Sudut bibir Veera melengkung dengan ekspresi mencibir melihat ekspresi tenang Dhara. “Sudah berapa lama kamu hamil? Bagaimana kamu bisa dekat dengan suami aku?” Veera langsung menanyainya tanpa basa-basi. “Kami nggak dekat tapi suamimu yang mengambil kesempatan saat aku nggak sadar hingga aku hamil,” balas Dhara tenang. Veera tertawa dingin. “Maksudmu suamiku memperkosamu saat kamu nggak sadar? Kamu pikir Baskara orang macam apa? Bercermin dong! Wajahmu itu udah murahan banget, kamu jelas-jelas dekatin suami aku karena dia kaya dan membiusnya agar kamu bisa tidur dengannya kan? Orang macam kamu tuh banyak di sekitar. Murahan dan menjijikkan!” desisnya. Untungnya kafe itu cukup sepi dan mereka berada di lantai dua yang dikhususkan untuk VIP hingga tidak ada mendengar percakapan mereka. “Pada kenyataannya seperti itu. Kenapa nggak tanya sendiri ke suamimu,” balas Dhara datar, tidak mau bertengkar dengan Veera. Veera menggertak gigi. Dia tidak berani menanyakan hal itu pada Baskara
“Bukan itu maksud aku Gading. Teman-temanku mulai curiga kita ada hubungan karena Lina pernah melihat kita bersama. Aku nggak mau kita sampe ketahuan lagi,” Veera mencoba bersabar meladeni Gading.Dia muak dan jengkel pada Gading. Gading dulu adalah pacarnya sebelum menikah dengan Baskara. Veera bahkan berselingkuh dengannya bukan karena Gading lebih tampan dari Baskara. Tapi karena Gading memegang kelemahan Veera yang membuat hubungannya dengan Baskara bakal terancam.Gading semakin keterlaluan menuntutnya untuk memenuhi semua keinginannya dan mengancam Veera membeberkan hubungan mereka.Veera sangat ingin menyingkirkan Gading agar dia tidak terus mengganggunya. Membunuhnya lebih baik. Dengan begitu kebenaran di ‘masa lalu’ terkubur dan Veera akan terus hidup sebagai istri Baskara.Memikirkan Dhara sedang mengandung anak dari suaminya membuat amarah Veera mendidih. Setelah menyingkirkan Gading, dia juga akan menyingkir cewek murahan itu! Tidak ada yang boleh menganggangu hubungannya
Dia bahagia memikirkan kemungkinan itu. Gading ingin balas dendam pada Baskara yang selalu meremehkan dan merendahkannya. Dia puas balas dendam dengan berselingkuh dengan istri Baskara, dan jika Veera mengandung anaknya ... Baskara pasti merasa sangat terhina jika mengetahui kebenaran itu. Gading bahagia membayangkan hal itu.Veera mendengus jijik tapi pura-pura mengeluh dengan manja. “Aku juga mau itu, tapi kamu terlalu sering bermain-main dengan wanita dan para PSK. Bagaimana jika salah dari mereka menularkan penyakit padamu? Aku juga kena dong.” “ Jika aku sampai kena penyakit manular, Baskara bakal curiga dan menyelidiki hubungan kita. Semua rencanakan kita selama ini akan hancur. Kamu dan aku nggak akan dapat apa-apa dari Djaka Group.”Gading juga gagal membuatnya hamil. Veera juga takut Gading memiliki penyakit kelamin karena terlalu sering bermain-main dengan wanita.“Apa maksudmu aku mengidap penyakit begitu?!” Gading marah mendengar kata-kata Veera.“Kamu sudah sering berm
“Kamu ngapain sih.” Wajah Dhara memerah dan buru-buru mendorong dada Baskara. Dia tidak terbiasa dipeluk oleh pria selama ini. Tapi sejak bertemu dengan Baskara sudah beberapa kali pria itu berbuat intim padanya.Jantung Dhara berdegup kencang. Dia takut Baskara akan merasakan detak jantung yang berdebar.“Baskara lepasin, nanti ada yang liat ....” Dhara mendorong cemas karena Baskara tidak melepaskan pelukannya.Baskara mengeratkan pelukannya enggan melepaskan Dhara. Tubuh Dhara sangat mungil dan lembut di pelukannya.“Baskara ....”“Hanya sebentar saja,” bisik Baskara menyandarkan kepalanya di pundak Dhara.Dhara mengepalkan tangannya dan menyerah membiarkan Baskara memeluknya. Dia merasa geli di lehernya karena napas pria itu. Tubuh Baskara keras dan berbau maskulin yang menyegarkan. “Dhara ....” Baskara menarik napas dalam-dalam berbicara di pundak Dhara tanpa melepaskan pelukannya.“Aku akan menuruti keinginanmu. Kamu nggak perlu menikah denganku jika kamu nggak mau. Aku hanya
