Share

bab 4 : Menikah

****

Satu minggu kemudian segala persiapan soal pernikahan pun selesai. Federic sudah mengatur semuanya, dua hari lagi pesta pernikahan akan digelar.

Selama satu minggu ini Cherry masih menjaga toko laundry-nya. Dia berusaha sibuk agar tidak terlalu memikirkan pernikahannya dengan Arga.

Dia masih mencuci baju-baju pelanggannya, menyetrika, melipat sampai di titik dia kelelahan dia pun istirahat, duduk sambil mengusap keringatnya dan Matteo pun datang membawa jus apel.

"Ini, kakek buatkan jus kesukaanmu." Matteo menyodorkan jus itu kepada Cherry.

Cherry mengambilnya tanpa mengucapkan terimakasih. Sudah satu minggu hubungan cucu dan kakek itu renggang, bahkan Cherry sudah tidak mengobrol lagi bersama Matteo, tidak seperti biasanya.

Matteo tahu Cherry marah dan juga kecewa tapi Matteo berharap apa yang dikatakan Federic akan terjadi suatu saat nanti. Jika mereka akan berakhir saling mencintai.

Ingin sekali Matteo meminta maaf karena tidak bisa menolak keinginan sahabatnya itu. Tapi percuma, hal itu pasti akan memperburuk suasana hati Cherry.

Pria tua yang rambutnya sudah memutih itu pun kembali masuk ke dalam rumah.

Cherry mengeluarkan ponselnya setelah meminum setengah jus yang dibuat kakeknya.

Dia membuka notif berita baru di ponselnya. Dan dia tercengang melihat Rafka dinobatkan menjadi chef terbaik lagi tahun ini kemudian senyuman pun perlahan mengembang di wajah Cherry.

Rafka adalah kakak kelasnya saat sekolah dulu. Cherry sudah menyukainya dari jaman sekolah tapi Rafka tidak tahu. Tidak ada kesempatan juga yang membuat Cherry bisa berbicara berdua bersama Rafka karena sekarang dia bukan orang sembarangan yang mudah berbicara atau bertemu dengan orang lain.

"Hebat!" komentar Cherry saat melihat foto Rafka diberita itu.

****

Pernikahan yang ditunggu-tunggu oleh Federic pun berlangsung. Banyak awak media yang datang untuk meliput, rekan bisnis dan sahabat lama Federic juga ikut hadir.

Di atas altar, Arga dan Cherry tengah menyalami para tamu undangan. Arga terlihat tersenyum tapi tidak dengan Cherry, sepanjang acara dia menunjukan wajah tidak terimanya dengan pernikahan ini hingga Arga harus beberapa kali menyikut lengan gadis itu untuk mengingatkannya agar tersenyum.

Dan dari kejauhan Domeng hanya bisa menggelengkan kepala melihat pernikahan bosnya itu. Sesekali dia meneguk wine di tangannya.

"Selera bosmu akhirnya turun juga," ucap seorang perempuan sexy bergaun merah yang menghampiri Domeng.

Mata perempuan itu tak henti menatap Cherry yang menurutnya wajahnya biasa saja sementara mata Domeng tak henti menatap tubuh perempuan sexy itu. Domeng menelan salivanya susah payah, tubuhnya luar biasa sexy.

Beberapa awak media naik ke atas altar untuk mewawancarai Arga dan Cherry.

"Tuan, bisa anda ceritakan pertemuan pertama kalian dan apa yang membuat Tuan tertarik untuk menikahi istri anda?"

"Dan apakah kalian sebenarnya sudah lama berpacaran tapi merahasiakannya dari orang-orang?"

Cherry menghela nafas, malas sekali dia dengan para wartawan ini. Tapi dia terkejut saat Arga tiba-tiba menarik pinggangnya.

"Aku menyukainya saat pertama kali melihatnya dan aku langsung berniat untuk menikahinya tanpa memikirkan apapun lagi." Arga menjawab pertanyaan dari wartawan itu dengan tersenyum.

Cherry pun menatap wajah Arga dari samping. Dia hanya berpikir pintar sekali Arga berakting seolah-olah dia bahagia dan Arga pun kini menatap wajah Cherry.

"Bukankah begitu, sayang?" seru Arga menaikan alisnya dengan senyuman palsu yang belum memudar di wajahnya.

Cherry menghela nafas menahan amarahnya, ingin sekali dia memukul wajah Arga yang masih tersenyum dan ingin sekali dia menyingkirkan tangan Arga yang masih melingkar di pinggangnya.

Dan Arga malah menahan tawa melihat wajah kesal Cherry hingga matanya turun ke bibir gadis itu dan ciuman pun mendarat disana membuat semua orang menjerit dengan apa yang dilakukan Arga.

Mencium istrinya saat wawancara, sebagian perempuan yang hadir merasa iri. Federic dan Matteo juga tidak menyangka jika Arga berani melakukan hal itu. Federic tersenyum bangga tentunya.

***

Dengan langkah kesal Cherry masuk ke dalam kamar diikuti Arga di belakangnya. Dia membuka heelsnya dan melemparnya sembarangan, Arga menutup pintu kamar dan menguncinya.

