-diam, mereka mendekorasi halaman belakang rumah dengan tema pesta yang disukai Kayla - Wonderland Tea Party."Kayla pasti suka pesta kejutan ini, Pa! Dekorasinya benar-benar cantik seperti di negeri dongeng," bisik Ananda pada Arya yang sedang memasang balon-balon warna-warni.Arya tersenyum, mengusap sayang kepala putranya. "Tentu saja, Ananda. Ini 'kan hari spesial bagi Kakak Kayla, jadi pestanya harus spesial juga!"Sementara itu, Lintang sibuk di dapur mempersiapkan kue ulang tahun bertingkat dan aneka kudapan manis kesukaan Kayla. Aisha yang masih balita juga tak mau ketinggalan, ia "membantu" sang ibu dengan cara menatap kagum semua hidangan itu."Kuenya cantik, Ma! Aisha mau!" celoteh si kecil Ai
Setelah melewati rutinitas panjang yang cukup melelahkan, Arya dan Lintang memutuskan untuk mengajak anak-anak mereka berlibur ke Eropa. Ini adalah impian mereka sejak lama, ingin membawa Kayla, Ananda, dan Aisha menjelajahi negeri-negeri indah nan menakjubkan di benua biru itu."Yeay, kita akan ke Eropa! Aku sudah tidak sabar ingin melihat Menara Eiffel, Pa!" seru Kayla dengan mata berbinar saat Arya mengumumkan rencana liburan mereka."Aku ingin ke Colosseum, tempat gladiator bertarung!" timpal Ananda tak mau kalah.Sementara Aisha yang masih kecil hanya tertawa riang, ikut merasakan kegembiraan kakak-kakaknya. "Aisha ikut, Aisha ikut!" celotehnya dengan suara lucu.Lintang tersenyum lembut, memeluk putri bungsunya dengan sayang. "Iya, Sayang. Kita sekeluarga akan pergi bersama-sama, melihat tempat-tempat indah di Eropa."Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, tibalah hari keberangkatan mereka. Dengan penuh semangat, mereka menaiki pesawat yang akan membawa mereka menuju petualang
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa Kayla kini sudah tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan bersemangat. Di usianya yang ke-15, ia mulai memikirkan masa depan dan cita-citanya.Suatu sore, Kayla menghampiri Arya yang sedang membaca buku di ruang keluarga. Dengan sedikit ragu-ragu, ia duduk di samping sang ayah."Pa, boleh aku berbicara sesuatu?" tanya Kayla pelan.Arya menutup bukunya, menatap putri sulungnya dengan senyum lembut. "Tentu saja, Sayang. Ada apa?"Kayla menarik nafas panjang, lalu berkata, "Aku... aku sudah memikirkan tentang cita-citaku, Pa. Aku ingin menjadi dokter."Senyum Arya melebar, ia menggenggam tangan Kayla dengan bangga. "Itu cita-cita yang sangat mulia, Nak. Bisa ceritakan lebih lanjut mengapa kamu ingin menjadi dokter?""Aku ingin membantu banyak orang, Pa. Rasanya akan sangat membahagiakan jika aku bisa menyembuhkan mereka yang sakit dan membawa senyum di wajah mereka," jelas Kayla dengan mata berbinar penuh tekad.Arya mengangguk, merasa sangat takjub de
Keluarga kecil Arya dan Lintang semakin dipenuhi dengan kebahagiaan dan kesuksesan. Kayla yang kini menjadi dokter muda yang berbakat, Ananda yang sedang berjuang menyelesaikan studinya di fakultas teknik, dan Aisha yang baru saja lulus SMA dengan nilai gemilang.Namun di balik semua kebahagiaan itu, Arya menyimpan sebuah keinginan yang sudah lama ia pendam. Sebuah keinginan untuk bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga tercintanya.Suatu malam, setelah makan malam bersama, Arya mengumpulkan istri dan anak-anaknya di ruang keluarga. Dengan senyum penuh arti, ia pun memulai pembicaraan."Lintang, Kayla, Ananda, Aisha... Ada sesuatu yang ingin Papa sampaikan pada kalian," ucap Arya dengan nada serius namun lembut.Lintang menatap suaminya dengan tatapan penuh tanya, sementara anak-anak mereka saling berpandangan dengan penasaran."Ada apa, Pa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Kayla, sedikit khawatir.Arya tersenyum menenangkan, menggeleng pelan. "Tidak ada yang perlu d
