Suami Orang LainAku mengetuk pintu rumah bu RT, dengan wajah yang berusaha ceria, karena aku tidak ingin sekalipun mengumbar aib rumah tangga. Bukan aib juga sebenarnya, namun semacam buku masalah rumah tangga yang belum jelas apa yang tertulis di dalamnya.Aku menghela nafas panjang, beberapa detik setelah itu, pintu terbuka, rupanya pak Radit yang membuka pintu itu. Pak RT tampan yang selalu menjadi bahan perbincangan ibu ibu.“Pak RT,” sapaku.“Bu Hesti, mau cari istri saya?” tanya pak RT.“Iya, bu RT ada?” tanyaku.“Ada ada, ada di dalam, langsung masuk saja,” ucap pak RT yang kemudian mempersilahkanku masuk. Aku melihat pak RT dengan pandangan fokus, beberapa detik.“Astagfirullah,” ucapku lirih, lalu segera merubah pandanganku.Aku bukan suka, bukan pula tertarik, hanya sekejap memuaskan rasa penasaran. Pak RT ini sungguh memiliki tubuh yang tinggi atletis, dengan otot tubuh yang terbentuk sempurna. Dia teman satu pusat olahraga dengan mas Hanung, hanya saja mungkin pak RT lebi
Belajar Mempercantik DiriAku dan bu Anna mendengarkan penjelasan bu RT mengenai panduan dasar cara bermake up, seperti kemarin yang sudah dicontohkan, kali ini aku harus mempraktekkannya sendiri.“Bu Hesti, biar Bintang saya ajak, ada Cinta di dalam,” ucap pak RT menawarkan bantuan menjaga Bintang.“Iya bu Hesti, biar suami saya yang jaga, dia cukup luwes dengan anak anak,” ucap bu RT.“Terimakasih pak RT,” ucapku seraya menyerahkan Bintang. Pak RT menerima Bintangn, sangat Luwes dan Bintang yang biasanya menolak diajak orang baru terlihat hanya nurut saja.“Adek kecil,” sapa Cinta yang terlihat keluar dari kamarnya.Aku melihat Cinta, putri satu satunya bu RT dan pak RT. Dia terlihat begitu cantik, anak perempuan berusia enam tahun, sepantaran dengan Adam. Rambutnya dikepang dua, wajahnya bersih dan bajunya sangat rapi, baju dengan renda cantik, berwarna merah muda, warna kesukaannya.“Halo princess Cinta,” sapa bu Anna.“Halo tante,” jawab Cinta.“Wah, cinta makin cantik sekali ya
Cewek Cantik?Mas Hanung terlihat memasukkan beberapa roti, ada roti tawar gandum, juga roti tawar putih. "Mas, kata Adam ada cewek cantik?" tanyaku pada mas Hanung."Ce-cewek cantik?" tanya mas Hanung."Ya," ucapku."Ah, kan kita lagi di mall, pasti ada cewek cantik, banyak, di sebelahku juga cantik," goda mas Hanung."Ah kamu," ucapku.Aku masih memikirkan mengenai hal itu, apa yang Adam ucapkan, biasanya anak kecil tidak pernah berbohong dan tidak juga ingin berbohong. Tidak ada alasan untuk melakukan itu, dia akan mengatakan apapun sesuai dengan apa yang dilihat dan dirasakannya.Aku hanya bisa mengerutkan dahi, tidak ingin memperpanjang apa yang sebenarnya belum jelas. ***Di sudut lorong, terlihat Hanung sedang bersama Adam, memilih sabun wajah yang ingin dia beli."Ah, ini dia," ucap Hanung."Wah, seleramu cukup bagus, aku melihat review produk ini cukup mengesankan," ucap seseorang. Dengan cepat Hanung melihat ke arah sumber suara itu. Ternyata pemilik suara itu adalah Tani
Arena PerangAku mengantar mas Hanung keluar, hingga dia masuk ke dalam mobil, juga Bintang, dia begitu senang melihat papanya menaiki mobil, mungkin dia berpikir kita akan pergi.“Papah kerja dulu ya,” ucap mas Hanung seraya melambaikan tangan. Bintang terus menggerakkan badannya, seolah ingin melompat ke arah mas Hanung.Mobil mas Hanung sudah mulai semakin jauh, kemudian tak terlihat, kini tinggal aku dan Bintang. Adam berangkat sekolah lebih pagi, sebelum mas Hanung berangkat, dia sudah memakan sarapannya dan membawa bekal yang sudah aku siapkan sejak dini hari.“Ayo kita mandi Bintang sayang,” ucapku pada Bintang.Aku masuk ke dalam rumah, seperti biasa, tidak terlalu berantakan, karna sebelum mas Hanung bangun, aku sudah jatuh bangun berusaha membuat semuanya rapi, ya, malamnya pun aku sudah selalu berbenah, tapi entah kenapa selalu ada saja yang kurang.Jadwal pagi selanjutnya adalah, memandikan Bintang, mencuci baju, menjemur, membereskan baju yang tadi malam sudah aku setrik
