Share

keenam

Flashback beberapa jam sebelum Lyra memasuki paksa ruangan Altair

Lyra memutuskan untuk menemui pasangan suami istri itu untuk meyakinkan keputusannya. Benar kata Ibu kesayangannya. Lyra harus mempertimbangkan semuanya matang-matang agar dia tidak menyesali keputusan apapun yang diambilnya nanti nanti.

Lyra melangkah keluar dari New BMW 3 Series miliknya kemudian menguncinya menggunakan remote. Kaki jenjangnya mendekati pagar rumah mewah berwarna netral sambil matanya menelisik kembali catatan yang diterimanya dari Angela kemarin dan mencocokkannya dengan nomor rumah di hadapannya.

Gadis itu mengernyitkan dahinya heran ketika melihat gerbang depan yang tidak terkunci. Ferrari 458 Speciale berwarna merah menyala yang diyakininya milik penghuni kediaman tersebut diparkir serampangan di halaman rumah.

Feelingnya yang kuat dapat merasakan ada yang tidak beres disini.

Niat awalnya, Lyra ingin berbicara berdua saja dengan Angela. Tapi sepertinya dia tidak bisa melakukan hal itu karena dia yakin si pemilik mobil yang tak lain adalah sang mantan, sudah berada di rumahnya.

Lyra berjalan mengendap menuju pintu utama. Entah kenapa kali ini dia ingin menyamarkan keberadaannya. Lengannya pun tak begitu saja menekan bel seperti yang biasa dilakukan tamu seperti biasanya namun malah dengan tanpa tata krama meraih gagang pintu untuk mencuri pandang dengan keadaan isi rumah.

" Percayalah, aku tidak akan meninggalkanmu, Angela".

Jantung Lyra berdegup kencang melebihi normal ketika suara berat favoritnya mengalun di telinganya. Lyra mendadak lupa untuk membuka pintu seluruhnya malah memegang kenop pintu itu dan mengintip dari balik celah kecil yang diciptakannya.

Kedua mata Lyra memanas tatkala matanya menangkap posisi kedua orang yang bersekutu berniat menyakitinya dengan menjadikannya sebagai orang ketiga di rumah tangga mereka.

Nathaniel bersimpuh di hadapan Angela yang duduk di kursi rodanya sambil menatap istrinya penuh ketulusan. Atau mungkin cinta? Entahlah. Yang jelas, Lyra merasa hatinya ditusuk oleh benda tajam ketika menyadari bahwa dia bisa melihat jelas Nathaniel sangat mencintai istrinya.

" Kau tidak perlu khawatir jika aku akan berpaling darimu. Tidak akan pernah, sayang. Aku memilih Lyra hanya untuk memenuhi keinginanmu untuk memiliki anak. Sedikitpun aku tak ingin menduakanmu. Kau harus ingat itu. Aku akan menikahinya karena kau menginginkan hal itu, bukan?"

Nathaniel melanjutkan ucapannya sambil membelai pipi istrinya penuh kasih sayang. Lyra refleks menekan dadanya yang terasa nyeri. Otaknya bahkan tak bisa menerima ketika mengetahui bahwa lelaki itu sudah tak mencintainya.

Tidak. Nathaniel pasti tak akan bisa melupakannya secepat itu, hatinya yang penuh harap itu menolak.

Namun, Lyra tak bisa menyangkal ketika kata-kata cinta itu terlantun di bibir Nathaniel. Tentunya kalimat itu tertuju bukan untuk dirinya, namun untuk Angela yang sekarang merupakan pasangan resmi Nathaniel.

Pandangan Lyra semakin buram karena kini matanya yang tertutup kacamata hitam penghalang surya itu berair diakibatkan oleh pengakuan  cinta mantan kekasihnya untuk istrinya itu menyayat hatinya parah.

Dia pun menggerakkan kakinya yang lemas itu untuk berbalik, tak berniat melanjutkan usahanya yang berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruknya tentang permintaan kedua insan tersebut yang kini bahkan sudah terbukti sebelum dia memastikannya sendiri.

"Lyra…..".

Langkah Lyra terhenti tatkala inderanya menangkap suara Jantan yang dikenalnya jelas. Gadis itu tidak mencoba untuk berbalik maupun melangkah maju. Anggota geraknya seakan membeku mendengar panggilan samar yang keluar dari bibir orang yang masih menempati tahta tertinggi di hatinya.

Kini, Nathaniel berdiri tepat di hadapannya. Tetap terlihat tampan dan menyilaukan dalam balutan jas hitam tuksedo yang dikenakannya. Tak ada yang berubah dari wajah itu meskipun beberapa waktu lalu dia tak memperhatikannya karena dadanya diliputi amarah.

Nathaniel pun mengamati dirinya dalam diam. Menatap mata Lyra yang untungnya terhalang oleh kacamata yang bertengger menutupi sebagian wajahnya. Jika dia tak memakai accesoris tambahan itu, gadis itu tak yakin dapat menyembunyikan matanya yang diliputi air mata.

"Aku seharusnya tahu dari awal kau memang memanfaatkanku. Bodohnya aku karena luluh begitu saja hanya karena mendengar bahwa kau yang memilihku. Kau yang dengan teganya memilihku untuk menjadi Ibu dari anakmu. Dan itu hanya karena kau bermaksud untuk menyakitiku."

Lyra mengungkapkan kemarahannya dengan suaranya yang serak, tak bisa lebih lama menahan tangis karena dia terisak setelah kalimat itu berhasil meluncur dari bibirnya. Dia sangat mencintai lelaki itu. Dan kini, Lyra berbalik membenci Nathaniel sampai ke dasar yang dia pun tak tahu sedalam apa pria itu menorehkan luka di hatinya.

"Kau boleh beranggapan seperti itu. Bahkan dalam sadar maupun ketidaksadaranku, aku tahu aku banyak menyakitimu", jawab Nathaniel dengan nadanya yang lemah seolah menunjukkan penyesalannya atas fakta yang tentu sudah diketahuinya.

Nathaniel semakin marah dengan dirinya sendiri karena dia tak bisa melakukan apapun untuk meredam kesakitan yang diderita Lyra karena dirinya.

“Lalu kenapa? Kenapa kau memintaku untuk menikah denganmu, sedangkan kau tahu itu akan menyakitiku lebih dalam? Kenapa kau melakukan itu, Nathaniel?"

Nathaniel tersenyum tipis. Dia memasang topeng abstrak di wajahnya agar Lyra tak bisa mengenali perasaan yang kini menyerangnya. Lelaki itu mengepal tangannya rapat, melampiaskan emosi yang tiba-tiba menggerayangi tubuhnya.

"Karena aku tahu kau tak akan pernah mencintaiku. Dan kau terlalu membenciku untuk menghancurkan keutuhan rumah tanggaku. Kau dengar janjiku pada Angela tadi? Aku tidak akan meninggalkan Angela. Dan jika itu kau, aku tak perlu khawatir untuk tak menepati janjiku padanya".

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status