"Buat apa mas berbohong sayang? Ini rumah kita. Apa rumahnya kurang besar?" Tanya Leonardo dengan merasa was-was. Ia takut tidak bisa membahagiakan Elena dengan rumah yang sudah ia siapkan sejak lama.Elena memperhatikan seluruh halaman rumah Leonardo. Mungkin untuk menjadi lapangan sepak bola juga bisa digunakan. "Mas buat rumah kenapa besar banget?" Tanya Elena menatap Leonardo lembut. Ia berharap jawaban Leonardo bisa memuaskan dirinya. "Ya mas pengen punya banyak anak. Rumah besar biar anak-anak bisa main puas di rumah. Nanti kita bikin anak kaya Gen Halilintar ya sayang. Nanti jadi kesebelasan Leonardo squad. Ayo sayang, Dona sudah menunggu kita di dalam." Leo melangkahkan kakinya mendahului Elena. Bibir Elena masih komat-komat setelah mendengarkan ucapan laki-laki yang kini sudah menyandang status suaminya. "Banyak anak banyak anak. Mulutnya emang gak bisa di kontrol banget. Suami siapa sih dia." Elena melangkahkan kakinya menyusul Leonardo. Rumah yang akan mereka tempati ben
Pagi ini, Elena dikejutkan dengan apa yang Leonardo lakukan. Ia membawa beberapa asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah mereka. Paling mengejutkan lagi, mereka semua sudah berumur paruh baya. Leonardo juga menjelaskan, mereka juga sudah mendapatkan tugas masing-masing di setiap sudut. "Kalau sekarang ada banyak ART, Elena juga minta sesuatu mas. Ada titik dimana mereka nggak usah bersihin tempat itu." Ucap Elena dan membuat Leo menautkan alisnya."Dimana aja sayang?" Tanya Leonardo penasaran."Kamar kita, ruang kerja dan belajar sama ruang musik. Jawab Elena dengan tenang. Meskipun menjadi istri orang kaya raya, Elena tetap ingin menjalankan beberapa kegiatan yang ada di rumahnya. "Sayang gak usah ya. Masa kamu ngepel, nyapu juga. Mas nyari istri lo, bukan babu." Leo merangkul pinggang Elena posesif. "Emang Elena ini istri mas. Tapi Elena juga pengen jadi istri kaya umumnya. Ngerjain pekerjaan rumah juga. Nanti masalah masak, mungkin Elena bisa malam harinya atau hari libur
Hari ini, Leonardo dan Elena berencana untuk pergi ke Raja Ampat untuk pergi bulan madu. Mereka berdua memutuskan mengambil cuti satu minggu di awal pernikahan. Pergi bulan madu ke Raja Ampat adalah pilihan Leonardo sendiri, dia sangat mencintai alam Indonesia sehingga memilih memutuskan bulan madu di dalam negeri. Pukul sembilan pagi, mereka berdua sudah menginjakkan kaki di tanah raja ampat. Dengan naik helikopter pribadi, Leonardo memang berencana untuk menghemat waktu perjalanan. Elena begitu antusias ketika Leonardo mengajak datang ke tanah Indonesia yang seperti surga dunia. "Sayang, El seneng banget diajak kesini!" Teriak Elena histeris. Leonardo tersenyum bahagia ketika melihat senyuman Elena yang merekah. Ia menaruh koper yang berisi barang-barang mereka lalu menghampiri Elena yang berdiri di dekat jendela kamar. Sambil memandangi pemandangan indah yang ada di depannya.Leonardo menaruh kepalanya di bahu polos Elena yang tidak tertutupi kain. Elena hanya mengenakan long dr
Tidak terasa, bulan madu singkat yang Leonardo dan Elena sudah berakhir. Mau tidak mau, mereka harus kembali ke Jakarta. Leonardo bisa saja nambah lamanya bulan madu mereka, tapi tidak dengan Elena. Ia harus kembali pergi ke kampus untuk menjadi dosen. Sore ini, setelah puas berbelanja seharian. Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di bandara setempat. Mereka akan kembali ke Jakarta dengan naik pesawat komersil kelas bisnis. "Kemarin berangkat naik helikopter, giliran naik pesawat rencananya biar sederhana. Eh malah ambil kelas bisnis mas. Padahal ini kan harus transit ke Sorong dulu mas." Gerutu Elena."Uang mas buat apa kalau nggak buat kebahagiaan mas sama kamu sayang. Uang mas ini banyak, jadi gak boleh kalau disimpan saja." Ucap Leonardo dengan sombongnya."Terserah mas saja." Elena menghitung kembali jumlah koper yang akan mereka bawa ke Jakarta. Berangkat ke Raja Ampat mereka hanya membawa satu koper, kembali ke Jakarta terbitlah empat koper. "Itu tiga koper, nanti kita b