Dhara memandang barang-barang yang sudah dikemas. Setelah pertemuannya dengan Baskara tadi malam, dia jadi ragu-ragu harus pergi atau tidak. Baskara bersedia melepaskannya dan tidak mengambil anaknya serta mendukung finansialnya sampai anak mereka lahir.Jika Dhara pergi begitu saja tanpa memberitahu Baskara, dia pasti marah dan berubah pikiran mengambil anaknya.Tapi jika Dhara tetap di Jakarta, dia akan menghadapi kecemburuan Veera serta ancamannya. Hidupnya tidak akan tenang.“Apa aku bicara saja dulu dengan Baskara biar dia tahu aku pergi dari Jakarta?” “Dhara! Cepat keluar kamu anak nggak tau untung!”Saat Dhara sedang berpikir dia dikagetkan dengan suara pintu yang digedor-gedor. Dia menegang mendengar suara Mayang, mama tirinya di luar pintu.Kenapa Mayang ada di sini? pikirnya bingung.Setelah Joni memblokir nomornya dan memutuskan hubungan mereka, Dhara juga memblokir semua nomor keluarganya.“Dhara! Keluar sekarang!”Selain Mayang, Joni ikut-ikutan memanggilnya dan memukul-
“Ugh … pelan-pelan ….” Dhara mengerang saat pria di atas terus mencumbu leher dan bibirnya dengan ganas. Pria itu terus bergerak di atasnya menimbulkan kesenangan luar biasa di tubuhnya.Pikiran Dhara tidak jernih dan kosong. Yang dia pikirkan adalah kesenangan yang dibawa oleh pria di atasnya.Saat pangkal pahanya serasa dibelah dua membuat Dhara menangis dan mengeluh.“Sssttt … jangan menangis ….” desis suara serak dan berat di atasnya diikuti cumbuan di bibirnya sementara dia bergerak naik turun menggantikan rasa sakitnya dengan kesenangan luar biasa.Dhara kembali mendesah. Matanya yang kabur dan buram berusaha melihat wajah pria di atasnya.Sepasang mata gelap menatapnya dari kegelapan dengan tatapan lapar seperti serigala. Dhara tersentak bangun mendengar suara dering ponselnya di samping telinga.Dia mengulurkan tangannya untuk mematikan dering ponselnya dan melirik jam. Matanya langsung melebar melihat jam menunjukkan pukul setengah sembilan.Dhara bangun dengan panik dan lan
“Dhara, ucapkan terima kasih pada Pak Baskara, dia CEO dari Djaka Group, perusahaan utama yang berbasis di Jakarta,” bisik Pak Sarman melihat Dhara linglung dan tidak menanggapi ucapan Baskara.Dhara tersadar dan buru-buru mengucapkan terima kasih sambil menunduk.“Selamat siang Pak Gading, dan Pak Baskara.” Pak Sarman segera menyapa kedua pria dengan hormat setelah menegur Dhara.Dhara dan Fahron mengikuti Pak Sarman memberi hormat.“Kerja bagus semuanya. Aku terkesan dengan proyek Taman air dan presentasi Nona Dhara,” puji Gading, Direktur Hotel Alam Garden.“Proposal ini diusulkan oleh Dhara, Pak,” tanggap Pak Sarman.“Ternyata begitu. Idemu sangat brilian Nona Dhara, tidak heran presentasimu sangat luar biasa,” puji Gading menatap Dhara dan mengedipkan mata.“Terima kasih Pak, saya tidak luar biasa seperti yang Bapak katakan. Semua ini karena Pak Sarma yang memberi saya kesempatan,” kata Dhara rendah hati.“Hahaha, jangan merendahkan diri. Nggak hanya cantik, kamu juga berbakat.
“Pak Baskara ... apa yang Anda lakukan? Tolong lepaskan saya,” bisiknya mencoba mendorong dada Baskara yang sedang memeluknya.Pria itu terdengar menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dan menjauh sedikit. Baskara menyalakan lampu. Cahaya lampu menerangi kamar luas itu.Begitu Baskara menjauh Dhara menarik napas lega dan mencengkeram pakaian depannya dengan waspada. Kulitnya masih merinding karena pria itu tiba-tiba memeluk dan mencumbu lehernya.Dhara menatap wajah Baskara dan menyadari ada yang janggal dari pria itu. Wajahnya memerah dan terengah-engah.“Pak Baskara … apa Anda baik-baik saja? Anda mabuk?”Baskara memalingkan wajahnya. “Ya, aku agak mabuk. Kenapa kamu di sini?”“S-saya di sini untuk menemui Pak Gading. Apa bapak … bersama Pak Gading?” Mata Baskara menyipit dalam kegelapan kamar. “Kamu mau bertemu Gading? Tengah malam begini di kamar hotel? Apa yang akan kalian lakukan?”Suara Baskara terdengar menuduh.Dhara mengerut kening. “Apa maksud Ba