Cesa tidak percaya dengan semua yang Zevin ucapkan.
Benarkah dia mendaftarkan pernikahan kami? Untuk apa? Lalu, tante Diandra? Apa yang harus aku lakukan? 'Tidak, tidak! Aku tidak akan percaya dengan Zevin! Mansion Atmaja seperti neraka! Tidak mungkin Zevin menceraikan Diandra, dia sangat mencintai Diandra!' batin Cesa. Lagipula, dia tak bisa kembali dengan Zevin begitu saja setelah semua yang dia lewati lima tahun ini. Berjuang seorang diri dengan semua cacian dan penghina yang melekat dalam dirinya. Wanita yang hamil di luar nikah! Wanita malam! wanita murahan! Cesa sudah kenyang dengan cacian demi cacian. Walau faktanya Cesa hamil di dalam pernikahan yang Sah, tidak ada yang bisa membuktikan bahwa Cesa tidak hamil di luar nikah... Tidak ada dokumen negara yang bisa menjadi bukti Kehormatannya. Hingga akhirnyUcapan Vista membuat Cesa terbelalak, dia tidak menyangka putrinya itu mengetahui kegiatan malamnya. "Tau dari mana?" tanya Zevin mencoba terus mencari informasi. "Vista lihat sendiri, Dad! Mommy setelah menidurkan kita, pasti akan selalu menangis sambil menciumi pipi Vista!" jawab gadis itu dengan antusias. Tubuhnya terasa langsung sembuh saat bertemu dengan Daddynya. Sedangkan Zevin terus mencuri pandang ke arah Cesa yang masih duduk dengan tegak. 'Dia telah berubah menjadi wanita kuat dan ibu yang hebat!' batin Zevin. 'Tapi nyatanya dia rapuh!' lanjutnya merasa bersalah. Yah, sepanjang berbincang dengan Vista hingga Vista tidur, Zevin dipenuhi sesak karena telah terlambat menemukan Cesa. Hingga istri kecilnya itu harus menjadi seperti sekarang, karenanya. "Sa, kamu tidak bisa lagi menyangkalnya! Dia anakku, kan?" lirih Zevin.
Hati Zevin diliputi gulana luar biasa! 'Apakah benar istri kecilnya telah menikah dan menjadi milik orang lain? Tidak mungkin!' Batinnya berkecamuk memandang kembaran kecilnya yang jelas-jelas persis dirinya. Jelas itu anak Zevin! Ditengah pergolakan batin Zevin, Cesa memandang laki-laki itu, Yah, laki-laki yang dipanggil ayah Zetian oleh Dares. "Dares pasti memaksa kemari ya, Mas? Maaf ya!" liriknya. Laki-laki itu tersenyum teduh, "Tidak apa, sebentar lagi Enci datang menyusul Dares, aku pamit dulu ya!" jawabnya sambil melirik Zevin. Cesa tau arti lirikan itu dan mengangguk, "Terima kasih, Mas!" Laki-laki itu mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan. Sesaat kemudian Cesa memandang Dares yang sudah lebih dulu bersitatap dengan Zevin. "Dares!" panggil Cesa. "Siapa dia, Mom?" tanya Dares dingin tanpa mengalihkan pandangannya. Dengan cepat Zevin berlutut, mensejajarkan dirinya dengan Dares, "Hallo Dares, ini Daddy! Daddymu!" jawab Zevin. "Zevin!"
Sontak Cesa melunak dan memeluk putrinya dengan erat, "Mommy akan pastikan Vista sehat, Nak!" ucapnya. Kemudian Cesa menangkup wajah putri kecilnya, "Mommy berjanji!" Vista mengangguk sambil tersenyum, "Vita tau Mommy, tapi boleh ya jika Vista mau tinggal bersama Daddy! sebentar saja!" ucapnya dengan mata mengedit lucu. Hal yang selalu susah untuk Cesa tolak. Sedangkan Dares yang sudah tau gelagat adiknya itu menghela nafas panjang, "Vista kali ini Kakak beri kelonggaran, satu minggu! Selebihnya paman itu harus pergi!" ucap Dares sambil turun dari ranjang Vista. "Yey, boleh ya Mommy! Boleh ya!" pekik Vista kesenangan. Cesa mengangguk, "Hanya sampai satu minggu, saja!" "Baik Mommyku yang paling cantik!" ucapnya. Cesa hanya tersenyum dan melirik Zevin dengan tajam sekilas. Dilihatnya Dares keluar dari kamar Vista, "Mau kemana, Dares?" tanya Cesa. "Dares pulang, Enci sudah datang menjemput!" ucapnya dingin. Yah, laki-laki kecil itu kembali ke mode awal.
