Melupakan Satu Hal Penting“Papah belum pulang mah?” tanya Adam yang duduk di meja makan sambil mengamati cake ulang tahun yang sudah dipasang lilin namun belum ada api yang menyala. Aku menoleh ke arah jam dinding, sudah jam lima lebih, seharusnya mas Hanung sudah pulang.Kantor mas Hanung memperbolehkan karyawan yang ulang tahun untuk pulang lebih awal, supaya bisa merayakan ulang tahun bersama keluarga, atau orang terkasih.“Tidak ke toko ice cream?” tanya Adam dengan tatapan penuh harap.Biasanya kami semua akan mengunjungi kedai ice cream untuk membeli ice cream kesukaan Adam, selalu di hari ulang tahun kami semua. Mengawali usia dengan sesuatu yang manis, supaya seluruh hari menjadi sesuatu yang manis.“Mamah hubungi papah dulu ya,” ucapku yang kemudian meraih ponsel yang aku letakkan di atas meja.Tidak ada pesan, ataupun usaha untuk menghubungi, apa mas Hanung tidak senang dengan kejutan yang aku berikan? aku tidak mengerti, kenapa mengetik satu pesan saja sepertinya begitu be
Pertemuan Tak Terduga“Ada apa?” tanya Tania pada Hanung setelah Hanung menutup panggilan telepon dari istrinya. Tania dan Hanung terlihat duduk bersama di dalam mobil milik Hanung.“Tidak apa apa,” ucap Hanung.“Kita jadi pergi?” tanya Tania dengan wajah berbinar.“Tentu saja, ini sudah menjadi kebiasaanku setiap kali ulang tahun,” ucap Hanung.“Bagaimana kalau ke kedai ice cream Happy?” tanya Tania.“Ja-jangan di sana, kita ke tempat lain saja,” ucap Hanung. Tentu dia akan menolak, karena kedai ice cream Happy adalah kedai ice cream yang biasa dia kunjungi bersama keluarganya.“Di sana ice creamnya enak sekali, kenapa harus ke kedai lain?” tanya Tania.“Sudahlah, parkirannya sempit, pasti di sana ramai, kita ke kedai ice cream yang lain,” ucap Hanung mencoba mencari alasan logis.“Baiklah, kita ke kedai Gulali, itu kedai ice cream yang baru dibuka, sepertinya ramai,” ucap Tania.“Benarkah? di mana?” tanya Hanung.“Aku akan mencari alamatnya di internet, kita ke sana?” tanya Tania se
Kenyataan MenyakitkanHesti terlihat begitu girang, bersama dengan Adam, memasuki kedai yang menjual makanan kesukaan putranya itu, ice cream, dingin dan menyenangkan. Ice cream yang kaya protein meningkatkan kemungkinan kadar tirosin di otak. Tirosin adalah neurotransmitter yang meningkatkan kadar dopamin dan norepinefrin di dalam tubuh kita, hormon bahagia . Saat mengkonsumsi apa yang disukai, misalnya seperti Adam, sangat menyukai ice cream, maka bagian otak tertentu merespon emosi positif dengan sangat baik.“Icem coklat, aku datang,” ucap Hesti.“Aku juga datang, aku akan memakanmu,” sahut Adam seraya tersenyum.Hesti dan Adam melangkah dengan begitu bahagia, masuk ke dalam kedai.Tiba tiba langkah Hesti terhenti, dia diam, mematung, seketika langit terasa semakin gelap, udara menipis, sesak dan tidak bisa bergerak. Dia melihat seorang laki laki yang sangat mirip dengan suaminya, Hanung. Itu bukan hanya mirip, memang itu adalah suaminya."Mas Hanung," bisik Hesti lirih. Hesti ber
Pertengkaran HebatAku tidak menyangka mas Hanung akan melakukan semua ini. Dia lebih memilih pergi dengan wanita itu daripada dengan istri dan anak anaknya. Aku tidak bisa menerima ini dengan semua akal sehat yang aku miliki.Mas Hanung terlihat begitu bahagia, melewati hari pertambahan usianya, dengan sesuatu yang manis, bukan lagi dengan keluarganya, melainkan wanita lain. Aku melihat Adam dan Bintang sudah tertidur dengan pulas, mereka pasti kelelahan. Aku bersyukur, Adam tidur dengan perasaan bahagia, walaupun kebahagiaan itu tidak diberikan oleh ayahnya.Aku melihat kue tart di atas meja makan, lengkap dengan hidangan makan malam yang sudah dingin. Aku memasak semuanya dengan hati yang bahagia, berharap mampu menciptakan senyum bahagia di wajah suamiku.Itu bukan perkara mudah, aku harus memasak juga menenangkan dua jagoan aktif yang geraknya tidak lagi bisa dibatasi. Walaupun begitu, aku bisa menyelesaikan semuanya, namun apa yang aku dapat? Ucapan terimakasih? Respon bahagia?
