Dua ibu hamil, berbagai macam snack di hadapannya. Dua lelaki yang berperan sebagai suami hanya memandang tanpa menggangu, Kevin menoleh ke arah Altar.
“Kamu udah tau anak kamu cewek atau cowok?” tanya nya.
Altar menggeleng. “Biarlah jadi kejutan pas lahiran nanti. Lah kamu sendiri gimana?” Tanya balik Altar.
“Ya sama, biar jadi kejutan aja pas dia lahir nanti.” jawab Kevin. “Kita bikinnya gak janjian loh padahal ya, tapi mereka ini kayaknya nanti lahirannya hanya berjarak beberapa hari deh. Karin sama Liora udah sama-sama bulat gitu.” tambah Kevin dan tentu saja percakapannya dengan Altar tak sampai ke telinga istri-istri mereka.
Altar mengangguk pelan, Karin dan Liora sangat akur menyantap makanan mereka. Semua makanan ringan di beli oleh Karin karena bosan memakan cemilan ibu hamil terus menerus, sedangkan Liora jelas tidak berani memakan cemilan tanpa ijin dari Kevin tentunya.
Bayangan gadis belasan tahun yang imut, berpakaian cantik memamerkan lekuk tubuhnya. Senyum tipis di bibir kecil berisi. Rambut hitam sedikit bergelombang alami di tata secantik mungkin, mempercantik wajahnya yang memang sudah cantik.Namun, dia bukan sepenuhnya anak belasan tahun. Perut buncitnya menandakan ia bukanlah anak kecil. Di depan layar kamera, jepretan gambar dengan silau blitz kamera menangkap pose Kevin dan Liora.Karin dan Altar berdiri di belakang fotografer untuk menunggu giliran mereka foto juga. Karin tak berhenti tersenyum, menatap Kevin dan Liora, sang fotografer sendiri mengarahkan pose apa yang harus Kevin dan Liora lakukan.“Kak Kevin biasa foto formal buat isi berita kantor, sekarang dia harus foto kayak gini pasti canggung banget.” Karin tertawa pelan membuat Altar suaminya menoleh.“Kamu ini kalau mau ngerjain kakak kamu emang gak nanggung-nanggung.”“Ini bukan ngerjain tau. Lagian gak tiap ha
Waktu baru menunjukkan pukul tiga sore setelah acara pengambilan gambar selesai. Kevin mengajak Liora ke rumah sakit untuk periksa, hari ini memang waktunya periksa dan karena dokter yang sering menangani Liora sedang ada di luar kota alhasil Kevin mengajak Liora ke rumah sakit umum.“Kamu bawa buku ibu hamil?” tanya Liora karena tidak tau akan di bawa ke rumah sakit oleh Kevin.“Udah. Semua kebutuhan aku siapain biar sewaktu-waktu kita butuh gak bingung. Ayo turun, kita jumpai dokter di dalam. Dokter Widia yang sering periksa kamu lagi gak ada jadi aku bawa kamu ke sini.” Kevin menggandeng tangan Liora begitu keluar dari mobil, pintu di tutup oleh Kevin, keduanya lantas memasuki bangunan rumah sakit.Lantai putih dan dinding serba putih menyambut kedatangan Liora. Perawat dan para keluarga pasien di rumah sakit itu berlalu lalang kesana kemari sampai membuat Kevin harus mendekatkan Liora padanya agar tidak tertabrak o
Kevin turun dari lantai dua berniat untuk ke ruang kerja, ada beberapa hal yang harus ia kerjakan, Tepat menginjakkan kaki di lantai utama, Kevin langsung di hampiri oleh salah satu asisten rumah tangganya. Kevin menoleh.“Den.” panggil mbok Inem.“Ada apa mbok?” tanya Kevin.“Anu, Den. Mbok mau ijin pulang kampung, ponakan Mbok nikahan, gak enak kalau Mbok sebagai salah satu keluarga sedarah gak datang. Aden kasih ijin Mbok pulang kampung ‘kan, Den?”“Mbak Nunik juga ikut Mbok?” tanya Kevin, karena setau Kevin Nunik adalah anak dari Mbok Inem, Mbok inem mengangguk. “Mbok mau ijin berapa hari?” Kevin kembali bertanya.“Masih belum tau, Den. Kampungnya Mbok kan jauh, mungkin paling lama dua minggu. Tapi kalau Aden bisanya kasih ijin kurang dari seminggu, Mbok sama Nunik nanti bakalan usahain cepet balik.”“Gak Mbok. Tiga minggu juga Kevin kasih ijin kok. Mbok
Sudah tiga hari semenjak Si Mbok dan anaknya pulang kampung, Kevin masih belum mendapatkan pengganti sementara. Asisten rumah tangga yang tersisa hanya Mbak Husni, jelas satu orang mengurus banyak hal di rumah sebesar rumah Kevin pasti akan kelabakan.“Wirdan, orang yang aku suruh kamu datangin ke rumah aku sampai sekarang kok gak datang-datang. Rumah aku kayak kapal pecah nih, asisten rumah tangga di rumah tinggal satu.” Omel Kevin pada orang yang ia percaya lewat sambungan telepon.Hembusan nafas terdengar dari seberang. “Pusat jasa asisten rumah tangga lagi kosong, Vin. Ini aku juga lagi nyariin yang terpercaya biar kamunya gak tambah ngomelin aku kalau salah nyariin orang.” Wirdan menjawab, terdengar kesal.“Buruan. Waktumu tinggal dua hari dari sekarang, kalau sampai gak dapet juga nanti kamu yang bakalan aku jadiin asisten rumah tangga di rumah aku. Suruh nyuci sama ngepel biar tau rasa.”“Kamvret! Lo kira g
