Pagi ini, Leonardo tengah mempresentasikan rencana kerja bulan depan. Banyak hal yang Leo perbaruhi, untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sebelumnya. Dibantu dengan Hans yang nantinya akan mencatat setiap masukan dari rapat kali ini. Para ketua bidang Leonardo yang diam serius mendengarkan apa yang Leonardo paparkan."Pak, kalau di bagian bidang keungan saya ingin menambahi. Kalau semisal sebelumnya pengecekan laporan keuangan dari setiap cabang kita lakukan satu minggu sekali, bagaimana kalau sekarang kita lakukan setiap hari. Mengingat kemarin kejadian hotel yang ada di Jawa Barat sampai seperti itu." Ucap ketua bidang keuangan di kantor pusat Leonardo."Boleh juga itu masukannya. Jadi gini saja. Pagi pas waktu kerja itu adalah laporan keuangan hari kemarin. Kalau laporan hari ini, kita memiliki jam kerja yang berbeda juga. Bagaimana, Pak Anton?" Leonardo mengembalikan ke ketua bidang bidang keuangan."Boleh pak. Kita coba dulu untuk satu bulan ke depan." Jawab
"Huek huekk huek." Leonardo langsung membuka matanya ketika mendengar seseorang yang sedang muntah di kamar mandi. Ia menepuk kasur di sebelahnya, mencoba mencari keberadaan istrinya. Bola mata Leonardo langsung membelak, ketika menyadari jika istrinya yang sedang muntah di dalam kamar mandi. Dengan kondisi mata yang masih menahan ngantuk, Leonardo langsung melangkahkan kakinya menghampiri sangat istri. "Elena, astagaa." Leonardo kaget melihat Elena yang jongkok di lantai. "Mas, Elena tiba-tiba mual. Nggak enak perut Elena. Huek." Elena kembali muntah."Sayang apa kamu hamil? Kamu tiba-tiba muntah soalnya" Ujar Leo sambil memijat leher Elena agar bisa muntah dengan lega."Mas ini, kok bisa-bisanya bilang Elena muntah karena hamil. Ya siapa tau Elena masuk angin atau salah makan atau apa gitu. Kok bisa-bisanya langsung bilang Elena hamil sih mas." Elena memlotot ke arah Leonardo. Leonardo memilih diam dahulu dan terus memijat tengkuk leher Elena dari belakang. Setelah beberapa meni
Taman belakang rumah kini terasa rame karena semua pekerja di rumah Leonardo kini tengah berkumpul. Mereka nampak kebingungan karena Leonardo tiba-tiba meminta mereka menghentikan pekerjaannya untuk berkumpul bersama. Leonardo dibantu dengan Dona menyiapkan dan menata semua makanan yang sudah mereka beli ketika perjalanan pulang. Aneka makanan yang begitu menggiurkan dibeli Leonardo dengan banyaknya."Tuan lagi ulang tahu ya? Kok banyak makanan?" Tanya Dona berani membuka suara."Enggak Dona. Ulang tahun saya masih akhir tahun." Leonardo tersenyum manis."Apa tuan habis menang lotre dapat uang banyak terus beli makanan sebanyak ini?" Imbuh Parjo yang ikut penasaran."Tidak juga. Sudah kalian duduk dulu. Saya akan memberitahukan kalian sesuatu berita bahagia. Sini sayang duduk di samping mas!" Leonardo menepuk tempat kosong di sebelahnya dan meminta Elena bergeser.Elena langsung menggeserkan badannya "Iya mas." "Oke langsung saja, nggak usah banyak kata dan banyak omong ya. Jadi hari
Elena dibuat terkejut karena tiba-tiba suaminya memberi kabar jika sudah berada di parkiran Fakultas Seni. Leonardo akan mengajaknya untuk ikut datang ke acara reuni sahabatnya suaminya waktu di UI. Elena tidak mau menolak apa yang suaminya minta, sebab sama saja akan menyakiti hatinya. Dengan langkah yang sedikit terburu-buru, Elena bergegas untuk pergi ke parkiran Mahasiswa Fakultas Seni. Dari kejauhan Elena bisa lihat mobil mewah yang sangat mencolok dari kendaraan lainnya. Leonardo berdiri dengan tegap bersandar di pintu mobil bagian kemudi."Kamu kok dari pagi nggak ngabarin kalau mau ada reuni mas?" Tanya Elena sambil mencium punggung tangan Leonardo."Mas aja baru tahu ini tadi sayang. Yaudah mangkanya mas tanya ke kamu ada jam lagi nggak. Yaudah ayo, takut jalannya macet keburu kesorean juga."Leonardo melingkarkan tangan kanannya di punggung Elena. Ia mengajak Elena untuk pergi ke pintu sebelah kemudi daj membukakan pintu untuk istrinya.Tanpa banyak buang waktu, Lenardo berg
