Sore harinya, Vista dan Zevin sudah di pindahkan dari ruang ICU menuju ruang rawat yang sudah Zevin siapkan.
Namun, ranjang yang semula satu, sekarang sudah ditambah menjadi dua ranjang berdampingan untuk Vista dan Zevin. Cesa terlihat senang saat putrinya dan Zevin sudah membuka mata walau masih terlihat lemas. Perawat pergi setelah memberitahukan apa yang boleh dan tidak untuk Zevin dan Vista. Dares sudah duduk disamping Vista sambil menggenggam tangan yang tidak di gips. "Adik masih sakit?" tanya Dares Vista hanya mengedipkan matanya sebagai jawaban. "Maafkan Dares ya? Jangan sakit lagi, Dares sedih kalau Vista sakit!" ucap Dares. "Iya, Kak! Vista sayang Dares banyak-banyak!" jawab Vista lirih. Cesa kemudian mendekat dan duduk di samping ranjang seberang Dares. OtoJantung Zevin nyeri, sesak, dan sakit luar biasa saat mendapati istri kecilnya menahannya untuk tidak menyakiti Demon. Sebegitu buruk kah dia di mata Cesa? Bahkan disaat dirinya lemah seperti ini, masih dianggap akan menyakiti Demon! Apa Cesa tidak mendengar ucapan pedas Demon, yang mengkritik dirinya didepan anak-anaknya. Apakah Demon begitu berarti? Harga diri dan wibawa Zevin telah hancur di depan anak-anaknya! Ditambah lagi pembelaan Cesa! Zevin semakin tak punya harga diri dan wibawa lagi, hancur sudah bersama dengan hatinya saat ini. Mengabaikan semua rasa sakit di hatinya, Zevin menatap intens pada Cesa, "K—kau mencintainya?" Dua kata itu yang bisa keluar dari mulutnya saat ini, dua kata yang sebenarnya tak pernah siap Zevin dengar jawabnnya. Zevin takut mendengar kenyataan jika istri kecilnya mencintai laki-laki lain, mengingat hubun
"Daddy Lumpuh?" tanya Dares dengan cepat. Deg! Jantung Zevin berdetak kencang bukan karena kata [Lumpuh] yang Dares ucapkan, tapi karena sebutan baru dari Dares. [Daddy] Kebahagiaan memenuhi hati Zevin! Bahkan seumur hidupnya, Zevin sangat ingin di panggil Daddy setiap waktu okeh putranya. Panggilan itu terasa begitu indah hingga membuat Zevin berkaca-kaca menatap Dares sambil mengangguk. Hal itu membuat Dares berfikir jika Daddynya itu sedang sedih, dan membuat hati Dares tak tega. Dares kemudian mendekat dan memeluk Daddy dan Vista sekaligus. Pemandangan yang membuat Cesa juga ikut berkaca- kaca, ditambah lagi kondisi Zevin yang menyedihkan. Hati Cesa juga terasa pedih sekali. Apa yang telah terjadi? Kenapa tiba-tiba kaki Zevin lumpuh? Aku harus marah atau sedih saat ini! Hati Ce
"Seperti anak kecil saja, jangan belepotan makannya, Om!" keluh Cesa sambil mengusap sisa makanan di sudut bibir Zevin, "Persis seperti Dares!" Entah kenapa omelan Cesa membuatnya sangat bahagia. Omelan yang sudah dia nantikan lima tahun lamanya. Sama seperti dulu saat Cesa membersihkan lukanya sambil mengomel. Membuat Zevin gemas! 'Bibirnya mengeluh tapi tangannya tetap perhatian' batin Zevin. "Ayo buka mulutnya lagi yang lebar, Om!" keluhnya menyodorkan makanan. Zevin menurut dan membuka mulut dengan lebar hingga kepenuhan hal itu membuat Cesa merasa sangat lucu dan sedih sekaligus. Kenapa sekarang Zevin sangat penurut seperti Dares! Cesa tersentuh sekaligus, saat mendapati tatapan mata Zevin. 'Dia benar-benar jelmaan Dares!' batin Cesa, 'Eh ke
Cesa dikejutkan dengan dokumen pernikahannya legal dari KUA, beserta dengan surat-surat penunjangnya. Sebuah buku warna hijau yang dulu sangat dia inginkan dari Zevin. Yah, Cesa tak bisa memungkiri jika cinta tumbuh di hatinya seiring dengan fakta jika Zevin yang mengambil kesuciannya. Malam dimana Zevin merenggut kesuciannya itu masih Cesa ingat, kelembutan gerakannya dan penuh damba. Cesa benci takdirnya menjadi wanita kedua, namun Zevin terus membayangi hidupnya. Sentuhan Zevin adalah hal pertama untuk Cesa, juga perhatian dan mencintai Zevin adalah sesuatu yang tidak bisa dia tahan. Zevin adalah cinta pertama untuk Cesa. "Om, kenapa tidak dari dulu? Kenapa saat aku sudah mematikan percikan cinta itu! Dimana kamu saat aku sembilan bulan merindukan kamu di tengah beratnya masa kehamilan kembar!" lirih Cesa. "Kenapa tidak menemukan aku saat itu!" lanjutnya