Selingkuh Tanpa MenyentuhSetelah berhasil kabur dari area berdarah itu, ya, terlalu berlebihan sepertinya, tapi serius itu sangat menjengkelkan. Melihat mereka selalu beradu argumen, berbicara mengenai banyak hal, untungnya mereka masih begitu menahan diri, tidak ada pertengkaran, dua duanya seperti sudah sangat ahli, yang satu tukang koreksi, serba tahu, serba berpengalaman dan yang satu tukang pamer, wah lengkap sudah.Setelah berbelanja di bang Trimo, aku langsung mendatangi rumah bu RT.“Bu Hesti, wah, tadi saya lihat Tom and Jerry, Even if they are teasing and fighting, they still can’t live without each other,” ucap bu RT.“Ya, mereka saling membutuhkan, untuk menyalurkan semangat dan hasrat,” ucapku seraya tersenyum seraya menatap ke rumah bu Wahyu, lalu bu Edi.“Ayo bu Hesti masuk, yang bu Hesti dan bu Anna pesan sudah saya siapkan,” ucap bu RT.“Iya bu RT, ini saya titip dulu di lemari pendingin bisa?” tanyaku seraya memperlihatkan beberapa bahan makanan yang baru saja saya
Ternyata“Bu RT, apa ada selingkuh yang seperti itu? sangat mengerikan,” tanya bu Anna.“Ya, of course,” ucap bu RT yakin.“Selingkuh tanpa menyentuh, awalnya nyaman, jadi keterusan,” ucapku.“Iya bu Hesti, itu benar sekali, itu memang awalnya, jangan tanya, bisa merusak segalanya,” ucap bu RT.“Apa bu Anna pernah khawatir suami bu Anna berbuat yang tidak tidak di luar?” tanyaku penasaran karna suami bu Anna lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota.“Suami saya biasanya menetap di satu kota, istilahnya kota kota, mengantar beberapa barang dari sebuah pabrik ke kota lain, cukup menghasilkan, tetapi tidak bisa sering pulang. Saya sih tidak masalah, ibaratnya hanya seperti permen,” ucap bu Anna.“Candy?” tanya bu RT dengan mata bulat penuh.“Iya bu RT, permen, sekali hisap habis, ya ndak papa, kalau istri kan permen karet, nempel terus, kalau bisa cari tempat menempel yang pas, di rambut atau di baju, tidak akan bisa lepas,” ucap bu Anna.Aku terdiam, sungguh wanita ini memiliki hati
Mencari KebenaranAku menyiapkan makan siang, berupa nasi, ayam acar, juga jus kesukaan mas Hanung, jus mangga manis, dari mangga yang aku beli di supermarket kemarin.“Akhirnya siap,” gumamku. Aku menata makanan ini dengan begitu cantik, dengan harapan dia terkesan dengan perhatian sederhana ini.“Aku harus menyiapkan strategi supaya mas Hanung tidak curiga, ya, dulu aku sering memberikannya makanan, tapi setelah ada Bintang, aku sedikit mengalami kerepotan, tidak sempat lagi memberikan perhatian perhatian kecil, ya, aku harus punya rencana,” ucapku.Aku mengambil celana dan jaket hitam di lemari.“Apa masih muat?” tanyaku seraya melihat ke arah celana yang sebelumnya sering aku pakai, ya sebelum berat badan melonjak karena melahirkan anak kedua.“Aku coba saja,” ucapku.Aku mencoba celana jeans hitam itu, wah rupanya butuh kesabaran karena sekarang ukuranya menjadi sangat mepet, bahkan terlihat seperti lontong yang diikat ikat.“Apa celana ini mengecil?” gumamku.“Wah,” ucapku setel
Mulai AgresifDi kantor Hanung.“Permisi pak Hanung, ada kiriman dari istri bapak,” ucap resepsionis wanita yang bernama Maria itu.Hanung terlihat bersiap untuk makan siang.“Maria, baiklah, terimakasih,” ucap Hanung seraya menerima paket itu.“Wah, Hesti membuatkanku makan siang?” ucap Hanung dalam hati setelah melihat kiriman itu berupa kotak makan susun dua.Sebelum membuka paket itu, Hanung meraih ponselnya, menulis pesan yang rencananya akan dikirim kepada istrinya.“Terimakasih, makan siang yang selalu aku rindukan,” tulis hanung. Belum sempat dia menekan tombol kirim, tiba tiba Tania sudah berdiri di hadapannya.“Ayo, kita jadi makan siang?” tanya Tania.Hanung segera meletakkan ponselnya, lalu melihat ke arah Tania.“Ma-maaf Tania, sepertinya aku tidak makan siang di luar hari ini, istriku mengirimkan ini,” ucap Hanung seraya mengangkat kotak makanan yang didapatnya.“Oh begitu, seingatku setahun yang lalu terakhir kali istrimu mengirimkanmu makanan,” ucap Tania.“Ya, waktu a