Share

Istri Dari Kakek
Istri Dari Kakek
Penulis: La Bella Rose

bab 1 : Pertemuan pertama

Suara rintihan malam hari di sebuah jalanan yang gelap dengan jurang di salah satu sisi jalan tersebut membuat malam begitu mencekam.

"Bos ..." lirih pria yang memegangi lengan sebelah kanannya yang berdarah, pria itu bermandikan keringat malam dengan bau darah yang mengalih dari lengannya yang tertembak.

"Tenanglah," ucap Arga mengikat kain putih di lengan asistennya, dia mengikatnya cukup kencang membuat asistennya yang bernama Domeng berteriak kesakitan, tapi hal itu dilakukan agar pendarahan di lengan Domeng tidak terlalu banyak.

"Diamlah, atau kau akan kehabisan darah!"

"Bos, tolong ... jangan tinggalkan aku." Domeng merintis seraya memegang lengan Arga yang hendak pergi setelah mengikat lengan Domeng. Wajahnya menunjukan permohonan dan juga ketakutan.

Arga menepis tangan Domeng. "Jangan lemah!"

Masalahnya mereka sedang berhadapan dengan seseorang yang berusaha membunuh mereka. Domeng berteriak seraya menangis melihat punggung bosnya semakin menjauh, meninggalkannya di balik semak-semak.

"ITU DIA!"

Dua orang pria langsung menoleh dan segera menodongkan pistol tapi Arga lebih dulu menembaki mereka.

DOR

DOR

Setelah dua pria itu tumbang kini Arga menembak salah satu lengan musuhnya yang tengah merangkak untuk mengambil pistol setelah sebelumnya kaki pria itu berhasil di lumpuhkan oleh tendangan Arga.

"Aaaargghh!" jeritan kesakitan sudah menjadi hal biasa ditelinga Arga. Bau darah yang masuk ke indra penciumannya bukan hal yang menganggu untuk pria bernama lengkap Maharga Robinson tersebut.

Arga menghela nafas panjang, akhirnya, akhirnya dia berhasil membunuh kelima musuh yang mengikuti mobilnya tadi. Dia hanya menyisakan satu pria yang masih hidup dengan tangan dan kaki yang terluka.

Sedetik kemudian, mobil berhenti di belakang Arga dan empat pria keluar dari mobil tersebut. Arga menoleh. "Bawa pria yang masih hidup itu dan bawa Domeng ke Rumah Sakit, dia ada di belakang semak-semak!"

"Baik, Tuan," mereka menjawab kompak dan segera mengikuti perintah Tuan nya.

****

Kejadian tadi seakan menjadi angin lalu, kini pria jangkung itu kini sedang bersantai, duduk di salah satu meja cafe bersama kakeknya. Dia sesekali meneguk minuman beralcohol di tangannya.

"Apa kau akan bertemu dalam keadaan mabuk dengan gadis yang akan menjadi istrimu, Arga?"

Arga acuh, tidak menjawab sama sekali, selain memalingkan wajah ke arah lain dengan meneguk minumannya.

"Arga!" sang kakek berbicara tegas.

Arga mendengus kasar dan menyimpan minumannya dengan kasar di meja. "Aku harus ke Rumah Sakit, Domeng terluka."

"Apa Domeng lebih penting dari calon istrimu?"

"Menurutmu?" Arga menarik ujung bibirnya tersenyum seraya menaikan satu alisnya.

Hal itu membuat sang kakek yang bernama lengkap Federic Robinson salah paham, senyuman Arga membuat Federic ngeri, bagaimana jika ada hubungan khusus antara cucu kesayangannya dan Domeng? Asisten gila, menurut Federic.

"J-jangan bilang kau dan Domeng --- Argaaa!!" Belum selesai bicara Federic diharuskan berteriak sebab Arga tiba-tiba pergi meninggalkannya.

"ARGA KEMBALI KAU!" Federic sampai berdiri meneriaki cucunya, tapi punggung Arga semakin menjauh dan pergi membuat rahang kakek tua itu menegang kesal. Dia mengusap wajahnya gusar, mengatur nafasnya akibat amarah yang hampir meledak. Arga terlalu keras kepala untuk Federic.

Baru saja hendak masuk ke dalam mobil, tangan Arga di pegang oleh seseorang dari belakang, dia pun menoleh.

"Tuan, bisakah kau membantuku?" ucap seorang gadis dengan gaun berwarna pink di atas lutut, wajahnya di poles make up yang cukup tebal tapi wajah sedihnya tampak terlihat jelas.

Arga langsung menghempaskan tangannya yang di pegang gadis itu. "Siapa kau?"

"Tuan, namaku Cherry, aku kesini ---"

"Aku tidak punya urusan denganmu!" potong Arga.

"Ya, aku tau, tapi aku memohon untuk meminta bantuan." Gadis itu merapatkan kedua tangannya untuk serius memohon kepada Arga. "Bantu aku, aku tidak mau di ---"

"Jika kau meminta bantuan agar pergi dari tempat ini, masuk ke mobil sekarang, karena aku tidak punya waktu lagi!" Setelah mengatakan itu pun Arga masuk ke balik kemudi dan gadis bernama Cherry pun segera mengitari mobil, masuk dan duduk di samping Arga.