Tidak Lagi SamaSeperti pagi pagi sebelumnya, aku tetap bangun pagi, paling awal, melakukan pekerjaan seperti sebelumnya, seperti tidak pernah terjadi apa apa. Aku menyiapkan sarapan untuk suami juga kedua putraku, apapun masalah yang dihadapi mereka tetap harus makan, perut mereka harus tetap terisi, oleh masakan istri dan juga ibu mereka.Aku menekan setiap perasaan yang ada di dalam hatiku, bukan berarti tidak marah, tidak memiliki emosi, aku hanya ingin semuanya tetap berjalan dengan baik. Tidak ada pakaian bersih jika bukan aku yang mengerjakan, tidak ada rumah nyaman jika bukan aku yang mengusahakan, tidak ada makanan tersaji jika bukan aku yang menggerakkan tangan, aku tahu betul itu, jadi kemarahan bukan menjadi alasan untuk aku menghentikan semua kebiasaanku.Mas Hanung terlihat bangun lebih pagi, membantuku menyiapkan keperluan Adam sekolah, bahkan dengan rela hati memandikan Bintang, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.Aku masih tetap dalam diamku, bergerak de
BertemuHesti terlihat mendatangi kantor tempat Hanung bekerja.“Maaf, saya ingin bertemu dengan ibu Tania dari divisi keuangan,” ucap Hesti pada petugas resepsionis.“Ibu bisa langsung hubungi saja,” ucap resepsionis.“Maaf mbak, kebetulan saya tidak memiliki nomor pribadinya,” ucap Hesti.“Sebelunya mohon maaf, ada keperluan apa ya?” tanya resepsionis.“Keperluan pribadi, bukan masalah penting namun sedikit mendesak, saya minta tolong, saya akan tunggu di kantin kantor,” ucap Hesti.“Baiklah, saya harap masalah pribadi tidak menimbulkan masalah,” ucap resepsionis yang sepertinya mengetahui sedikit informasi yang membuatnya mengatakan hal seperti itu.“Tenang saja, tidak akan ada masalah apapun, saya minta tolong,” ucap Hesti.“Atas nama siapa?” tanya Resepsionis.“Bilang saja ada seseorang yang ingin bertemu, penting,” ucap Hesti dengan suara lirih dan lembut.“Baiklah, silahkan tunggu dulu, saya akan menghubungi ibu Tania,” ucap resepsionis.“Terimakasih,” ucap Hesti yang kemudian
Pelakor Masa Kini“Terimakasih bu RT sudah bersedia menjaga Bintang,” ucapku setelah kembali ke rumah bu RT.“Tidak masalah bu Hesti, Bintang anak yang sangat baik, tidak rewel sama sekali, good boy,” ucap bu RT yang terlihat menggendong Bintang.“Bagaimana? bu Hesti sudah bertemu dengan wanita itu?” tanya bu RT lirih.“Iya bu,” ucapku yang terdengar lesu.“Ayo duduk dulu, saya sudah buatkan minuman dingin,” ucap bu RT.“Biar Bintang saya gendong bu RT,” pintaku.“Tidak usah, bu Hesti baru datang, biar saya gendong, duduklah dulu,” ucap bu RT.Aku duduk di sofa, menghela nafas panjang, hari ini begitu berat, sangat menyesakkan.“Apa yang terjadi bu Hesti? apa terjadi perang dunia?” tanya bu RT dengan antusias.“Tidak bu, bagaimana bisa terjadi perang dunia, hati saya saja sudah jatuh dan hancur berkeping keping,” ucapku lemas.“Bu Hesti berpendidikan, akan sangat menghinakan diri jika baku hantam dengan wanita yang seperti tidak pernah memahami dunia dengan otak dan hatinya,” ucap bu
Mencari Pembenaran Atas KesalahanHanung terlihat turun dari mobil dengan amarah yang tidak lagi bisa disembunyikan.“Mas,” sapa Hesti, dia hendak mencium tangan suaminya, namun tangan hesti di kibas oleh Hanung.“Jangan berpura pura peduli padaku, kenapa kamu mendatangi Tania? Apa kamu tidak percaya denganku? aku dan Tania tidak memiliki hubungan apapun, kita hanya dekat sebagai rekan kerja. Aku sudah minta maaf padamu, apa itu tidak cukup. Aku minta maaf, aku salah, iya aku salah, tapi dia tidak tahu apa apa, dia tidak bersalah,” ucap Hanung.“Mas , kecilkan suaramu, anak anak baru saja tidur,” ucap Hesti seraya melirik ke arah kamar anak anaknya.“Jika kamu benar benar peduli dengan anak anakmu, kamu tidak akan melakukan ini, memalukan saja,” ucap Hanung.“Mas, apa maksudmu memalukan? aku hanya mencari tahu kebenaran dan memperingatkan dia untuk tidak masuk ke dalam hubungan kita, karena itu tidak akan berhasil,” ucapku berusaha menjelaskan.“Aku dan dia tidak ada hubungan apapun,