“Di lantai tiga ada apa?” tanya Liora yang mulai penasaran pada tombol ketiga di lift, saat ini ia dan Kevin baru saja akan kembali ke lantai dua setelah sarapan, tapi tombol ke tiga di lift tersebut membuat Liora mempertanyakan.“Mau lihat?” tanya Kevin, Liora mengangguk. Kevin pun menekan tombol ke tiga, tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di lantai tiga yang hanya terdiri dari dua ruangan. Semua pintu ruangan tertutup, dengan tulisan “JANGAN MASUK” yang terbuat dari kayu yang di pahat khusus tergantung di depan pintu.“Ini tempat apa?” Liora mulai tidak nyaman, selama tinggal di rumah Kevin baru kali ini ia menginjakkan kaki di lantai tiga, tidak seluas lantai satu dan dua, di lantai tiga cuman ada dua ruangan yang tertutup, selain itu suasananya kosong, hanya sebuah bingkai besar dengan gambar bunga mawar merah, selain itu tidak ada yang lain.Kevin tersenyum tipis. Tangannya menekan handle pintu, Liora sege
Liora kembali diam, mungkin itu adalah hobinya ketika ingin marah tapi tidak tau cara mengungkapkannya seperti apa. Pintu terbuka, Kevin berjalan masuk dan menyusul Liora duduk di tepi tempat tidur, perlahan tangan Kevin menyentuh lengan Liora membuat perempuan itu sadar dari lamunan.“Kamu kenapa?” tanya Kevin perhatian.“Kamu ngebolehin mantan kamu kerja sebagai pembantu di sini?” Liora menimpali pertanyaan lain.Terdengar helaan nafas yang di keluarkan oleh Kevin, Wirdan mengatakan jika suami Almira sudah meninggal, sekarang Almira harus mencari nafkah untuk membayar hutang dan mengurus anaknya yang masih bayi. Kevin tidak bisa mengusir Almira untuk bekerja di rumahnya, bagaimanapun juga Kevin sempat pernah dekat dengan Almira.Kevin tau ini salah, memperkerjakan seorang wanita di dalam rumahnya, bukan masalah wanitanya, tapi masalahnya adalah wanita itu pernah sangat Kevin cintai bahkan sekarang pun mungkin demikian, namun Kevi
“Pak Kevin.” panggil Almira tepat ketika Kevin baru saja menginjakkan kaki di lantai satu rumahnya, kepala Kevin menoleh pada Almira. Kevin ingin bersikap ramah seperti biasanya tapi sepertinya untuk kasus Almira ia tidak bisa.“Ya.”“Bapak mau di buatkan teh atau kopi?” tanya Almira.Kening Kevin mengernyit. “Gak perlu. Aku tidak suka dua-duanya.” suaranya terdengar ketus, berjalan meninggalkan Almira tanpa berkata lebih banyak lagi. Kevin mengumpati dirinya sendiri, yang barusan itu seperti bukan dirinya, Kevin tak pernah berkata ketus pada wanita apalagi pada Almira.Pagi ini Kevin masih akan menyelesaikan pekerjaan yang harus di kirim ke Jakarta lewat email, asistennya sudah menunggu berkas yang harus Kevin tanda tangani. Cukup banyak email yang masuk karena Kevin memang akan mengerjakan tugas kantor di rumah selama ia menjaga Liora sampai melahirkan.Pintu di ketuk beberapa kali, tadinya Kevin pi
Tidak ada yang tau jika Almira adalah mantan Kevin, meskipun sekarang Liora sudah tau, bukan berarti Karin dan Sandra juga tau. Dulu Kevin sangat tertutup dengan hubungannya dengan Almira, dan sekarang pun demikian. Kevin harus menutup diri dari sosok Almira, jangan sampai perasaan yang pernah ia berikan untuk Almira kembali datang lagi.Hari ini Kevin menemani Liora untuk melakukan gerakan olahraga khusus ibu hamil, cukup banyak ibu hamil lain di dalam ruang seluas sembilan kali sebelas meter. Di temani oleh para suami atau keluarga yang lain.Liora terlihat mengikuti arahan dari seseorang untuk melakukan gerakan ringan, gerakan itu di maksudkan untuk mempermudah persalinan saat tiba waktu melahirkan nanti. Kevin duduk di kursi tunggu, menunggu Liora sembari mengerjakan sedikit pekerjaan dari layar ipadnya.Tiba-tiba saja Kevin merasa di senggol pelan oleh seseorang yang duduk di sampingnya, hal tersebut tentu saja membuat Kevin menoleh penasaran.