Setahun berlalu sejak Arya memutuskan untuk pensiun dini dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Kini, giliran Lintang yang menghadapi babak baru dalam karirnya. Setelah bertahun-tahun bekerja keras dan menunjukkan dedikasi yang luar biasa, Lintang ditawari posisi CEO di perusahaan tempatnya bekerja.Awalnya, Lintang merasa ragu untuk menerima tawaran tersebut. Ia khawatir tanggung jawab sebagai CEO akan menyita waktunya bersama keluarga. Namun, Arya mendukungnya sepenuhnya, meyakinkan Lintang bahwa ia dan anak-anak akan selalu ada untuk mendukungnya."Lintang, ini adalah kesempatan yang luar biasa untukmu. Kau telah bekerja keras selama ini, dan kau pantas mendapatkan posisi ini. Kami semua mendukungmu," ucap Arya dengan penuh pengertian.Kayla, Ananda, dan Aisha juga memberikan dukungan mereka. Mereka tahu betapa berbakat dan luar biasanya ibu mereka dalam pekerjaannya.Dengan dukungan penuh dari keluarga, Lintang akhirnya menerima tawaran tersebut. Ia bertekad untuk m
Kayla Masuk SMAPagi itu, rumah keluarga Arya-Lintang dipenuhi aroma roti panggang dan kopi. Kayla, kini berusia 14 tahun, duduk di meja makan dengan seragam SMA barunya. Jemarinya tak berhenti memainkan ujung dasi, menandakan kegugupan yang ia rasakan."Kamu sudah siap, sayang?" tanya Lintang, sambil meletakkan sepiring roti isi di hadapan Kayla.Kayla mengangguk pelan, "Iya, Ma. Tapi... aku sedikit nervous."Arya, yang baru bergabung di meja makan, tersenyum menenangkan. "Wajar kok, Nak. Papa dulu juga gugup di hari pertama SMA.""Benarkah, Pa?" tanya Kayla, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.Arya mengangguk, "Tentu. Tapi ingat, kamu anak yang pintar dan mudah bergaul. Pasti akan baik-baik saja."Lintang menambahkan, "Betul. Dan jangan lupa, kamu punya Bibi Sarah di sekolah. Kalau ada apa-apa, kamu bisa menemuinya."Kayla tersenyum. Bibi Sarah, adik Lintang, adalah guru Bahasa Inggris di SMA barunya.Selesai sarapan, mereka bersiap berangkat. Di mobil, Kayla memeluk tas barunya
Minggu pertama Kayla di SMA berlalu dengan cepat. Setiap hari ia pulang dengan cerita baru, membuat Arya dan Lintang semakin penasaran dengan kehidupan SMA putri mereka.Saat makan malam keluarga, Kayla tiba-tiba berkata, "Pa, Ma, besok ada pertemuan orangtua murid."Arya dan Lintang saling pandang. "Oh ya? Kenapa baru memberitahu sekarang, sayang?" tanya Lintang.Kayla mengangkat bahu, "Maaf, Ma. Aku lupa. Tapi... bisakah kalian datang?""Tentu saja," jawab Arya. "Papa dan Mama akan mengatur jadwal kami."Keesokan harinya, Arya dan Lintang duduk di aula sekolah bersama orangtua murid lainnya. Mereka mendengarkan penjelasan kepala sekolah tentang kurikulum dan kegiatan sekolah.Tiba-tiba, Lintang menyenggol Arya pelan. "Lihat," bisiknya, menunjuk ke arah seorang pria yang duduk beberapa baris di depan mereka. "Bukankah itu ayah Rafi?"Arya memicingkan mata, lalu mengangguk. "Sepertinya iya."Setelah pertemuan selesai, Arya dan Lintang memutuskan untuk mendekati ayah Rafi."Permisi," s
Lintang mengetuk-ngetuk kan jarinya dengan tidak sabar di meja kafe. Matanya terus melirik jam tangan mahal pemberian orangtuanya untuk ulang tahunnya yang ke -25 tahun lalu. Sudah hampir 20 menit ia menunggu pesanannya: satu gelas latte dingin dan sepotong cheesecake blueberry, menu favoritnya setiap kali ia butuh menenangkan diri setelah rapat yang melelahkan."Maaf, Nona, pesanan Anda," seorang barista meletakkan nampan di mejanya. Lintang mengernyitkan dahi. Di atas nampan ada secangkir kopi hitam dan sepotong roti bakar salmon. Bukan pesanannya."Maaf, tapi ini bukan pesanan saya," ujar Lintang, berusaha menjaga nada suaranya tetap sopan meski kekesalan mulai terasa. "Saya pesan latte dingin dan cheesecake blueberry."Barista itu terlihat bingung, lalu memeriksa struk pesanan. "Oh, astaga! Maafkan saya, sepertinya pesanan Anda tertukar. Saya akan segera mengambilkan yang benar."Tepat saat barista itu berbalik, seorang pria berusia sekitar awal 40 an menghampiri meja Lintang. Ia