Pagi ini, Leonardo dibuat pusing dengan istrinya cantiknya itu. Setelah tragedi Elena sakit sepulang dari bulan madu, Leo menginginkan jika istrinya itu untuk beristirahat terlebih dahulu. Ia tahu, jika kondisi istrinya belum pulih. Elena memaksa untuk berangkat ke kampus untuk kembali bertemu dengan Mahasiswanya karena beralasan masa cuti kerjanya sudah habis."Janji ya setiap sepuluh menit sekali kabari mas." Ucap Leonardo berdiri di samping Elena yang sedang berdandan.Elena tersenyum manis "Mana bisa sepuluh menit sekali mas. Kan Elena ada jam juga, nanti nggak bisa fokus buat ngajarnya. Elena janji, untuk nggak bikin mas khawatir." Elena mengusap lengan suaminya yang sudah terbalut dengan jas hitam kerja."Mas, pagi ini nggak bisa ngantar ke kampus lo sayang. Mas ada ketemu sama klien beda arah. Takutnya nanti...." Ucapan Leonardo terpotong, karena Elena langsung berdiri menaruh jari telunjuknya di bibir Leonardo. "Ada Parjo yang nanti nganterin Elena mas. Mas percaya dia kan? P
"Kenapa bisa disini kak?" Tanya Leonardo kepada wanita cantik dan seksi yang ada di depannyaIya dia adalah kakak ipar sepupu Leonardo. Angela namanya. Saat pernikahannya dengan Elena digelar, Angela datang bersama saudara sepupu Elena lainnya. Angela sendiri belum menikah dan saat ini menjadi model terkenal di tanah air. Selain menjadi bintang model, tak sedikit produk-produk yang mengendorse dirinya."Apa kita duduk santai sebentar Leonardo. Kalau disini aku takut ada yang memotret, kamu tau kan kalau aku bintang model ternama di tanah air." Ucap Angela begitu sombongnya. Setahu Leonardo, hubungan Elena dengan saudara sepupunya memang kurang harmonis, termasuk dengan Angela kakak sepupunya. Hanya ada satu saudara sepupu yang dekat dengan Elena. Itupun saat pernikahan dia tidak datang karena berada di luar negeri. Dengan Agela, Leonardo tidak bisa welcome hanya karena apa yang sudah Elena ucapkan karena kurang harmonisnya mereka."Tidak bisa kak, aku harus kembali ke kantor. Karena
Guyuran hujan sore hari itu begitu sangat deras. Deru petir di langit begitu sangat menggelegar. Leonardo dibuat pusing tiba-tiba karena harus mendapatkan kabar jika istrinya pergi ke tempat peristirahatan terakhir ayah bundanya di saat hujan begitu sangat deras. Jalanan yang begitu macet dan licin, membuat Leonardo tidak bisa mempercepat untuk mengendarai mobilnya. "Oh ayo sayang, kamu kenapa tiba-tiba begitu." Pikiran Leonardo kemana-mana. Ia takut terjadi apa-apa.Setelah beberapa hari kemarin Leonardo menceritakan jika dirinya bertemu dengan kakak sepupu Elena, membuat Elena sedikit berbeda dari sebelumnya. Istrinya lebih sedikit berbicara dan selalu bilang tidak terjadi apa-apa. Pagi tadi pun, Elena nampak baik-baik saja. Bahkan Leonardo yang mengantar Elena sendiri pergi ke kampus untuk mengajar Mahasiswanya.Leonardo mencoba untuk sabar mengemudikan mobilnya. Ia juga menjaga dirinya sendiri agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pikirannya tetap tertuju kepada istri
Leonardo tidak bisa tenang, ia masih menunggu istrinya sedari tadi yang belum sadarkan diri. Tangannya terus berpangku di bawah dagu, menopang dagu runcingnya dengan tatapan lurus menatap Elena. Kapan istrinya akan sadarkan diri? Apa obat yang Elena minum terlalu tinggi dosisinya. Sehingga Elena belum saja membuka matanya. Dona masuk ke dalam kamar setelah ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Leo melihat Dona membawakan nampan yang berisi makanan di atasnya. Memang sejak, pulang sedari tadi. Leonardo belum sempat untuk mengisi perutnya. Sibuknya kerja dan ditambah dengan kondisi Elena, membuat Leonardo tidak peduli dengan dirinya sendiri. "Tuan makan dulu, kesehatan tuan juga harus diperhatikan. Semoga nona Elena habis ini akan sadarkan diri." Dona menaruh nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang."Makasih Dona, habis ini akan ku makan. Kamu bisa kembali ke bawah. Maaf sudah merepotkan kamu untuk harus datang kesini." Leo menatap Dona dengan raut wajahnya sendu."Tidak masalah