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk menciumku di depan banyak orang ya!" kesal Cherry sampai menunjuk wajah Arga.

"Turunkan tanganmu, kau tidak berhak menunjuk wajahku seperti itu!"

"Lalu apa kau berhak berbuat sesukamu?"

"Hanya ciuman, seperti kau tidak pernah melakukannya saja, cih!" Arga membuka jasnya.

"Ya, aku tidak pernah melakukannya, itu first kiss-ku!"

Arga terdiam sejenak. "Oh." Dia kembali membuka jasnya.

Arga hanya merasa aneh saja, bagaimana bisa manusia yang umurnya diatas dua puluh tahun belum pernah kiss sama sekali.

"Hanya oh? Aku serius!"

"Lalu aku harus apa? Meminta maaf?" tanya Arga menatap Cherry.

"Ya, setidaknya minta maaf!"

"Jangan harap! Itu bukan kesalahan, aku tidak perlu minta maaf," ucap pria itu yang kini tengah membuka jam tangannya lalu menyimpannya di meja.

Cherry mendesis kesal dengan sikap angkuh pria itu.

"Sebenarnya apa yang membuatmu menerima perjodohan ini?"

Arga tidak menjawab, kini dia tengah membuka kancing kemejanya dengan membelakangi Cherry.

"Hei, aku bertanya!"

Arga masih bergeming.

"Kau tuli!"

"Jangan berkata kasar, aku tidak suka!

"Kalau begitu jawab!"

Arga malah kembali diam membuat Cherry mendengus kasar. Di tariknya dengan kasar lengan pria itu hingga dia berbalik dengan seluruh kancingnya yang sudah terbuka memperlihatkan tubuhnya yang atletis dan kotak-kotak. Cherry membulatkan mata, menjerit dan langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Arga menarik ujung bibirnya tersenyum. "Ternyata kau tidak sabaran ya ..."

"A-apa maksudmu?" seru Cherry.

Gadis itu mundur perlahan ketika Arga berjalan mendekat.

"Aku sedang membuka baju dan kau langsung menarikku."

"Aku menarikmu karena kau tidak menjawab pertanyaanku!" seru Cherry dengan masih menutupi wajahnya.

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?"

Gadis itu terus mundur sampai tubuhnya menabrak dinding dan kini terkunci oleh tubuh kekar pria itu.

"Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa ketika aku menikahi gadis berwajah badut yang aku temui beberapa hari yang lalu," seru Arga seraya mengusap rambut Cherry dan gadis itu langsung menepis tangan Arga dari rambutnya.

Arga terkekeh kecil. "Bagaimana kalau kita lewati malam yang panjang ini sekarang, hm?"

Dibalik tangannya Cherry membulatkan mata. Apa maksud dari perkataan Arga barusan? Cherry mulai gelisah.

"Apa maksudmu? Jangan macam-macam!"

Arga menarik ujung bibirnya tersenyum.

"Federic, sudahlah ... jangan ganggu mereka, mungkin mereka sedang istirahat." Matteo menahan tangan Federic yang mengajaknya ke kamar Arga dan Cherry.

"Istirahat bagaimana? Mereka pengantin baru, tidak mungkin istirahat. Aku harus memastikan mereka sedang membuat keturunan yang baru untuk keluarga Robinson."

"Federic!" Matteo menggelengkan kepala dan masih menahan tangan Federic yang masih menarik tangannya.

"Ayolah Matteo!"

Mereka saling tarik menarik satu sama lain hingga akhirnya Matteo pun pasrah dan mengikuti Federic.

Dua kakek tua yang rambutnya sama-sama memutih itu berjalan mengendap-ngendap menaiki anak tangga, celengak-celingkuk bak maling yang memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Ini bukan ide yang bagus menurut Matteo tapi Federic keras kepala.

Mereka sampai di depan pintu kamar Arga, Federic menempelkan daun telinganya dan Matteo pun dengan polosnya mengikuti apa yang dilakukan Federic.

"Auw ... Sakit, pelan-pelan!" teriak Cherry membuat Matteo dan Federic terkejut.

"Aku sudah pelan!"

Federic tersenyum senang sekaligus bangga mendengarnya. Apa mereka sedang membuat keturunan sesuai yang diharapkan Federic?

"Federic, sudah-sudah ... ayo pergi, jangan seperti ini. Ini tidak sopan."

Federic menepis tangan Matteo yang hendak menariknya. "Mereka sedang membuat cicit untuk kita," serunya dengan terkekeh pelan.

"Iya iya aku tau, sudah ayo pergi jangan ganggu."

Matteo pun berhasil membawa sahabatnya itu untuk berhenti menguping padahal yang sebenarnya terjadi di dalam kamar.

"Sakit, pelan-pelan, kau ini tidak bisa memijat dengan lembut ya!" seru Cherry saat Arga memijat kedua bahunya terlalu keras.

"Aku ini sudah pelan. Kau berisik sekali!"

Sebelumnya Arga meminta Cherry memijatnya tapi Cherry memberi syarat dengan bermain kertas batu gunting dan ternyata Cherry menang akhirnya Cherry lah yang dipijat Arga.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status