"Kamu lupa sayang kalau hari ini ulang tahun?" Tanya Leonardo sambil menuntun Elena berdiri di tengah-tengah banyak orang.Elena menggelengkan kepalanya. Memang nyatanya kalau hari ini dirinya lupa dengan hari ulang tahunnya. Elena masih dibuat bingung dengan kejutan tiba-tiba yang diberikan untuknya. Elena dengan muka datarnya melihat orang-orang disekitarnya. "Baik rekan-rekan semua. Istri saya lupa dengan ulang tahunnya sendiri. Jadi sebentar ya saya ingin mengingatkan istri saya dulu. Sayangku, hari ini tanggal sepuluh Maret. Tepat di tanggal ini kamu bertambah usia ke dua puluh tujuh tahun lho sayang. Hari ini, hari kelahiran istri cantikku dan calon ibu untuk anak-anak kita nanti." Ucap Leonardo dengan lembut.Elena melihat layar ponselnya. Dan ia langsung membulatkan matanya. Tahun ini ia melupakan ulang tahunnya sendiri. Elena langsung memeluk Leonardo dengan erat. Ia merasa terharu karena suaminya membuat kejutan di ulang tahunnya kali ini. "Selamat Bu Elena." "Selamat Ele
Jordi tengah duduk di ruang tengah rumah Leonardo dan Elena. Setelah, perayaan kejutan ulang tahun untuk Elena, Leonardo mengajak adik ipar sepupunya itu pergi untuk mampir. Karena ia tahu, Elena sudah lama tidak dengan bertemu dengan adiknya itu. "Mas izinin kalian ngobrol, mungkin kalian butuh ngobrol berdua." Ucap Leonardo menuruni anak tangga dengan baju santai."Gak papa mas El sama Jordi dulu?" Tanya Elena memastikan."Gak papa sayang. Tapi ingat, Jordi baru sampai di Indonesia tadi pagi banget. Jadi dia masih capek. Jangan terlalu malam. Jordi nginep sini dulu. Abang mau ajak kamu besok ya." Kata Leonardo."Iya bang. Jordi disini dulu ya. Kangen sama Kak Elena."Balas Jordi."Iya gak papa. Abang juga pengen banyak ngobrol sama kamu. Kalau gitu aku ke atas dulu. Kalau butuh apa-apa telfon ya. Sayang, mas mau main game ya. Mau mabar." Leonardo mengecup puncak kepala Elena."Iya sayang." Elena tersenyum manis ke arah Leo.Elena melangkahkan kakinya untuk kembali ke lantai atas. Ia
Elena pagi ini tengah menyiapkan makan untuk sarapan pagi. Sebab, hari ini ia libur tidak pergi ke kampus untuk pergi mengajar. Bersama Dona ia menyiapkan makanan untuk sarapan pagi bersama. Hari-hari Elena dan Leonardo mengajak semua pekerjanya untuk makan bersama tanpa terkecuali. "Nona, tuan kok belum turun ya.?" Tanya Dona kepada Elena. Ia menanyakan Leonardo yang belum menampakkan batang hidungnya untuk turun ke bawah."Iya ya Dona. Bentar deh aku cuci tangan. Habis itu aku ke atas dulu." Setelah cuci tangan Elena menaiki anak tangga untuk melihat Leonardo. Ia takut jika suaminya belum bangun tidur. Sehingga membuat telat datang ke kantor. Elena tidak suka jika Leonardo harus telat datang meskipun suaminya seorang CEO. Saat sudah sampai di kamar, Elena terkejut ketika Leonardo masih bergulat dengan selimut tebalnya. Hanya terlihat kepala Leo dan kedua bola matanya masih terpejam. Elena menghampiri suaminya dan langsung menggoyang tubuhnya."Astaga, Mas Leo demam tinggi. Mas, s
Daniel yang saat ini sudah selesai jam kerjanya praktik di rumah sakit, ia mengernyitkan dahinya karena mendapatkan pesan masuk dari Elena. Pesan dari Elena yang berisikan jika Leonardo demam dan tak kunjung turun juga. Ia bergegas merapihkan ruangannya untuk segera ke rumah sahabatnya itu. Daniel melangkahkan kakinya keluar rumah sakit dengan langkah kaki yang terburu-buru. Orang-orang yang menyapanya, Daniel hanya tersenyum sekilas. Saat, hendak keluar rumah sakit. Panggilan dari seseorang membuat Daniel menghentikan langkahnya."Bang Daniel." Jordi memanggil Daniel.Setelah berbincang waktu itu dengan Elena. Leonardo langsung mengenalkan Daniel dengan adik ipar sepupunya. Karena Jordi sendiri, belum mengenal banyak orang apalagi untuk bekerja di rumah sakit saat ini."Oh iya Jo. Gimana?" Tanya Daniel."Kenapa buru-buru? Jordi lihat abang langkah kakinya cepet banget.." Jordi penasaran."Kamu nggak tau? Si Leo suaminya kakak sepupumu lagi sakit. Elena nyuruh gue kesana. Dari pagi d
