Share

IDPK - Part 8. Tidak Dapat Tikus 2

"Maaf, Pak. Saya tidak menemukan tikus satu pun di sini," lapor Sherly sambil terengah-engah. Dia sudah tidak tahan lagi dengan situasi menyedihkan yang sedang dialaminya.

Haryo menoleh. Wajah pria tua itu terlihat tidak suka ketika menatap Sherly. Dia tidak suka mendengar laporan Sherly yang tidak berhasil menemukan tikus satu pun. 

Jelas-jelas, menantunya ketakutan gara-gara tikus. Masak tenaga ahli pengusir tikus tidak berhasil mengusirnya.

Sungguh keterlaluan.

"Anda sama sekali tidak profesional, Mbak. Kenapa agensi bisa kirimkan orang nggak punya pengalaman seperti Anda, Mbak." Haryo mendegus.

Jujur, dia tidak suka mendapatkan pekerja profesional tapi tidak berpengalaman seperti gadis yang datang ke rumah mereka saat ini.

Tak urung, Haryo mengomelinya habis-habisan dan menyalahkan dirinya atas ketidakprofesionalan Sherly. Sebagai tenaga ahli pemburu tikus ternyata tidak memberi hasil yang diinginkan.

"Nama kamu siapa, Mbak?" tanya Haryo mencecar dengan pertanyaan.

"Sherly, Pak." Sherly merasa sedikit berharap saat Haryo bertanya namanya.

"Baiklah, Mbak Sherly. Nanti saya akan komplai ke perusahaan anda. Anda sama sekali tidak profesional," ucap Satrio tak menutupi apapun. Bahkan dia membiarkan Sherly untuk over thinking.

"Jangan, Pak. Saya nanti kehilangan pekerjaan," pintanya. Padahal, Sherly sama sekali bukan bagian dari pekerja karyawan yang diminta oleh mereka. Padahal pekerjaan pengusir tikus itu hanya akting, tapi Sherly ketakutan saat mau dilaporkan. Sepertinya dia lupa kalau semua itu hanya akting. 

"Nggak ada tikus sama sekali di dapur ini, Pak," bela Satrio yang kasihan melihat papinya memarahi Sherly. 

"Kamu tahu apa! Yang sehari-hari ada di dapur itu Lilian, bukan kamu!" bentak Haryo menatap kesal pada putranya.

Satrio yang tadinya akan mengucapkan kalimat selanjutnya memutuskan untuk menelan kembali ucapannya.

Melihat kasih sayang orang tua Satrio untuk Lilian begitu besar. Sherly kesal, tapi juga tidak bisa berbuat apapun. Gadis itu hanya menunduk lesu mendapatkan amarah dari ayah Satrio. 

"Saya sebagai pelanggan, benar-benar kecewa, Mbak! Anda sangat-sangat tidak profesional! Menantu saya jelas-jelas sangat terganggu dengan keberadaan tikus, Anda masih berani bilang tidak ada tikus!" 

Haryo Sasongko masih belum puas memarahi Sherly. Jangan bertanya bagaimana penampakan Sherly saat ini, wajah cantiknya sudah merah padam tidak karuan.

"Udah, Pa. Mbaknya biar pulang!" Satrio berusaha membuat papinya berhenti mengomel. 

Melihat Sherly yang menyedihkan, Satrio merasa tidak tega. Semua ini gara-gara si Sebloh kurang ajar itu. 

Di saat yang sama, Lilian menyeringai sambil menikmati es sirup dari gelasnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Satrio. Pria itu sangat geram dengan kemampuan Lilian. 

Hah! Lain kali dia tidak akan membalas semua ini. 

"Tunggu aja nanti, Sebloh! Kamu tak hih!" geram Satrio marah. Tanpa sepengetahuan Haryo dan Fatimah, Satrio mengacungkan kepalan tangannya pada Lilian.

Sementara Lilian yang berdiri di samping Fatimah hanya tersenyum penuh kemenangan. Hah, akhirnya dia berhasil mengusir pelakor itu dengan menyedihkan. Mertuanya sangat kooperatif membantunya. 

Namun, pada dasarnya Lilian bukanlah seorang wanita kejam. Melihat penampilan Sherly saat ini, dia tidak ingin memperpanjang urusan.

"Iya, Pih. Kasihan mbaknya udah berusaha keras mengejar tikus. Jangan dimarahi lagi, ya, Pih. Lilian ndak mau Papi jadi sakit gara-gara-gara ini," bujuk Lilian pada Papi mertuanya.

"Bener kata Lilian, Pi. Ingat jantung papi!" tambah Fatimah mengingatkan.

Haryo menghela napas panjang. 

"Baiklah, silakan pulang, Mbak!" Haryo mengangsurkan amplop untuk membayar jasa Sherly. Wajah pelakor itu sudah merah padam saat menerima amplop tersebut.

Sherly melangkah menuju pintu keluar dengan begitu gusar. Bagaimana mungkin Satrio hanya diam saja tidak membelanya sedikit pun di depan orang tuanya. Bahkan ketika saat mereka memarahi Sherly, Satrio hanya bisa garuk-garuk kepala.

"Aku sebel kamu, Mas!" gumamnya lirih ketika melangkah keluar dari rumah Satrio.

Sementara Lilian menarik napas lega. Lain kali dia tidak akan memberi toleransi jika Satrio masih berani membawa pelakor itu pulang ke rumahnya. Dia menatap tajam ke arah Satrio. Lilian marah dengan caranya dan Satrio juga akan marah nanti setelah Papi dan Mami pulang.

"Hah, akhirnya tikusnya sudah keluar dari rumah ini!" sindir Lilian di telinga Satrio sambil menyeringai.

"Kamu benar-benar Wewe gombel, Bloh!" balas Satrio sambil berbisik. 

Tidak tahan rasanya untuk memulai WAR dengan Lilian hari ini. Sialnya, papi dan mami belum berniat pulang dari rumah Satrio. Terpaksa, pemuda itu harus menahan diri. 

"Tunggu nanti kalau papi dan mami pulang, Bloh! Kita akan membuat perhitungan!" geramnya.

Lilian harus membayar mahal karena telah membuat Sherly hari ini terlihat sangat menyedihkan. 

"Okey, siapa takut. Aku cukup bakoh untuk berhadapan dengan kamu satu lawan satu, Mas!" balas Lilian sambil mencomot kue red velvet yang tadi hanya tersisa tiga potong.

Satrio mengepalkan tangannya penuh amarah. Sementara Lilian sibuk mengunyah kue, tak peduli dengan kemarahan Satrio.

"Satrio, Lilian! Kalian ke sini!" titah Haryo dari meja makan.

Satrio dan Lilian yang masih saling tatap penuh permusuhan. Seketika tersenyum begitu manis saat mendengar Haryo memanggil.

"Ya, Pi." Keduanya serentak menjawab. 

Pasangan suami istri itu melangkah beriringan menuju meja makan. Mereka tak ingin membuat Haryo menunggu lebih lama.

Hah, akhirnya pertunjukan ini selesai juga. Di satu sisi Satrio merasa lega, karena Lilian tidak mengatakan apapun tentang perselingkuhannya dengan Sherly. Namun, di saat yang sama kemarahannya pada Lilian sudah membakar dada.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
Sebloh memang hebat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status