Gadis itu tampak kesal sekali dengan kakaknya, "Daddy, Dares! Bukan paman!" pekiknya. "Daddymu saja, Daddyku sudah awan!" ketus Dares berdiri dan pergi dari ruang tamu. Deg! Jantung Zevin tersayat mendengar perkataan tajam putranya. Putranya tetap menganggap dirinya tak pernah ada, putranya menganggap dirinya telah tiada. Hati ayah mana yang tidak sakit! Sakit sekali! "Dares jahat! Ini Daddy kita, Dares!" teriak Vista hingga sambil menangis. Zevin hanya bisa memeluk gadis itu dengan tatapannya yang masih nanar menatap pintu Dares. Sedang Cesa memilih diam di tempat! Semua yang ada di depannya matanya membuat hatinya dilema dan otaknya pecah. Laki-laki itu tiba-tiba datang dan mengacaukan hidupnya. Juga hatinya mulai kacau karena anak-anaknya yang mulai bersitegang. Cesa memilih berdiri dan masu
Cesa dengan cepat berdiri, "Ayo kerumah sakit sekarang, Zev!" teriaknya. "Ha!" kaget Zevin masih belum menyadari keadaan. "Cepat!" teriak Cesa. Zevin kemudian berdiri menggendong Vista menuju mobil diikuti Cesa dan Dares. Zevin kemudian memberikan Vista pada pangkuan Cesa yang duduk di depan, dan dengan cepat menyambar tubuh Dares, karena tidak mungkin meninggalkan Dares di belakang dan mengendarai dengan cepat. Itu akan berbahaya! Zevin membawa Dares duduk di pangkuannya dan kemudian melajukan mobilnya dengan cepat! Dares kali ini diam dengan ekspresi dingin karena keadaan memang sangat tidak kondisif. Sepanjang jangan, Cesa menangis sambil menciumi wajah putrinya, "Sayangku, bangun Nak!" "Sayangku, Mommy janji akan turuti keinginan Vista, oke! Apapun! Bangun sayangku!" lirihnya.
Seketika Zevin ternganga dengan tubuh yang lemas. Seolah tulangnya luluh lantah, putri yang baru saja ditemuinya, putri yang membuka tangannya lebar untuk merengkuhnya ternyata berada dalam keadaan yang tidak baik. Malaikat kecilnya kesakitan! 'Apa ini semua karma dari perbuatan salahku!' batin Zevin meratap. Zevin merasa jika semua ini karenanya, Zevin sangat bersedia menggantikan sakit yang putri kecilnya tanggung. Jika bisa nyawanya akan jadi tebusan dan biarkan mereka bertiga hidup bahagia tanpa dirinya. Semua kata hanya berhenti di kerongkongan, Zevin sangat terpukul dengan kabar yang diberikan oleh Dokter Irene. Cesa hanya melirik sekilas, dan dia tau Zevin masih dalam keadaan shock. "Kemoterapi akan menyakiti gadis sekecil Vista, Dok!" lirih Cesa. Dokter Irene menghela nafas panjang, "Ini sudah Ibu tunda satu tahun lamanya, Saya yakin
Melihat Daddynya yang begitu mencintai adiknya, dan terlihat dingin namun menyelesaikan masalah dengan sangat tepat, membuat Dares mengagumi Zevin. Biasanya dia dan Mommynya akan kebingungan dan berakhir Mommynya menangis sepanjang malam dalam diamnya. Namun kali ini, semua terasa ringan setelah ada Zevin. Dares mengakui itu! "Tapi dia memang Daddymu, Nak!" jawab Cesa. Cesa berusaha membuat Dares menerima Zevin, agar Dares dan Vista tak lagi bertengkar. Untuk urusan hatinya? Untuk tawaran permintaan kembali pada Zevin? Entahlah, Cesa belum memikirkan itu. Rasanya semua masih teringat jelas di memory nya. "Hmmm, ya, Mom! Tapi kemana dia empat tahun ini? Dimana saat Vista selalu merengek meminta Daddy? Dimana saat kita kesusahan karena Vista sangat drop!" ucap dingin Zevin. Cesa hanya menghela nafas sambil mengusap kepala Dares!
"Kau membawa bukti itu, Sa! Bersama jas yang aku kenakan malam itu!" jawab Zevin pelan. Zevin masih menikmati bisa tidur di pangkuan wanita pemilik hatinya itu. Deg! "Apa kotak musik itu? Apanya bisa menjadi bukti?" Ketus Cesa. Zevin kemudian mendongak, "Ada dimana kotak musik itu?" tanya Zevin sambil tersenyum. Deg! Kali pertama melihat Zevin senyum kepadanya! Yah, kepada Cesa, bukan kepada anak-anak atau kepada orang lain. Jantung Cesa berdetak kencang. "Aku buang!" pekiknya. "Serius? Disana ada surat dan berlian untukmu, apa itu tidak bisa menjadi bukti?" ucap Zevin. Cesa mengernyit, "Surat? Berlian? Tidak ada!" ucapnya. Zevin kemudian memegang tangan istrinya lagi, "Ada space di bawah kotak musik itu, disana aku menyimpan sebagai permohonank