Cesa sedikit bimbang dengan dirinya sendiri, dilihatnya liontin berbentuk hati dengan berlian di tengahnya. Terlihat indah sekali! Bahkan setelah lima tahun terus berada di kotak dan tidak pernah di buka, warna dan cahayanya masih memancar. 'Kenapa aku begitu bodoh!' runtuknya dalam hati. Cesa juga menyesali kebodohannya sendiri karena tidak menyadari ada hadiah istimewa untuknya. Jika dia tau lima tahun silam, mungkin dia tidak akan tersiksa selama mengandung dan melahirkan kembar, juga tidak akan merawat kembar seorang diri. Semua tentu Cesa lakukan dengan Zevin dengan penuh tawa dan bahagia! Terselip rasa bersalah pada kedua anaknya itu, karena telah mengambil hak dari mereka yaitu kasih sayang seorang ayah. Namun, sebagai laki-laki Zevin terlambat menyampaikan keinginannya.. Jadi bukan sepenuhnya salah Cesa. Cesa kemudian
Setelah beberapa lama. Demon mengantar Cesa dan anak-anak kembali ke rumah setelah menemani berbelanja. Dares dan Vista sudah terlihat sangat lelah dan tidur di carsheet mereka. Ya, mobil Demon sudah sejak mereka berdua kecil terpasang dua carsheet untuk mengantar mereka ke sekolah, atau jalan-jalan walau tanpa mommynya. Demon benar-benar menyayangi kedua putra dan putrinya itu. "Sa, Apakah kamu masih belum bisa menjawab lamaranku?" tanya Demon. "Mas, Cesa sudah sering bilang bahwa kita tidak akan pernah bisa bersatu! Aku tidak bisa, Mas!" ucap Cesa. "Kenapa?" tanya Demon. Cesa menghela nafas mencoba berfikir jernih setelah semua kenyataan tumpang tindih di otaknya. "Apa karena daddynya anak-anak?" kejar Demon. Cesa sontak menatap Demon, "Bukankah sebelum daddynya anak-anak datang aku selalu menolakmu? Alasannya sama, Mas!" ucap C
Bukannya Cesa merasa bersalah untuk penolakan pada Demon, justru Cesa mengingat Zevin yang tengah duduk di kursi roda. Seorang diri! Berjuang untuk sembuh tanpa support dari orang-orang terdekatnya. Hati Cesa mulai bimbang! Cesa berjalan menuju kamar Dares setelah mengunci pintu rumahnya. Membaringkan putranya dan menunggu putranya telah mendapatkan posisi nyaman untuk tidur malam ini. Cesa mengusap pipi Dares pelan dengan penuh kasih, menatap wajah yang selalu menghantuinya selama ini. "Kenapa disaat seperti ini, Om terus saja menghantuiku!" gumam Cesa pelan. Memandang wajah Dares seperti memandang wajah Zevin, sehingga malam ini Cesa ingin menuntaskan hatinya dengan memeluk Dares semalaman. Tak mengerti sesak apa dalam dadanya! Cesa hanya ingin merebahkan kepalanya
Demon tampak mendekat dengan seringai jahat yang bahkan tak pernah Cesa lihat selama lima tahun ini. "Stop, Mas! Sadarlah!" pekik Cesa. Demon berhenti dan kembali menatap Cesa dengan tajam, "Oh iya ... Bu Cesa sangat mencintai suaminya! Hampir saya lupa!" Cesa sejujurnya ketakutan dengan tatapan Demon yang terus mengincar dan menghunusnya. Apa-apaan ini? Apa yang terjadi pada Demon? Laki-laki yang begitu baik dengannya lima tahun ini, kenapa menjadi seperti ini? "Mas, jangan seperti ini? Mas marah karena semalam? Bicara sama Cesa, Mas!" ucapnya. Demon menyeringai, "Panggilan Mas darimu membuatku jengah kali ini, Cesa! Aku tak ingin menjadi kakakmu! Aku bukan orang baik yang rela mengorbankan banyak hal hanya untuk menjadi Kakak!" ucapnya penuh penekanan saat mengatakan [Kakak]. "Mas!" ucap Cesa sedikit kaget dengan jawaban Demon.