Share

Part 5

"Pak, ambil kembali semua barang-barang ini!" Dimas masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Hendra untuk membawa pulang semua barang-barangnya.

"Apa?!" Jangankan Hendra, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini.

"Semua harga barang-barang ini mencapai sepuluh miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Hendra tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.

Sepuluh miliar memang bagi Hendra bukan apa-apa, tapi bagi Dimas sekeluarga itu bagaikan gunung emas.

"Ya, aku tidak membutuhkannya." Dimas berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"

Melihat adiknya yang begitu baik hati, Karin pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya. Sedangkan Dewi, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?

"Haha, baiklah!" Hendra mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua barang-barang itu kembali.

Karena takut cucu perempuannya tidak percaya, dia bahkan merekam kejadian itu secara diam-diam dan menunjukkan rekaman video itu kepada Naya.

[Nay, sudah Kakek katakan, kalau pria itu bisa bertahan dengan ujian ini!]

[Kamu sudah kalah bertaruh, maka kamu harus cepat menikah dengannya dan memberiku seorang cicit! Hahaha …]

Hendra mengirim pesan kepada Naya dan memaksanya untuk segera menikah.

Naya sama sekali tidak berkutik, tapi dia selalu menyelesaikan masalah dengan baik dan cepat. Karena dia telah kalah dari kakeknya, maka dia harus menangani masalah ini besok. Kalau tidak, mungkin telinganya tidak akan lepas dari jeritan kakeknya yang terus mendesak.

Keesokan paginya.

Kring~~~

Dimas mendapatkan telepon dari orang yang tak dikenal.

"[Anak muda, karena kamu tidak mau menerima pemberian dariku, maka aku akan mengenalkanmu kepada seorang wanita, kamu tidak akan menolaknya, 'kan?]

Mendengar suara ini, Dimas pun langsung mengenalinya yang tak lain adalah pria tua yang memberinya hadiah itu. "Pak Tua, apa kamu bekerja di perusahaan penipu? Apakah ini jenis tipuan baru?" tanya Dimas seraya tersenyum.

Tentu saja Dimas tidak mengira kalau Hendra adalah seorang penipu, karena dari auranya sudah bisa ditebak kalau pria tua ini adalah orang kaya. Namun, rencana apa yang dibuat olehnya sampai-sampai tertarik padanya?

[Haha, aku mempunyai ide! Aku ingin mencarikan istri untukmu, apa kamu takut dengan ide gilaku ini?]

Hendra sengaja memprovokasinya.

"Kebetulan sekali, aku takut akan semua ide yang ada, tapi aku tidak takut akan ide untuk menikah!" jawab Dimas dengan tegas.

Kencan buta kemarin adalah yang ke 21 kalinya dan dia sudah hampir mati mendengar ocehan ibunya. Sekarang, selama ada yang bersedia menikah dengannya, dia akan langsung menikahinya.

[Kalau begitu, kamu bawa semua dokumen yang diperlukan, kemudian datang ke kantor catatan sipil!]

Hendra berseru dengan penuh semangat.

"Siapa takut!?" Dimas benar-benar langsung berangkat ke sana.

Dari informasi yang diberikan oleh Hendra, calon yang akan menikah dengannya merupakan eksekutif tinggi dari sebuah perusahaan, begitu pintar dalam berbisnis. Tapi, Dimas sama sekali tidak membayangkan wajah dari wanita tersebut. Sebagai seorang dokter kandungan, dia sungguh tidak mempunyai rasa tertarik lagi dengan tubuh wanita, jadi dia tidak terlalu memedulikan postur tubuh wanita tersebut.

Satu-satunya permintaannya adalah semoga calon istrinya mempunyai karakter manusia yang baik. Setidaknya jangan seperti Citra. Namun, ketika dia tiba di kantor catatan sipil, Dimas tercengang bukan main.

'Wanita itu?!'

Aura yang dipancarkan oleh Naya sangat dingin, dia sedang duduk di sebuah mobil BMW, sekilas saja sudah bisa melihat kalau dirinya merupakan seorang wanita kaya. Ternyata, memiliki wajah yang sangat cantik juga bisa membuat orang lain tidak berani mendekatinya.

"Kenapa diam saja? Cepat kemari!" Hanya dengan sebuah tatapan dari Naya, itu sudah mampu membuat Dimas mendekat dengan patuh.

Wanita ini memang pantas menjadi seorang eksekutif tinggi, auranya begitu kuat.

"Naya, kamu mau menikah denganku?" Dimas masih tidak mempercayainya.

"Kenapa? Kamu tidak bersedia?" Naya mengerutkan keningnya, aura dingin yang dipancarkan oleh sekujur tubuhnya benar-benar sangat menekan, orang biasa mungkin tidak sanggup menghadapinya.

"Aku bersedia! Kalau tidak, aku tidak akan datang hari ini!" Jantung Dimas berdetak dengan kencang, entah karena senang atau ketakutan.

Naya memang sangat cantik, tapi sepertinya sangat sulit untuk hidup dengannya. Namun, Dimas hanya menginginkan sebuah formalitas pernikahan saja, jadi bukan saatnya untuk mempertimbangkan masalah ini sekarang.

"Masuklah, selesaikan secepatnya!" Naya langsung melangkah dengan kaki jenjangnya ke kantor catatan sipil.

Dirinya suka menyendiri, bahkan untuk urusan menikah pun seorang diri. Untung saja kaki Dimas tidak pendek, jadi dia segera menyusulnya.

"Maukah kamu mempertimbangkannya lagi? Masih bisa dihentikan!" Sebelum mendaftarkan pernikahan, Naya pun kembali mengingatkan Dimas.

Naya tentu saja berharap Dimas mundur, karena dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini, kalau Dimas mundur, maka kakeknya juga tidak bisa memaksanya.

"Nay, kenapa aku melihatmu seperti ibu-ibu kalau dingin seperti ini, ya?" kata Dimas seraya tersenyum.

Tatapan Naya yang dingin seketika menjadi tajam, bagaikan pisau yang hampir saja mencincang Dimas. "Apa?! Awas aja, ya, jangan sampai menyesal!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status