*Elena sebelum menikahElena tengah bercanda gurau bersama saudara-saudara sepupunya. Karena lamanya ia tinggal di Singapore membuat dirinya sangat merindukan saudara-saudara sepupunya. Saat sudah beranjak dewasa, Elena sudah berani untuk pergi ke Indonesia sendiri. Ayah dan bundanya sudah mengizinkan untuk pergi sendirian naik pesawat."Eh Elena, apa kau sangat suka tinggal di Singapore dari pada tinggal di Indonesia?" Tanya Kiren kakak sepupunya."Aku lebih suka tinggal di Indonesia kak, karena aku bisa selalu bersama saudara-saudaraku. Kalau di Singapore ayah bunda sibuk dengan bisnis dan temanku disana sangat sedikit. Aku lebih suka di Indo pastinya." "Apa kamu nggak berkenalan dengan cowok disana?" Tanya Kiren."Tidak kak. Aku tidak berani. Karena ayah begitu posesif denganku." Jawab Elena dengan jujur.''Oh c'mon uncle. Kamu aja habis ini mau S2 lo El. Masa ayahmu gak boleh kamu berkencan dengan laki-laki disana. Please deh ini zaman udah modern banget lo El." Imbuh Angela. Kak
"Apa dia sejahat itu, Le?" Tanya Jordan.Pagi ini Jordan pergi ke kantor Leonardo hanya menanyakan hubungan antara Angela dan Elena. Pasalnya beberapa hari yang lalu saat Jordan diajak untuk pergi ke rumah oma, ia merasakan ada hal yang berbeda pada Elena. Jordan menyadari itu bahkan sebelum Leonardo datang. Tapi dia membisu, karena ia tidak mau bertanya terlebih dahulu mengingat dia baru mengenal keluarga Elena."Gue nggak tahu betul Jo. Angela membuat Elena begitu trauma. Dan awal pernikahan kita juga ada something dengan Angela, but for me itu sangat spele. Tapi bikin Elena sakit." Jujur Leonardo mengingat kejadian setelah bertemu dengan Angela."Kejadian apa itu?" Tanya Jordan penasaran."Gue gak bisa cerita Jo. Tapi gue harap, Angela bisa lemah lembut saat di tangan lo." Leonardo menyesap kopi hitam yang sudah dibuatkan office boy kantornya."Gimana ya Jo, emang gue sama Angela belum lama sepakat buat jalin hubungan. Tapi lo tau sendiri kan, di usia kepala tiga ini. Gue juga butu
Meskipun sedang hamil, Elena tetap semangat dalam memberikan materi kuliah ke dosennya. Pagi ini dirinya tengah memberikan materi di dalam kelasnya. Style andalannya mengenakan blouse dan rok tak lupa sneakers putih kesayangan yang selalu menjadi ciri khas Elena. Aura anak muda masih terpancar dalam diri Elena. "Untuk melatih teknik vokal kita, ada beberapa macam jenis pernapasan yang dilakukan. Pertama adalah pernapasan dada. Caranya adalah dengan menghirup udara ke dalam paru-paru bagian atas. Ini adalah jenis pernapasan pendek dan tidak cocok dipakai saat bernyanyi. Saat melakukan pernapasan dada, dada akan menggembung." Elena mempraktikkan di depan bagaimana cara melakukan pernapasan dada dan setelah itu mulai menyanyi."Bu kalau pernapasan dada digunakan waktu apa?" Tanya salah satu Mahasiswanya."Kalau pernapasan dada biasanya dilakukan ketika menyanyi saat nada-nada rendah dalam vokal. Tapi ketika pakai teknik ini, penyanyi biasanya sering kehabisan nafas. Jadi harus hati-hati
"Kamu lupa sayang kalau hari ini ulang tahun?" Tanya Leonardo sambil menuntun Elena berdiri di tengah-tengah banyak orang.Elena menggelengkan kepalanya. Memang nyatanya kalau hari ini dirinya lupa dengan hari ulang tahunnya. Elena masih dibuat bingung dengan kejutan tiba-tiba yang diberikan untuknya. Elena dengan muka datarnya melihat orang-orang disekitarnya. "Baik rekan-rekan semua. Istri saya lupa dengan ulang tahunnya sendiri. Jadi sebentar ya saya ingin mengingatkan istri saya dulu. Sayangku, hari ini tanggal sepuluh Maret. Tepat di tanggal ini kamu bertambah usia ke dua puluh tujuh tahun lho sayang. Hari ini, hari kelahiran istri cantikku dan calon ibu untuk anak-anak kita nanti." Ucap Leonardo dengan lembut.Elena melihat layar ponselnya. Dan ia langsung membulatkan matanya. Tahun ini ia melupakan ulang tahunnya sendiri. Elena langsung memeluk Leonardo dengan erat. Ia merasa terharu karena suaminya membuat kejutan di ulang tahunnya kali ini. "Selamat Bu Elena." "Selamat Ele