Arga mendengus kasar, kenapa gadis ini harus duduk di depan, kenapa tidak di belakang saja. Tapi karena terburu-buru akhirnya dia membiarkan gadis itu dan mobil pun melaju pergi.

"Aku benar-benar berterimakasih kepadamu, Tuan. Aku tadi hendak bertemu dengan pria yang akan menjadi suamiku, aku sangat tidak menginginkan pernikahan ini, ini perjodohan yang tidak diinginkan. Sekarang aku bisa kembali ke rumah dan mengatakan jika pria itu juga tidak mau menikah denganku."

Cherry bisa bernafas lega, setidaknya dia tidak bertemu dengan calon suaminya. Gawat jika tadi dia bertemu dan ternyata pria itu ingin menikahi Cherry dan setuju dengan perjodohan ini. Gadis itu mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan kepada kakeknya.

Arga mengambil sebotol air di dashboard, dia membuka tutup botol air tersebut. "Siapa nama pria yang menjadi calon suamimu?" tanya Arga lalu meneguk air tersebut.

"Maharga Robinson."

Uhuk ... uhuk

Arga langsung tersedak minumannya sendiri. Apa? Nama dirinya yang disebut? Tidak salahkah gadis ini? Maksud Arga, tidak salahkah kakeknya menjodohkan Arga dengan gadis bermake up tebal ini.

"Tuan, apa kau baik-baik saja?" Cherry memberikan tissue kepada Arga, Arga mengambilnya dan membersihkan mulutnya.

"Dimana rumahmu?" tanya Arga.

"Komplek perumahan Indah kencana."

"Aku akan mengantarmu sampai rumah dan katakan dengan jelas kepada kedua orang tuamu, jika Maharga Robinson menolak mentah-mentah perjodohan ini!"

"Ya, aku memang akan mengatakan itu," jawab Cherry yang heran saat melihat wajah Arga. Mengapa Arga terlihat sangat kesal ketika mengatakan hal demikian seakan Arga juga tidak suka dengan perjodohan untuk Cherry.

Si*l, bagaimana bisa aku menikah dengan gadis berwajah badut ini. Make upnya saja sangat tebal.

Perjalanan mereka tidak lancar sama sekali, lagi dan lagi mobil Arga diikuti mobil asing di belakangnya. Cherry tidak sadar, dia bersikap biasa saja, asik menikmati pemandangan di luar mobil.

Arga mendengus kasar melihat mobil di belakangnya dari spion. Dia akhirnya menginjak pedal gas dengan kuat membuat Cherry terkesiap kaget.

"Eh ... eh ... kok ngebut." Cherry yang panik memegang seatbealtnya dengan erat. "Tuan, ada apa?"

"Diamlah!" sentak Arga membuat Cherry terkesiap untuk yang kedua kalinya.

Arga mencengkram stir dengan kuat, kedua alisnya mengerut dengan mata yang fokus pada jalanan di depan, suara decitan mobil akibat menyalip mobil yang lain terlalu keras membuat Cherry beberapa kali berteriak.

Sangat gila, mobil ini seakan hendak mengantarkan Cherry ke akhirat.

"Tuan, aku tidak mau mati." Cherry memohon dengan suara gemetar.

"Aku juga bod*h!" sahut Arga. "Diamlah!"

Cherry mengigit bibir bawahnya lalu mencoba melihat ke belakang. Sekarang, dia mengerti mengapa mobil ini melaju seperti sedang balapan.

Cherry ingin bertanya, siapa yang mengikuti mereka, tapi dia terlalu takut untuk membuka suara. Alhasil dia hanya diam dalam ketakutan dan doa-doa yang dia panjatkan dalam hatinya, semoga dia masih bisa melihat matahari esok pagi.

"Si*l!" gerutu Arga melihat seseorang di mobil itu menodongkan pistol, sepertinya dia hendak menembak ban mobil Arga agar oleng.

Ciiittt.

Semesta mendukung Arga malam ini, untungnya ketika peluru melesat dari mobil di belakang, ada belokan yang membuat Arga langsung membanting stir ke arah kanan dan menginjak pedal gas lebih kuat lagi.

Mobil yang membuntuti Arga diisi dua orang pria. Mereka kebingungan, setelah mobil Arga berbelok, mengapa tiba-tiba mobilnya hilang. Pria di balik kemudi memukul stirnya dengan kesal.

"Sial! Dia berhasil kabur!"

"Harus kemana kita? Kiri, kanan atau lurus?" tanya pria yang lain melihat ada pertigaan di depan.

"Kan ---"

BRAKHHH

Belum selesai pria itu berbicara dari arah kanan mobil Arga menabrak keras bagian kanan mobil musuh yang mengikutinya. Jangan tanya seberapa menjeritnya Cherry, gadis itu bahkan sampai tak sadarkan diri sekarang.

Arga menghela nafas beberapa kali melihat mobil musuhnya sangat hancur padahal hanya di tabrak dari samping. Tidak sia-sia dia memodifikasi mobilnya di Amerika, mobilnya menjadi sangat kuat, bagian depannya hanya hancur sedikit.

Kini Arga menoleh ke samping dan dia berdecak melihat gadis bermake up tebal itu tak sadarkan diri sekarang.

#Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status