Guyuran hujan sore hari itu begitu sangat deras. Deru petir di langit begitu sangat menggelegar. Leonardo dibuat pusing tiba-tiba karena harus mendapatkan kabar jika istrinya pergi ke tempat peristirahatan terakhir ayah bundanya di saat hujan begitu sangat deras. Jalanan yang begitu macet dan licin, membuat Leonardo tidak bisa mempercepat untuk mengendarai mobilnya. "Oh ayo sayang, kamu kenapa tiba-tiba begitu." Pikiran Leonardo kemana-mana. Ia takut terjadi apa-apa.Setelah beberapa hari kemarin Leonardo menceritakan jika dirinya bertemu dengan kakak sepupu Elena, membuat Elena sedikit berbeda dari sebelumnya. Istrinya lebih sedikit berbicara dan selalu bilang tidak terjadi apa-apa. Pagi tadi pun, Elena nampak baik-baik saja. Bahkan Leonardo yang mengantar Elena sendiri pergi ke kampus untuk mengajar Mahasiswanya.Leonardo mencoba untuk sabar mengemudikan mobilnya. Ia juga menjaga dirinya sendiri agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pikirannya tetap tertuju kepada istri
Leonardo tidak bisa tenang, ia masih menunggu istrinya sedari tadi yang belum sadarkan diri. Tangannya terus berpangku di bawah dagu, menopang dagu runcingnya dengan tatapan lurus menatap Elena. Kapan istrinya akan sadarkan diri? Apa obat yang Elena minum terlalu tinggi dosisinya. Sehingga Elena belum saja membuka matanya. Dona masuk ke dalam kamar setelah ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Leo melihat Dona membawakan nampan yang berisi makanan di atasnya. Memang sejak, pulang sedari tadi. Leonardo belum sempat untuk mengisi perutnya. Sibuknya kerja dan ditambah dengan kondisi Elena, membuat Leonardo tidak peduli dengan dirinya sendiri. "Tuan makan dulu, kesehatan tuan juga harus diperhatikan. Semoga nona Elena habis ini akan sadarkan diri." Dona menaruh nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang."Makasih Dona, habis ini akan ku makan. Kamu bisa kembali ke bawah. Maaf sudah merepotkan kamu untuk harus datang kesini." Leo menatap Dona dengan raut wajahnya sendu."Tidak masalah
Leonardo menepati janjinya kepada Elena, dia tidak akan berangkat ke kantor hanya demi menenmani Elena di rumah. Mungkin terkesan berlebihan, karena dirinya seorang CEO yang bisa seenaknya untuk datang atau tidak ke kantor. Saat Leonardo tengah fokus dengan layar laptopnya, Elena tengah ikut andil untuk membersihkan rumah. Semua orang sudah melarang Elena untuk bersih-bersih termasuk Leonardo, tapi apa keinginan Elena. Semunya tidak bisa ditentang. Elena tengah membantu bibi ART nya untuk membersihkan dapur. Mereka berdua baru saja seleai berperang dengan alat-alat dapur untuk membuat masakan yang enak. Meja makan yang begitu lebar bisa dilihat jika ada banyak makanan yang sudah terjadi dan siap untuk dimakan."Nona, apa ada tamu hari ini? Jadi banyak makanan yang kita masak nona." Tanya Bibi paruh baya bernama Juminah."Nggak bi. Kan saya masak untuk saya, Mas Leo sama semua ART disini. Mumpung saya lagi libur ngajar di kampus, Mas Leo juga lagi kerja di rumah." Jelas Elena sambil t
Halo, selamat pagi. Apakah kalian sudah sarapan pagi? atau kalian sedang menjalankan puasa sunnah di awal bulan muhharam ini? oke baiklah aku mau cerita sebentar. Mungkin aku sendiri di Good Novel yang suka cerewet di setiap isi novelku. Yang sering curhat dan ngasih part sendiri buat aku bercerita. Oke baiklah, sebelumnya hampir beberapa hari aku nggak bisa nulis nggak bisa update. Karena aku harus menyelesaikan tugas akhir kuliah. Ya, aku harus menyelesaikan skripsiku dan aku harus menjalankan ujian skripsi. Huh alhamdulillah sekarang udah ku jalani hanya tinggal beberapa revisi saja untuk pembenahan. :( Untuk semua orang yang mau baca, aku minta dukungan dari kalian semua ya. Biar habis ini aku bisa semangat lagi. Komen aja gapapa kalau aku ada kesalahan penulisan, kalau ceritaku masih kurang menarik. Kalian bisa komen untuk apa aja. Yang nantinya bisa membangkitkan semangatku. Oh ya, ada 1 masalah yang muncul. Ya itu masih permulaan ya..Nanti masih ada kejutaan lagi. Jangan lupa
Sore ini Leonardo bergegas untuk mengantar Elena.Ia ingin menepati janjinya kepada Elena untuk menemani berbelanja apapun sepulang kerja. Sore menjelang malam, mobil yang mereka pakai sampai di salah satu mall ternama di Jakarta. Leonardo langsung menggenggam tangan Elena masuk ke dalam mall dan langsung menuju ke tempat yang Elena inginkan.Sore ini Elena hanya mengenakan setelan baju tidur kemeja pendek dan celana tidur bergambar panda. Meskipun hanya mengenakan setelan alakadarnya, di mata Leonardo Elena tetap terlihat sangat cantik. Cantiknya yang alami, membuat Leonardo menyadari jika istrinya itu hampir sempurna."Ayang gak malu pakai baju tidur kaya gini?" Tanya Leonardo kepada Elena yang begitu santai dengan baju yang dikenakan. "Nggak sih mas. Biasa aja sih. Mas malu ya pergi sama Elena yang pakai baju alakadarnya gini?" Elena menatap suaminya meminta jawaban jujur dari hatinya."Malu nggak lah sayang. Malah mas mau mengatakan sama dunia. Kalau istri mas itu cantik banget.