Jordi tengah duduk di ruang tengah rumah Leonardo dan Elena. Setelah, perayaan kejutan ulang tahun untuk Elena, Leonardo mengajak adik ipar sepupunya itu pergi untuk mampir. Karena ia tahu, Elena sudah lama tidak dengan bertemu dengan adiknya itu. "Mas izinin kalian ngobrol, mungkin kalian butuh ngobrol berdua." Ucap Leonardo menuruni anak tangga dengan baju santai."Gak papa mas El sama Jordi dulu?" Tanya Elena memastikan."Gak papa sayang. Tapi ingat, Jordi baru sampai di Indonesia tadi pagi banget. Jadi dia masih capek. Jangan terlalu malam. Jordi nginep sini dulu. Abang mau ajak kamu besok ya." Kata Leonardo."Iya bang. Jordi disini dulu ya. Kangen sama Kak Elena."Balas Jordi."Iya gak papa. Abang juga pengen banyak ngobrol sama kamu. Kalau gitu aku ke atas dulu. Kalau butuh apa-apa telfon ya. Sayang, mas mau main game ya. Mau mabar." Leonardo mengecup puncak kepala Elena."Iya sayang." Elena tersenyum manis ke arah Leo.Elena melangkahkan kakinya untuk kembali ke lantai atas. Ia
Elena pagi ini tengah menyiapkan makan untuk sarapan pagi. Sebab, hari ini ia libur tidak pergi ke kampus untuk pergi mengajar. Bersama Dona ia menyiapkan makanan untuk sarapan pagi bersama. Hari-hari Elena dan Leonardo mengajak semua pekerjanya untuk makan bersama tanpa terkecuali. "Nona, tuan kok belum turun ya.?" Tanya Dona kepada Elena. Ia menanyakan Leonardo yang belum menampakkan batang hidungnya untuk turun ke bawah."Iya ya Dona. Bentar deh aku cuci tangan. Habis itu aku ke atas dulu." Setelah cuci tangan Elena menaiki anak tangga untuk melihat Leonardo. Ia takut jika suaminya belum bangun tidur. Sehingga membuat telat datang ke kantor. Elena tidak suka jika Leonardo harus telat datang meskipun suaminya seorang CEO. Saat sudah sampai di kamar, Elena terkejut ketika Leonardo masih bergulat dengan selimut tebalnya. Hanya terlihat kepala Leo dan kedua bola matanya masih terpejam. Elena menghampiri suaminya dan langsung menggoyang tubuhnya."Astaga, Mas Leo demam tinggi. Mas, s
Daniel yang saat ini sudah selesai jam kerjanya praktik di rumah sakit, ia mengernyitkan dahinya karena mendapatkan pesan masuk dari Elena. Pesan dari Elena yang berisikan jika Leonardo demam dan tak kunjung turun juga. Ia bergegas merapihkan ruangannya untuk segera ke rumah sahabatnya itu. Daniel melangkahkan kakinya keluar rumah sakit dengan langkah kaki yang terburu-buru. Orang-orang yang menyapanya, Daniel hanya tersenyum sekilas. Saat, hendak keluar rumah sakit. Panggilan dari seseorang membuat Daniel menghentikan langkahnya."Bang Daniel." Jordi memanggil Daniel.Setelah berbincang waktu itu dengan Elena. Leonardo langsung mengenalkan Daniel dengan adik ipar sepupunya. Karena Jordi sendiri, belum mengenal banyak orang apalagi untuk bekerja di rumah sakit saat ini."Oh iya Jo. Gimana?" Tanya Daniel."Kenapa buru-buru? Jordi lihat abang langkah kakinya cepet banget.." Jordi penasaran."Kamu nggak tau? Si Leo suaminya kakak sepupumu lagi sakit. Elena nyuruh gue kesana. Dari pagi d
Setelah selesai mengisi kelas, Elena berniat untuk pergi ke toko kue Maura. Ia ingin membeli kue untuk dirinya sendiri. Nafsu makan Elena semakin meningkat. Terlihat sekarang pipinya semakin chubby, perutnya mulai membuncit karena kandungan Elena sudah memasuki usia empat bulan. Bersama Parjo Elena pergi ke toko kue Maura. Parjo memilih menunggu majikannya di luar daripada harus ikut masuk ke dalam. Karena ia sendiri merasa tidak pantas jika mengikuti majikannya lebih jauh. Elena melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam toko kue Maura."Hai Maura." Panggil Elena lalu cipaka-cipiki dengan Maura."Ih kukira kamu gak jadi datang lo. Aku nungguin kamu dari tadi. Ayo duduk disana, sambil makan kue. Akhirnya kamu kesampaian juga buat datang kesini ya. Kamu mau makan apa kue disini?" Tanya Maura."I think, red velvet is not bad Maura." Elena menyebutkan menu kue yang ia mau."Okay. Kamu duduk disana dulu." Elena melangkahkan kakinya untuk duduk di salah satu meja yang sudah disedia