Setelah selesai mengisi kelas, Elena berniat untuk pergi ke toko kue Maura. Ia ingin membeli kue untuk dirinya sendiri. Nafsu makan Elena semakin meningkat. Terlihat sekarang pipinya semakin chubby, perutnya mulai membuncit karena kandungan Elena sudah memasuki usia empat bulan. Bersama Parjo Elena pergi ke toko kue Maura. Parjo memilih menunggu majikannya di luar daripada harus ikut masuk ke dalam. Karena ia sendiri merasa tidak pantas jika mengikuti majikannya lebih jauh. Elena melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam toko kue Maura."Hai Maura." Panggil Elena lalu cipaka-cipiki dengan Maura."Ih kukira kamu gak jadi datang lo. Aku nungguin kamu dari tadi. Ayo duduk disana, sambil makan kue. Akhirnya kamu kesampaian juga buat datang kesini ya. Kamu mau makan apa kue disini?" Tanya Maura."I think, red velvet is not bad Maura." Elena menyebutkan menu kue yang ia mau."Okay. Kamu duduk disana dulu." Elena melangkahkan kakinya untuk duduk di salah satu meja yang sudah disedia
Sore ini, Leo menghembuskan nafasnya kasar. Ia merasa sangat lelah, karena setelah beberapa hari ia sakit. Membuat pekerjannya sedikit menumpuk. Hans sendiri juga sudah membantu banyak untuk Leonardo. Tapi bala bantuan Hans tidak cukup untuk mengurangi beban kerja Leonardo.Menjadi CEO, bukanlah pekerjaan yang mengenakkan. Bahkan sangat berat apalagi harus memimpin banyak orang yang bekerja di bawahnya. Mengamati langsung, menilai pekerjaan karyawan dan harus menstabilkan atau menaikkan pendapatan bisnisnya."Udah pak, jangan dipaksa semuanya. Bapak baru sembuh soalnya." Ucap Hans ketika melihat Leonardo berkali-kali menghela nafasnya kasar."Iya Hans. Saya paham kok. Ini yang bisnis resto di Solo, agak mengalami penurunan jumlah pelanggan ya. Nanti kabari pimpinan disana. Buat cari ide yang menarik untuk menarik pelanggan kembali. Atau bisa adain promo beli satu makanan gratis apa gitu. Suruh perbaiki lagi platingan makanannya." Kata Leo sambil melihat laporan salah satu restoran yan
Tanggal merah ini, Elena meminta Leonardo untuk pergi ke salah satu panti asuhan yang ada di Jakarta. Mereka tidak hanya pergi berdua melainkan bersama Daniel, Maura dan Jordi. Mainan yang tempo hari sudah dibeli Leonardo, tak lupa di bawa untuk dibagikan untuk anak-anak. Daniel dan Jordi yang kesibukannya menjadi seorang dokter, sangat senang untuk pergi ke panti. Mereka juga berinisiatif untuk memeriksa kesehatan anak-anak yang ada disana. "Jo, cepat carikan adik sepupu ipar untukku. Biar kamu kemana-kemana nggak sendirian." Goda Elena ketika mereka keluar masing-masing dari mobil yang mereka kendarai. Mereka berpergian dengan tiga mobil, karena di bagian kursi belakang mereka isi barang-barang yang akan disumbangkan."Apa sih kak? Jo, belum pengen jadi kepala keluarga. Baru aja lulus." Jawab Jordi sewot. "Buset dah sewot amat." Elena terkekeh."Ayang ini, kok godain Jordi. Kasihan lo." Leonardo mengusap rambut Elena"Gapapa mas sesekali." Mereka pun langsung masuk ke dalam panti
Setelah acara berbagi dengan anak panti, mereka berlima langsung pergi ke rumah sakit. Untuk membawa anak panti yang terkena demam berdardah. Jordi yang sendirian, kini di kursi belakang diisi sang ibu dan anak itu. Jordi mulai panik, karena tiba-tiba sebelum berangkat sang anak demamnya menjadi tiga puluh sembilan derajat. Hampir setengah jam berkendara, kini mereka sudah sampai di rumah sakit tempat Daniel dan Jordi bekerja. Jordi pun langsung menggendong sang anak tanpa banyak kata. Daniel, Maura, Leonardo dan Elena juga bergegas untuk turun dari mobil. "Perawat, perawat siapkan brankar." "Perawat, perawat brankar cepat."Teriak Jordi memanggil para perawat yang berlalu lalang untuk segera membawa brankar. "Jo, tahan bentar bawa adiknya." Ucap Daniel berusaja menenangkan Jordi.Maura dan Elena berusaha menenangkan sang ibu panti. Karena tiba-tiba sang anak tersebut tiba-tiba tak sadarkan diri di gendongan Jordi. Tak lama setelah Jordi berteriak, beberapa perawat datang sambil m