Elena melangkahkan kakinya keluar kelas. Hari ini ia hanya ada satu jam mata kuliah di kampus. Jadi setelah ia mengajar ia memutuskan untuk segera pulang. Langkah kakinya ia ayunkan menuju parkiran kampus untuk menghampiri Parjo yang sudah menunggunya."Bu Elena." Sapa seorang Mahasiswi yang kebetulan murid Elena."Oh iya halo." Elena membalasnya dengan senyuman."Bu selamat atas kehamilannya. Ibu sehat-sehat selalu. Mari bu.""Iya, terimakasih ya." Dikenal dengan dosen yang ramah, membuat Elena menjadi dosen idola di Fakultas Seni. Apalagi dengan dirinya yang juga humble dan terbuka ke semua Mahasiswanya. Elena terus melangkahkan kakinya sampai bertemu dengan Parjo yang sudah menunggunya berdiri di samping pintu kemudi."Parjo, kita langsung pulang aja ya. Saya nanti siang soalnya mau ada meet sama guru seni musik se nasional." Ucap Elena langsung masuk ke dalam mobil setelah Parjo membukakan pintu."Siap nyonya." Ia bergegas langsung masuk ke dalam mobil setelah memastikan majikann
Leonardo malam ini tengah berlembur ria bersama Hans. Ia tengah meninjau bisnisnya yang ada di Singapura yang saat ini tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hatinya tergerak ingin cepat pulang, tapi pekerjaan tambahan membuat dirinya menahan rasa rindu kepada istrinya."Pak, kalau bisnis bapak terbaru di Singapura mengalami perkembangan terus. Bisa-bisa bapak masuk ke jajaran lima besar orang terkaya se Asean lo pak." Ucap Hans meninggikan."Mana ada Hans. Ya belum sejauh itu juga. Karena hotel disana kan nuansanya Jawa banget. Bukan hotel yang mewah banget. Tapi nggak tau ya kenapa bisa sepesat ini." Jelas Leonardo kepada Hans."Kata bapak, partner kerja bapak yang mengusulkan tema lebih ke tradisional Indonesia. Iya kan?'' Tanya Hans."Iya Hans benar. Dia sangat suka dengan Pulau Jawa. Katanya has banget. Apalagi dia suka sama Jogjakarta. Yaudah kita tinjau yang di Hongkong, untuk hotel disana! Pulang nanti bensin mobil kamu saya isi full. Intinya kita tinjau lagi laporan
Minggu ini Leonardo dibuat geleng-geleng kepala oleh kelakuan istrinya. Bagaimana tidak, pagi-pagi setelah bangun tidur, Elena mengajaknya untuk pergi ke pasar hanya untuk membeli ikan cupang. Entah ini nafsu sang istri atau emang bawaan hormon ibu hamil, Leonardo pun tahu. Jarak pasar tradisonal dengan rumah mereka juga lumayan jauh, tetapi Elena malah meminta pergi berkendara menggunakan motor matic yang mana membuat kaki suaminya kesakitan karena Leo yang terlalu tinggi.Motor matic milik satpam komplek terpaksa Leonardo sewa karena memang di rumahnya tidak ada motor matic sama sekali. Elena sendiri juga tidak bisa menggunakan kendaraan. Para pekerja mereka juga hampir semuanya tinggal di rumah dan tidak ada yang pulang. "Sayang, kenapa pengen ikan cupang sih?" Tanya Leo sambil menggenggam tangan Elena memutari pasar tradisonal."Gara-gara nonton upin ipin mas, lihat mereka pada punya ikan cupang. Elena jadi pengen punya." Jawab Elena antusias."Bukannya gampang mati sayang ikan c
Hari ini Elena meminta izin untuk pergi ke rumah opah dan omanya. Karena sudah lama juga ia tidak pergi main ke rumah orang tua ayahnya itu. Meskipun Leonardo mengizinkan, Elena tidak bisa sendirian. Kali ini tidak hanya Parjo yang menemaninya, Dona diminta Leonardo untuk menemani Elena pergi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."Leonardo kenapa tidak ikut denganmu sayang?" Tanya oma kepada Elena."Mas Leo sangat sibuk oma. Elena nggak mau ganggu. Tapi nanti kalau udah selesai kerja diusahakan akan mampir kesini." Ucap Elena sambil tersenyum manis."Sekarang perut kamu terlihat buncit sedikit. Udah berapa minggu sayang?" Tanya oma sambil mengelus perut Elena."Sekarang sudah lima belas minggu oma. Doain Elena bisa kuat sampai lahiran nanti ya oma." Elena tersenyum ke arah omanya."Oma pasti doain nak. Apalagi ini akan jadi cucu pertama. Eh bukan cucu deh. Tapi lebih tepatnya cicit ya sayang. Kalau Elena kan baru cucu oma." Oma menertawai dirinya sendiri."Definisi kalau om