Pagi ini, Leonardo tengah mempresentasikan rencana kerja bulan depan. Banyak hal yang Leo perbaruhi, untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sebelumnya. Dibantu dengan Hans yang nantinya akan mencatat setiap masukan dari rapat kali ini. Para ketua bidang Leonardo yang diam serius mendengarkan apa yang Leonardo paparkan."Pak, kalau di bagian bidang keungan saya ingin menambahi. Kalau semisal sebelumnya pengecekan laporan keuangan dari setiap cabang kita lakukan satu minggu sekali, bagaimana kalau sekarang kita lakukan setiap hari. Mengingat kemarin kejadian hotel yang ada di Jawa Barat sampai seperti itu." Ucap ketua bidang keuangan di kantor pusat Leonardo."Boleh juga itu masukannya. Jadi gini saja. Pagi pas waktu kerja itu adalah laporan keuangan hari kemarin. Kalau laporan hari ini, kita memiliki jam kerja yang berbeda juga. Bagaimana, Pak Anton?" Leonardo mengembalikan ke ketua bidang bidang keuangan."Boleh pak. Kita coba dulu untuk satu bulan ke depan." Jawab
"Huek huekk huek." Leonardo langsung membuka matanya ketika mendengar seseorang yang sedang muntah di kamar mandi. Ia menepuk kasur di sebelahnya, mencoba mencari keberadaan istrinya. Bola mata Leonardo langsung membelak, ketika menyadari jika istrinya yang sedang muntah di dalam kamar mandi. Dengan kondisi mata yang masih menahan ngantuk, Leonardo langsung melangkahkan kakinya menghampiri sangat istri. "Elena, astagaa." Leonardo kaget melihat Elena yang jongkok di lantai. "Mas, Elena tiba-tiba mual. Nggak enak perut Elena. Huek." Elena kembali muntah."Sayang apa kamu hamil? Kamu tiba-tiba muntah soalnya" Ujar Leo sambil memijat leher Elena agar bisa muntah dengan lega."Mas ini, kok bisa-bisanya bilang Elena muntah karena hamil. Ya siapa tau Elena masuk angin atau salah makan atau apa gitu. Kok bisa-bisanya langsung bilang Elena hamil sih mas." Elena memlotot ke arah Leonardo. Leonardo memilih diam dahulu dan terus memijat tengkuk leher Elena dari belakang. Setelah beberapa meni
Taman belakang rumah kini terasa rame karena semua pekerja di rumah Leonardo kini tengah berkumpul. Mereka nampak kebingungan karena Leonardo tiba-tiba meminta mereka menghentikan pekerjaannya untuk berkumpul bersama. Leonardo dibantu dengan Dona menyiapkan dan menata semua makanan yang sudah mereka beli ketika perjalanan pulang. Aneka makanan yang begitu menggiurkan dibeli Leonardo dengan banyaknya."Tuan lagi ulang tahu ya? Kok banyak makanan?" Tanya Dona berani membuka suara."Enggak Dona. Ulang tahun saya masih akhir tahun." Leonardo tersenyum manis."Apa tuan habis menang lotre dapat uang banyak terus beli makanan sebanyak ini?" Imbuh Parjo yang ikut penasaran."Tidak juga. Sudah kalian duduk dulu. Saya akan memberitahukan kalian sesuatu berita bahagia. Sini sayang duduk di samping mas!" Leonardo menepuk tempat kosong di sebelahnya dan meminta Elena bergeser.Elena langsung menggeserkan badannya "Iya mas." "Oke langsung saja, nggak usah banyak kata dan banyak omong ya. Jadi hari